NIKMATI & BAGIKAN
  Artikel & Kesaksian
  Tulis Artikel / Kesaksian Anda
  Subscribe Renungan
  Electronic Formulir
  Form Permohonan Doa
  Form Katekisasi Baptisan Air
  Form Bimbingan Pra Nikah
  Form Penyerahan Anak
  Form Pendaftaran SPK Pemenang
  Form Pendaftaran Pelayanan
NEWS & EVENT
ELECTRONIC FORM
Manfaatkan fasilitas formulir online, untuk efisiensi waktu dan tenaga Anda (tanpa harus ke kantor sekretariat gereja).
GO PAPERLESS - REDUCE USING PAPER - THINK BEFORE YOU PRINT - SAVE EARTH
  Form Bimbingan Pra Nikah
  Form Katekisasi Baptisan Air
  Form Pendaftaran Pelayanan
  Form Pendaftaran SPK Pemenang
  Form Penyerahan Anak
Home  »  Media  »  Artikel & Kesaksian  »  Jalan Pintas: Yes or No?
Jalan Pintas: Yes or No?
Jalan Pintas: Yes or No?
Indri Gautama
Apa yang Anda lakukan jika mengetahui kelemahan atau keburukan atasan Anda? Bayangkan ini. Anda adalah calon yang disiapkan untuk menggantikan atasan Anda. Prestasi Anda gilang gemilang. Hampir seluruh karyawan di kantor lebih menyukai Anda ketimbang bos.

Parahnya, atasan tahu kalau bawahannya lebih menyukai Anda. Bos tak tinggal diam dan sering mencari-cari kesalahan untuk menjegal Anda. Lalu tiba-tiba, datanglah kesempatan itu. Anda mengetahui bos melakukan kesalahan fatal dalam suatu proyek.

Barangkali rekan sejawat Anda akan menyemangati Anda di saat-saat seperti ini. ”Ini waktunya Anda menduduki jabatan si Bos,” begitu kata mereka. Apa yang akan Anda lakukan?

Kisah ini ada dalam sejarah. Tepatnya di Perjanjian Lama, 1 Samuel 24. Saat itu Saul mengejar Daud bersama beribu-ribu pasukan untuk membunuhnya. Di tengah pengejaran itu, Saul masuk ke gua untuk buang hajat. Ia sama sekali tak tahu kalau justru Daud dan pasukannya bersembunyi di belakang gua itu.

Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: ”Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: S...selengkapnya »
Siapapun orangtuanya, pasti menginginkan buah hatinya berlaku baik, sopan dan tidak nakal. Karena, sifat-sifat baik itu juga akan membuat sang orangtua menjadi bangga. Sementara jika nakal, orangtuanya pun akan merasa malu. Masih berlakukah statement tersebut?. Fenomena yang sekarang terjadi orang tua justru seolah-olah tidak peduli dengan kenakalan anak mereka. Ketika anak mereka bersikap temper trantum (di rumah ataupun tempat umum) dengan: 1). Menjerit-jerit 2). Berguling-guling di lantai 3). Naik-naik ataupun loncat-loncat di atas kursi atau meja, dsbnya. 4). Menjambak atau memukul teman bermain atau saudara mereka. Semuanya seolah-olah menjadi hal biasa dan normal buat para orang tua. Hal yang paling sering kita lihat, para orang tua hanya: 1). Menegur dengan cara memanggil nama anaknya, dari kejauhan sambil membiarkan anak mereka tetap melakukan hal tersebut. 2). Orang tua menaruh jari telunjuknya di depan mulut mereka, sebagai penanda agar anak mereka diam dan tidak nakal. 3). Memberikan gadget pada anak mereka agar duduk diam. Pada kenyataanya semua itu tidak efektif membuat anak mereka untuk tidak temper trantum kembali. Entah semua itu karena degradasi dari sebuah pola asuh, dikarenakan mereka lebih gemar dengan gadget mereka, atau gemar menonton sinetron, atau sibuk dengan aktivitas mereka, atau malas mendidik anak mereka, atau faktor lain. Namun pada intinya, orang tua tidak boleh menganggap anaknya yang sering melakukan ciri-ciri perilaku di atas sebagai sesuatu yang wajar, dan terus-menerus menolerir tindakan yang merugikan bagi dirinya sendiri dan juga orang lain di sekitarnya. Lalu apa penyebabnya ? 1. Memenuhi Semua Keinginan Anak Banyak di antara orangtua yang selalu memenuhi permintaan anaknya. Padahal, pola asuh semacam ini bisa berdampak buruk bagi si anak. Sikap orangtua yang selalu memenuhi keinginan anak, misal membelikan mainan yang diminta, malah bisa membentuk anak menjadi manja, bersifat materialistik dan cenderung nakal. Memang, para orangtua sering memanjakan anak dengan alasan daripada anak marah, mengamuk dan jadi monster kecil di rumah, lebih baik dipenuhi saja keinginannya. Padahal, sebaiknya kita bisa memberikan pengertian kepada anak bahwa tidak semua keinginannya bisa dikabulkan. 2. Kurang Menerapkan Disiplin Terapkan disiplin pada anak. Salah menerapkan disiplin kepada anak ternyata bisa menyebabkan anak bersikap manja dan nakal. Banyak dari para orangtua yang tidak tahu cara yang benar untuk mendisiplinkan anak. Misalnya, tidak memiliki aturan yang tegas di rumah sehingga membuat anak bersikap semaunya saja. Nah, mulai sekarang orangtua perlu mengajarkan anak tentang konsekuensi dari setiap perilakunya. Misalnya, jika si anak tidak mau mandi, maka orangtua bisa memberikan pengertian bahwa nanti kulitnya gatal karena tubuhnya kotor. Perlu diingat, saat melatih disiplin pada anak, orangtua wajib bersikap konsisten dan memberi contoh nyata juga pada mereka. Untuk melatih disiplin, orangtua juga bisa menerapkan sistem punish and reward saat anak berperilaku negatif. Misalnya, anak tidak boleh menonton televisi jika belum selesai mengerjakan tugas sekolah. Atau, anak tidak boleh makan coklat kalau dia tidak meletakkan sepatu di rak sepatu. 3. Selalu Siap Membantu Anak Ketika orangtua mendapatkan laporan dari guru di sekolah tentang kenakalan anak, seringkali mereka tidak percaya akan hal tersebut. Banyak dari orangtua bersikap seolah-olah anaknya selalu berperilaku baik dan tak pernah berbuat salah. Bahkan tak jarang, orangtua malah selalu membela anak dan berbuat seolah-olah selalu berada di sampingnya untuk melindungi anak. Sikap terlalu sering membela anak ini akan membuat anak manja, egois dan membentuk perilaku nakal karena selalu merasa dibela oleh orangtuanya. Nah, agar anak bisa bersikap positif dan mau menerima teguran ketika melakukan kesalahan, maka yang harus dilakukan adalah memberi penjelasan bahwa bila anak berbuat salah dan orangtua memarahinya, itu bukan berarti tidak sayang lagi. Tunjukkan kepada anak bahwa tidak selamanya orangtua akan membela anak. Sang anak memang perlu ditegur saat berperilaku negatif di rumah ataupun di sekolah. 4. Bertengkar di Depan Anak Bertengkar dan berselisih paham adalah sebuah pertanda kehidupan di keluarga, dan itu wajar, selama di lakukan tanpa kekerasan, dalam fisik maupun perkataan, dan dalam tata aturan yang benar, serta menghormati suami/istri. Sayangnya, banyak diantara para orangtua yang sering bertengkar di depan anaknya dengan emosional yang tinggi. Sikap ini harus dihindari, karena suara dan teriakan keras dengan saling memaki bisa memberikan dampak buruk bagi anak. Misalnya, anak bisa berperilaku kasar ke teman, nakal dan tidak betah di rumah karena merasa tidak nyaman. 5. Memberikan Contoh Buruk Anak akan meniru segala sesuatu yang dilihat dari orang terdekatnya, yaitu kedua orangtuanya. Jika orang tua memiliki kebiasaan berteriak dan mengeluarkan kata kasar, maka otomatis anak akan meniru. Karena itu, orangtua harus bisa menjadi role model yang baik bagi anak-anaknya. Tapi jangan khawatir, jika orangtua pernah berperilaku tidak baik, berikan penjelasan kepada anak bahwa apa yang telah dilihat adalah hal yang buruk dan anak tidak boleh meniru. Orangtua juga harus berjanji untuk tidak berperilaku buruk di depan anak, agar anak mengetahui bahwa hal yang buruk tidak boleh ditiru olehnya. Satu lagi mengenai acara televisi, yang saat ini didominasi oleh roh perceraian, roh pertengkaran, roh perselingkuhan, dll yang dipakai si iblis untuk membentuk karakter si penontonnya (baik si orang tua apalagi si anak). Jadi cobalah untuk memfilter apa yang masuk di otak kita dan otak anak-anak kita. Secara tidak langsung acara televisi, merupakan salah satu produk percontohan buat anak, jika tidak difilter oleh orang tua mereka. Saran Buat Orang Tua Buat para orang tua ataupun calon orang tua, anak adalah anugrah Tuhan Yesus yang dititipkan oleh Tuhan untuk kita didik dalam jalur pengenalan yang benar akan Kristus. So, luangkan waktu anda untuk memberikan pola asuh yang benar, bukan asal memiliki anak, tanpa punya waktu memberikan pola asuh yang benar, akhirnya pola asuh diserahkan pada pembantu, baby sitter, ataupun kakek neneknya, karena mereka adalah anak anda bukan anak orang lain `Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.`
Tak seorang pun suka bila orang membicarakan hal-hal negatif mengenai dirinya. Tapi inilah kenyataan dunia yang kita hadapi. Di manapun kita berada, akan selalu menghadapi kemungkinan-kemungkinan itu. Akan ada orang-orang yang tidak puas dengan kebijakan yang kita buat di kantor. Akan ada teman yang iri dengan keberhasilan kita, lalu mencari-cari keburukan kita di belakang. Mungkin ada anggota keluarga yang selalu mengatakan hal-hal negatif mengenai diri Anda. Setan melontarkan jebakan-jebakannya untuk membidik Anda. Dia mencoba menciptakan situasi kepahitan, emosional, dan membuat Anda melupakan janji-janji Allah. Tak mudah memang. Dalam keadaan seperti itu, kita akan mudah terpancing emosi, bereaksi dan berdosa dengan lidah kita. Bagaimana seharusnya respon kita sebagai anak Allah? Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku. Mazmur 39:1. Daud tahu persis ketika menyanyikan Mazmur ini. Dosa terjadi ketika mulut kita bercabang dua. Maka Daud mengendalikan lidahnya. Ia mengendalikan emosinya ketika berhadapan dengan orang fasik. Orang-orang yang hendak menjatuhkannya. Ayat ini berbicara mengenai integritas. Dalam kehidupan masa kini, mungkin `orang fasik` yang Anda hadapi adalah rival, musuh, atau teman yang diam-diam bergunjing mengenai Anda. Bisa jadi dia adalah atasan Anda yang tidak menyenangkan. Atau mungkin, keluarga Anda yang melontarkan kata-kata negatif, yang tidak mendukung Anda. Mengendalikan lidah seperti yang Daud lakukan, bisa kita praktekkan dalam kehidupan kita hari ini. Kita tidak membicarakan orang di belakang alias bergunjing. Tidak membalas orang-orang yang melemparkan perkataan negatif. Kita tidak bereaksi dengan emosi atas perlakuan yang tidak adil terhadap kita. Bagaimana respon kita? Kita mengendalikan emosi berdasarkan firman. Kita mempraktekkan kasih dengan mendoakan dan memberkati mereka. Kita tidak meladeni emosi kita. Bila kita sungguh-sungguh anak Allah, maka kita tahu, tak mungkin dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Seperti halnya sumber air memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama (Yakobus 3: 9-11). Ketika Anda mempraktekkan ini di rumah dan di lingkungan kerja, Anda menjadi garam dan terang. Teach your tongue to say the right thing.
Saya tidak mempunyai pilihan lain kecuali mati atau menemukan obat untuk menyembuhkan diri saya sendiri yang saat ini menderita kanker payudara. Saya seorang ilmuwan, yang butuh penjelasan dan masuk akal tentang penyakit yang mematikan dan menyerang satu dari 12 wanita di Inggris ini. Saya telah telah menderita karena kehilangan satu payudara dan telah menjalani radioterapi. Sekarang saya menjalani kemoterapi yang menyakitkan dan saya juga telah diperiksa oleh beberapa spesialis yang paling terkemuka di negeri ini. Saya merasa maut akan menjemput saya. Tapi, saya ingin hidup karena saya mempunyai suami yang mencintai saya, rumah indah dan dua anak kecil yang memerlukan bimbingan saya. Dan, keinginan hidup ini mendorong saya untuk menggali fakta-fakta, yang baru sedikit diketahui oleh sejumlah kecil ilmuwan pada waktu itu. Setiap orang yang berhubungan dengan kanker payudara akan tahu bahwa beberapa faktor penyebab atau resiko dari penyakit ini antara laini usia tua, mens terlalu dini, menopause terlambat dan sejarah keluarga dengan kanker payudara, sungguh-sungguh tidak dapat kita cegah. Tetapi ada banyak faktor resiko lainnya yang dapat kita kontrol dengan baik. Faktor-faktor resiko yang terkontrol ini dengan mudah terwujud dalam perubahan-perubahan sederhana yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita untuk mencegah atau mengobati kanker payudara. Petunjuk pertama dalam memahami penyebab berkembangnya kanker payudara saya datang pada saat suami saya Peter, yang juga ilmuwan, pulang ke tanah air setelah bekerja di China, ketika saya sedang menjalani pengobatan kemoterapi. Ia membawa kartu-kartu dan surat-surat, serta beberapa ramuan dari tumbuh-tumbuhan, yang diberikan oleh teman-teman dan ilmuwan-ilmuwan mitra saya di China. Ramuan-ramuan itu dikirimkan kepada saya untuk menyembuhkan kanker payudara ini. Meskipun kami menghadapi keadaan yang menyedihkan pada saat itu, kami dapat tertawa lepas, dan saya ingat telah mencetuskan perkataan bahwa ramuan ini merupakan pengobatan bagi kanker payudara di China, dan tidak mengherankan bahwa wanita-wanita di China berusaha terhindar dari penyakit ini. Kata-kata itu selalu teringat di benak saya. Mengapa wanita-wanita di China tidak terkena kanker payudara? Saya pernah bekerja sama dengan mitra-mitra China dalam penelitian tentang hubungan antara kimia tanah dan penyakit, dan mengingat beberapa statistik yang telah dibuat. Faktor Gaya Hidup Penyakit ini boleh dikatakan tidak terdapat di seluruh negeri China. Hanya 10.000 wanita di China wafat karena penyakit ini, dibandingkan dengan persentase menakutkan bahwa satu di antara 12 wanita di Inggris meninggal dunia karena penyakit ini. Bahkan angka ini lebih mengerikan lagi dan menjadi rata-rata satu di antara 10 wanita di sebagian besar negara-negara Barat. Hal ini bukanlah karena China merupakan negeri yang lebih bersifat pedesaan, dan tidak banyak terkena polusi perkotaan. Di daerah Hong Kong yang padat, persentase meningkat menjadi 34 di antara 10.000 wanita, namun toh masih jauh lebih sedikit daripada di Barat. Kota-kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang juga memiliki persentase yang hampir sama dengan China. Padahal kedua kota ini telah diserang dengan senjata nuklir, sehingga selain kanker yang berhubungan dengan polusi, kita dapat memperkirakan adanya kasus-kasus kanker yang terkait dengan radiasi. Kesimpulan yang dapat kita peroleh dari statistik ini sungguh mengejutkan. Apabila seorang wanita Barat pindah ke kota industri Hiroshima yang terkena radiasi, resiko terkena kanker payudara ini dapat menjadi satu berbanding dua. Tentu saja hal ini tidak masuk akal. Saya merasa yakin bahwa ada sebuah faktor gaya hidup yang bukan terkait dengan polusi, urbanisasi atau lingkungan hidup yang nyata-nyata telah meningkatkan kemungkinan wanita Barat terkena kanker payudara. Saya kemudian menemukan bahwa penyebab perbedaan besar dalam persentase kanker payudara antara negara-negara Timur dan Barat bukanlah karena faktor genetika. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa apabila orang China atau Jepang pindah ke Barat, dalam satu atau dua generasi persentase kanker payudara mereka mendekati persentase dari penduduk negara di mana mereka tinggal. Hal yang sama terjadi apabila orang-orang Timur sepenuhnya meniru gaya hidup Barat di Hong Kong. Sesungguhnya, nama populer yang disebutkan orang di China bagi kanker payudara adalah Penyakit Wanita Kaya. Ini disebabkan bahwa di China, hanya orang-orang kaya yang dapat menikmati apa yang disebut sebagai Makanan Hong Kong. Orang-orang China menggambarkan semua makanan Barat, termasuk semua kudapan dari es krim dan coklat sampai spaghetti dan keju, sebagai Makanan Hong Kong karena hanya terdapat di bekas koloni Inggris dan dulu jarang ada di daratan China. Jadi sungguh masuk akal bagi saya bahwa apa yang menyebabkan kanker payudara saya ini dan banyaknya penderita penyakit tersebut di negara saya hampir dipastikan berasal dari sesuatu yang berhubungan dengan gaya hidup Barat kita, dari kalangan menengah yang lebih baik. Angka ini juga besar bagi para pria di sini. Saya telah mengamati dalam penelitian saya bahwa banyak data tentang kanker prostat juga sampai pada kesimpulan yang sama. Tidak Mengkonsumsi Produk Susu Menurut angka dari WHO, jumlah pria yang terkena kanker prostat di China pedesaan hampir tidak ada, hanya 0,5 pria di antara 100.000. Namun demikian di Inggris, Skotlandia dan Wales, angka ini 70 kali lebih tinggi. Seperti kanker payudara, penyakit ini merupakan penyakit kalangan menengah dan terutama menyerang kelompok-kelompok sosial yang lebih kaya dan mempunyai kehidupan sosial-ekonomi yang lebih tinggi, yaitu mereka yang dapat menikmati makanan yang bergizi tinggi. Saya teringat berkata kepada suami saya, Ayo Peter, kamu baru saja pulang dari China. Apa sih gaya hidup China yang sangat berbeda dengan kita? Mengapa mereka tidak terkena kanker payudara? Kami memutuskan untuk menggunakan latar belakang ilmu kami bersama-sama dan melakukan pendekatan dengan logika. Kami memeriksa data ilmiah yang mengarahkan kami pada kandungan lemak dalam makanan. Para peneliti pada tahun 1980-an telah menemukan bahwa hanya 14% kalori di hidangan China terdiri atas lemak, dibandingkan dengan hampir 36% di Barat. Tetapi makanan yang telah saya makan selama bertahun-tahun sebelum terkena kanker payudara ini sangat rendah lemak dan berserat tinggi. Selain itu, sebagai ilmuwan saya tahu bahwa asupan lemak pada orang dewasa tidak menunjukkan peningkatan resiko kanker payudara dalam sebagian besar investigasi yang telah dilakukan pada kelompok-kelompok besar wanita selama dua belas tahun. Lalu pada suatu hari sesuatu yang agak istimewa terjadi. Peter dan saya telah bekerja sama begitu erat selama bertahun-tahun lamanya sehingga saya tidak yakin siapa di antara kami berdua yang berkata terlebih dahulu: Orang-orang China tidak makan produk dari susu! Sulit untuk menjelaskan kepada orang yang bukan ilmuwan terjadinya dentingan pikiran dan perasaan yang mendadak ketika menyadari bahwa pikiran kita terbuka pada sesuatu hal yang penting. Rasanya seperti ada banyak potongan gambar di dalam otak kita dan tiba-tiba, dalam beberapa detik, semua teka-teki ini terangkai dengan baik sehingga membentuk gambar yang jelas. Tiba-tiba saya teringat kembali betapa banyak orang China yang tidak dapat mencernakan susu dengan baik, betapa orang-orang China yang bekerja dengan saya selalu berkata bahwa susu hanya untuk bayi, dan bagaimana salah seorang sahabat karib saya, yang keturunan China, dengan sopan selalu menolak keju pada saat jamuan malam. Saya tahu bahwa tak ada orang China yang hidup secara tradisional, yang menggunakan susu sapi atau produk dari susu untuk memberi makan kepada bayinya. Dalam adat istiadat mereka, mereka menggunakan inang untuk menyusui tetapi tidak pernah produk dari susu. Dan, secara budaya, orang-orang China menganggap gaya Barat kita yang sangat menyukai susu dan produk dari susu sebagai sesuatu yang sangat aneh. Saya teringat ketika menjamu sebuah delegasi besar ilmuwan China tidak lama setelah berakhirnya Revolusi Budaya di China pada tahun 1980-an. Atas nasihat Biro Luar Negeri, kami telah meminta kepada perusahaan jasa boga untuk menyediakan puding yang mengandung banyak es krim. Setelah menanyakan dari apa puding itu dibuat, semua ilmuwan China itu, termasuk interpreter, dengan sopan namun tegas menolak untuk memakannya, dan mereka tidak dapat dibujuk untuk mengubah pikiran mereka. Pada waktu itu kami semua senang dan menikmati porsi tambahan! Saya menemukan bahwa susu adalah salah satu penyebab umum alergi makanan. Sekitar 70% penduduk dunia tidak dapat mencernakan gula susu, Laktosa, sehingga para ahli gizi berpendapat bahwa kondisi ini normal bagi orang dewasa, dan bukan merupakan sebuah Deficiency (kekurangan). Mungkin alam berusaha mengatakan kepada kita bahwa kita telah mengkonsumsi makanan yang salah. Menghentikan Produk Susu Sebelum saya terkena kanker payudara untuk pertama kali, saya telah makan banyak produk dari susu, seperti susu tanpa lemak, keju rendah lemak dan yoghurt. Saya menggunakannya sebagai sumber protein saya yang utama. Saya juga makan daging cincang sapi yang tidak berlemak, yang sekarang baru saya sadari mungkin sering berasal dari sapi perah. Agar dapat mengatasi kemoterapi untuk tonjolan kanker saya yang kelima ini, saya telah makan yoghurt organik agar alat-alat pencernaan saya dapat pulih kembali dan mengembalikan bakteri-bakteri yang baik ke dalam usus saya. Baru-baru ini, saya menemukan bahwa pada tahun 1989 yang lalu, yoghurt telah terlibat dalam kanker ovarium (indung telur). Dr. Daniel Cramer dari University of Harvard telah meneliti ratusan wanita penderita kanker indung telur dan telah mencatat dengan rinci apa yang biasa mereka makan. Coba saya tahu tentang hal ini ketika ia pertama kali menemukannya. Mengikuti nasihat Peter dan pendapat saya tentang makanan China, saya memutuskan untuk tidak saja menghentikan yoghurt tetapi semua produk dari susu, saat ini juga. Keju, mentega dan yoghurt serta semua makanan yang mengandung susu saya buang ke sampah. Betapa mengherankan bahwa begitu banyak produk termasuk sup buatan, biskuit dan kue mengandung susu. Bahkan banyak merk margarin yang dijual dengan bahan dari minyak kedelai, minyak bunga matahari atau minyak zaitun dapat mengandung produk susu. Oleh karena itu saya kemudian membaca semua kandungan yang tercetak di label-label makanan. Sampai saat itu, saya setia mengukur perkembangan tonjolan kanker saya yang kelima ini dengan alat pengukur dan mencatat hasilnya. Meskipun para dokter dan suster banyak memberi semangat dan berkata positif kepada saya, pengamatan saya sendiri mengungkapkan kenyataan yang pahit. Seri kemoterapi saya yang pertama untuk tonjolan kelima ini tidak berhasil tonjolan itu tetap sama. Kemudian saya menghapuskan produk-produk dari susu. Beberapa hari kemudian tonjolan itu mulai mengecil. Sekitar dua minggu setelah seri kemoterapi saya yang kedua dan seminggu setelah tidak mengkonsumsi produk dari susu, tonjolan di leher saya mulai terasa gatal. Kemudian tonjolan itu melunak dan mengecil. Garis di alat pengukur, yang tadinya tidak menunjukkan perubahan, sekarang menunjuk ke bawah setelah tumor itu menjadi kecil dan mengecil lagi. Dan secara signifikan, saya mencatat bahwa daripada menurun secara perlahan-lahan (membentuk curve yang halus) seperti biasanya terjadi pada kanker, tumor yang mengecil ini digambarkan seperti garis lurus yang menuju ke bagian bawah alat pengukur, yang menggambarkan penyembuhan, bukan pembasmian (atau pengurangan) tumor. Tonjolan Menghilang Pada hari Sabtu siang sekitar enam minggu setelah tidak mengkonsumsi produk-produk susu ini, saya melakukan meditasi selama sejam kemudian meraba apa yang yang masih tersisa dari tonjolan saya. Saya tidak menemukannya lagi. Padahal saya sangat berpengalaman dalam mendeteksi tonjolan kanker, karena saya menemukan kelima tonjolan kanker saja itu sendiri. Saya turun ke tingkat bawah rumah dan meminta suami saya meraba leher saya. Ia pun tidak menemukan tonjolan apapun juga. Hari Kamis berikutnya saya harus memeriksakan diri saya pada dokter spesialis kanker saya di Cross Hospital London. Ia memeriksa saya dengan teliti, terutama leher saya di mana sebelumnya ada tumor. Tadinya ia tercengang dan kemudian gembira ketika berkata, Saya tidak menemukannya. Ternyata tidak seorangpun dari dokter-dokter saya yang memperkirakan bahwa seseorang dengan jenis dan stadium kanker saya (yang jelas-jelas sudah menyebar ke sistem getah bening) dapat bertahan hidup, apalagi begitu sehat dan gembira. Dokter spesialis saya merasa sangat bahagia seperti saya. Tadinya ketika saya membicarakan gagasan saya dengannya, ia dapat memahami tetapi bersikap skeptis. Tetapi saya tahu bahwa sekarang ia menggunakan peta yang menunjukkan persentase kanker di China di dalam kuliah-kuliah yang diberikannya, dan menganjurkan makanan tanpa produk susu bagi pasien-pasien penderita kanker. Saya sekarang meyakini adanya kesamaan dalam pertalian antara produk dari susu dan kanker payudara dengan merokok dan kanker paru-paru. Saya percaya bahwa dengan mengidentifikasi pertalian antara kanker payudara dan produk susu dan kemudian mengembangkan makanan yang khusus ditujukan untuk mempertahankan kesehatan dari payudara dan sistem hormon saya, telah menyembuhkan saya. Sangat sulit bagi saya, dan mungkin juga bagi anda, untuk menerima bahwa sebuah zat yang begitu alami seperti susu dapat berdampak begitu mencelakakan bagi kesehatan. Tetapi saya merupakan bukti hidup bahwa hal itu benar-benar terjadi dan mulai besok saya akan mengungkapkan rahasia kegiatan saya yang mengubah semuanya ini. Dikutip dari buku: Your Life in Your Hands (Prof. Jane Plant, Ph.D, CBE.) Marilah kita bagikan informasi penting ini kepada semua keluarga, sahabat & kerabat yg kita kasihi. Tetap sehat, tetap semangat, agar makin bisa jadi berkat! Tuhan Yesus memberkati.
`Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.` Lukas 12:34. Harta tidak melulu bicara mengenai uang, tapi bisa juga bicara mengenai nama besar kita, gengsi, ego, harga diri, hobi, dan apapun yang kita marah saat itu diusik atau diambil dari hidup kita. Pernahkah kita mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut seseorang dalam hidup kita? Mungkin itu keluarga, sahabat, atau pimpinan bahkan pejabat selevel walikota, gubernur, menteri, bahkan presiden sekalipun. Kita memepersiapkan segala sesuatunya, mulai dari hari atau jam disaat beliau akan datang, sebisa mungkin semua janji atau aktivitas kita batalkan. Halaman, rumah, dan seisinya kita bersihkan, cat ulang, bahkan kita permak total. Makanan terbaik kita sediakan. Juga baju paling baru dan bagus pun kita pakai. Semua kita persiapkan demi orang spesial tersebut. Namun apa yang ada di hati atau pikiran kita, apabila tiba-tiba orang tersebut menunda kedatangannya bahkan membatalkannya? Tentu hati kita sangat sedih dan hancur. Ya, semua orang pasti akan melakukan hal yang sama demi orang spesial tersebut. Tapi bagaimana dengan kehidupan rohani kita? Pernahkah kita mempersiapkan yang terbaik bagi Tuhan, baik itu secara pribadi maupun gerejawi? Padahal notabene, Dia selalu hadir dalam hidup kita, dan tidak pernah ingkar ataupun menunda apa yang telah dijanjikan-Nya. Pernahkah kita membatalkan janji dengan teman kita saat Tuhan berbisik ingin meminta waktu kita untuk Dia ingin bercengkrama dengan kita, mengutarakan isi hati-Nya bagi kita? Atau bahkan kita tidak peduli, jam-jam saat teduh pun kita rampas demi janji dengan orang lain, demi menyenangkan orang lain atau untuk kepuasan dan ego pribadi kita. Atau sebagai pelayan Tuhan, kita tidak peduli dengan adanya doa bersama sebelum ibadah, bahkan justru dengan santai kita datang terlambat dan tetap melayani tanpa terlebih dahulu mempersiapkan hati dan mencari wajah-Nya. Sebagai worship leader, singer, pemain musik, ataupun hamba Tuhan, mungkin kita tidak lagi pernah mencari tahu apa yang jadi kerinduan dan isi hati Tuhan untuk disampaikan melalui ibadah yang kita pimpin, namun justru kita terjebak dalam rutinitas rohani dan kita hanya mengandalkan pikiran dan kemampuan yang kita miliki. Di hadapan Tuhan kita semua adalah sama, tidak ada perbedaan senioritas, yang ada hanya perbedaan level iman. Mari kita dengan berbesar hati mengambil saat teduh sejenak dan merenungkan artikel ini. Biarkan Roh Kudus menjamah hati dan pikiran kita, mengoreksi segenap aspek hidup kita. Kalau untuk manusia saja kita bisa memberikan yang terbaik, bagaimana dengan Dia, Sang Raja Segala Raja?
FOLLOW OUR INSTAGRAM
ARTIKEL & KESAKSIAN
Jadwal Ibadah Minggu
12 Mei 2024
Tidak Ada Kegiatan Ibadah
Copyright © 2012 All rights reserved. Designed and Developed by GIA Dr. Cipto Semarang