|
|
40 tahun sudah Gereja Isa Almasih Jemaat Dr. Cipto ini berada di tengah-tengah masyarakat Semarang, Jawa Tengah, dan Indonesia pada umumnya, serta masyarakat sekitar jalan dr. cipto khususnya.
Sejarah pernah mencatat gereja ini pernah mengadakan kegerakan rohani yang luar biasa melalui doa malam, tapi itu dulu, bagaimana dengan sekarang? Sejarah juga pernah mencatat gereja ini telah banyak menumbuhkan pos-pos PI di luar Semarang, itu juga dulu, bagaimana saat ini?
Kita boleh berbangga atas setiap pelayanan yang boleh dilakukan oleh gereja kita tercinta ini. Mulai dari adanya Sekolah Kristen Maranatha, PAUD Paidia, Bimbingan Belajar Gamaliel, Balai Pengobatan Yehova Shalom, dan pelayanan lainnya.
Kalau dibanding gereja lain, mungkin bisa dibilang masih banyak gereja lain yang belum memiliki pelayanan yang langsung menyentuh masyarakat, seperti yang dimiliki gereja kita tercinta. Namun janganlah kita berpuas diri dengan terus melihat ke bawah atau ke belakang.
Karena di atas langit masih ada langit. Masih ada banyak sekali gereja-gereja yang memiliki pelayanan yang jauh lebih banyak dan jauh lebih menjangkau ke masyarakat, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Bukan berarti bahwa kita harus berkompetisi, namun setidaknya itu dapat menjadi motor, penggerak, untuk kita dapat terus maju. Karena itu kita tidak boleh berhenti di tempat, kita harus terus melangkah maju hingga visi gereja kita tercapai, demi kemuliaan dan kebesaran nama Tuhan saja.
Visi gereja kita adalah menjadi gereja yang dinamis, bertumbuh, dan berdampak. Dinamis artinya terus berjalan, terus berkarya, dan terus berinovasi. Bertumbuh berbicara mengenai penambahan secara kuantitas dan kualitas. Berdampak artinya pelayanan kita dirasakan semua orang dan memang bertujuan untuk banyak orang lain di luar gereja, berdampak bagi mereka yang terhilang.
Kita tidak boleh berpuas diri dengan pelayanan-pelayanan yang kita miliki. Kita tidak boleh puas dengan ”yang penting ada”.
Tuhan tidak melihat berapa banyak tanaman mangga yang kita tanam. Tapi yang Tuhan cari adalah buah mangga dari pohon yang kita tanam. Apalah artinya pohon mangga berdiri bertahun-tahun tanpa buah. Kecuali dipotong dan dibakar.
Buah itu harus dirasakan orang banyak, khususnya orang luar, yang belum mengenal Tuhan. Orang sekitar kita, sekitar lingkungan gereja, dan orang-orang di sekitar kehidupan jemaat GIA Dr. Cipto.
Memang baik, ketika musim mangga kita menemukan banyak buah mangga. Namun sebagai pecinta mangga, tentunya kita pasti menginginkan sebisa mungkin tiap hari, meski bukan musimnya pun, kita dapat selalu menemukan buah mangga. Benar bukan?
Begitu pula dengan aksi sosial yang gereja kita sering lakukan, khususnya saat event musim natal atau paskah. Seperti Donor Darah, Pasar Murah, dan Bagi Sembako.
Sudah menjadi rahasia umum kalau kebanyakan gereja-gereja pasti sibuk dengan aksi sosial saat menjelang natal atau paskah. Tidak ada yang salah jika itu kita lakukan eventually. Namun jika kita mau berbuat lebih, alangkah baiknya jika itu menjadi kegiatan rutin tiap bulan.
Pengobatan gratis. Itu salah satu aksi sosial yang pernah dilakukan gereja kita, namun itu dulu. Bagaimana kalau kita hidupkan kembali aksi ini? Dan kita lakukan minimal 2 bulan sekali.
Gereja dipanggil bukan untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan jemaat. Gereja dipanggil bukan untuk menjadi Ahli Taurat / Orang Farisi, yang tidak membawa dampak apapun. Namun gereja dipanggil untuk mengutus orang-orang yang membawa dampak nyata dalam setiap aspek hidupnya.
Yuk kita tidak lagi hanya berpusat pada diri sendiri, kita hanya sibuk memikirkan masalah pribadi kita sendiri dan melupakan panggilan kita. Percayalah, ketika kita memikirkan kebutuhan orang lain, Tuhan-lah yang akan memikirkan dan mencukupkan, bahkan lebih dari cukup, setiap kebutuhan kita.
Apalah artinya kita hebat dan dipuji-puji di gereja, namun dalam kehidupan sekuler kita menjadi batu sandungan bagi orang lain. Praktek iman tidak hanya diperlukan di dalam gereja, namun praktek iman jauh lebih diperlukan dalam kehidupan kita, saat kita bersinggungan dengan orang lain di sekitar kita.
Tidak ada yang salah dengan adanya gereja mendatangkan seorang artis, band rohani kristen ternama, ataupun pembawa Firman terkenal. Sebuah kesalahan besar kalau motivasinya hanya sebatas untuk kesenangan internal ataupun untuk membesarkan nama gereja.
Mendatangkan artis memang diperlukan. Jika dan hanya jika ada maksud misi dibaliknya. Bila perlu, undang artis yang memang juga dikenal sekuler.
Dengan adanya artis, jemaat diajak untuk mengajak orang-orang yang belum mengenal Tuhan untuk datang ke acara tersebut dan kemudian mereka di-follow up untuk dapat mengenal Tuhan lebih lagi, semua demi kebesaran dan kemuliaan nama Tuhan. Itu sah-sah saja.
Dalam komunitas, baik itu KAA, Youth, Keluarga Muda, PPK, PWK, Lansia, tentunya kita semua menghendaki adanya kaderisasi. Sebisa mungkin semua anggota pernah mencicipi jabatan kepengurusan. Tentunya bukan untuk kepentingan kekuasaan. Namun agar semua anggota komunitas dapat saling belajar, bagaimana menggembalakan dan digembalakan.
Alangkah baiknya hal ini juga terjadi di komunitas Diakonia di gereja kita. Dalam hati kecil kita tentu rindu, suatu saat anggota diakonia, yang kita bantu melalui pelayanan diakonia di gereja kita, suatu saat menjadi orang-orang yang mandiri.
Mereka tidak lagi terus mencari ikan melalui komunitas diakonia ini. Melainkan suatu saat mereka dapat memberikan ikan kepada anggota diakonia lain.
Mereka yang dulu kurang mandiri dapat lebih mandiri dan membantu orang lain yang kurang mandiri. Bagaimana cara mereka bisa mandiri? Jangan selalu berikan ikan, namun ajarkan mereka bagaimana mereka dapat menangkap ikan dengan tangan mereka sendiri.
Jangan hanya memberi ikan, tapi juga berilah kail pada mereka. Berikan training-training yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat mereka masing-masing. Dan percayalah, mungkin kalau saat ini mereka masih ”tangan di bawah”, percayalah cepat atau lambat mereka pasti akan menjadi ”tangan di atas”.
Bagaimana dengan para pendoa gereja kita? Firman Tuhan mengatakan, doa adalah nafas. Secara ilmu kesehatan, wanita cenderung lebih mudah kehabisan nafas daripada pria. Begitu pula dengan usia, makin tua nafas kita makin terasa lebih pendek daripada saat kita masih muda.
Doa adalah dasar. Begitu pula dengan pendoa. Pendoa berada di garis terdepan.
Dalam peperangan, garda terdepanlah yang tentu pertama kali akan diserang musuh. Tanpa bermaksud mengkerdilkan siapapun, bagaimana pasukan di belakangnya dapat bertahan kalau garda terdepan diisi oleh kaum wanita yang sudah cukup umur.
Gereja-gereja besar di Indonesia maupun di luar negeri, mereka bisa makin berkembang dan makin besar, karena memiliki pasukan doa yang kuat dan banyak, dengan komposisi jumlah pemuda lebih banyak.
Bagaimana cara kita berpikir, itu yang akan terjadi dalam hidup kita. Karena dengan ukuran yang kita pakai untuk mengukur, akan diukurkan juga kepada kita.
Tuhan Yesus, saat ini kami berdoa menyerahkan gereja kami, GIA Dr. Cipto. Terima kasih atas setiap anugerah dan cinta-Mu atas gereja ini. Pakai gereja ini lebih lagi Tuhan. Gereja yang dinamis, bertumbuh, dan berdampak.
Sehingga pelayanan kami bertambah banyak, merambah semua sektor, ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, merambah semua lapisan masyarakat, serta setiap pelayanan kami berbuah, manis, dan buahnya dapat dirasakan oleh warga sekitar gereja, dirasakan oleh pemerintah Semarang, Jawa Tengah, dan berdampak bagi negara kami Indonesia.
Kami juga berdoa menyerahkan Gembala kami, Pdt. Goenawan Susanto, kami serahkan juga setiap Penatua, Rohaniwan, Diaken, urapi mereka semua ya Tuhan. Agar hati-Mu ada atas mereka. Setiap detak jantung mereka bunyinya sama dengan detak jantung-Mu ya Tuhan, yaitu ”jiwa”, ”jiwa”, ”jiwa”, ”jiwa”, dan ”jiwa”.
Sekali lagi ya Tuhan, transferkanlah visi-Mu atas hamba-hamba-Mu ini, agar mereka juga dapat mentransferkannya kepada jemaat-jemaat-Mu, yang Engkau kasihi, jemaat GIA Dr. Cipto.
Kami mau lupakan semua masa lalu gereja kami. Setiap kegagalan ataupun keberhasilan yang pernah diraih gereja ini, kami taruh di bawah kaki-Mu Tuhan. Kami tidak mau hidup dalam masa lalu, tapi kami mau terus berjalan maju menggenapi visi yang telah Engkau taruh dalam hati kami.
Kami serahkan sisa umur gereja ini ke dalam tangan-Mu Tuhan. Biar kami dapat menjawab setiap panggilan-Mu dan kami selalu siap kemanapun Engkau mengutus kami.
Di dalam nama Tuhan Yesus.
Amin. |
...selengkapnya » |
|
40 tahun sudah Gereja Isa Almasih Jemaat Dr. Cipto ini berada di tengah-tengah masyarakat Semarang, Jawa Tengah, dan Indonesia pada umumnya, serta masyarakat sekitar jalan dr. cipto khususnya.
Sejarah pernah mencatat gereja ini pernah mengadakan kegerakan rohani yang luar biasa melalui doa malam, tapi itu dulu, bagaimana dengan sekarang? Sejarah juga pernah mencatat gereja ini telah banyak menumbuhkan pos-pos PI di luar Semarang, itu juga dulu, bagaimana saat ini?
Kita boleh berbangga atas setiap pelayanan yang boleh dilakukan oleh gereja kita tercinta ini. Mulai dari adanya Sekolah Kristen Maranatha, PAUD Paidia, Bimbingan Belajar Gamaliel, Balai Pengobatan Yehova Shalom, dan pelayanan lainnya.
Kalau dibanding gereja lain, mungkin bisa dibilang masih banyak gereja lain yang belum memiliki pelayanan yang langsung menyentuh masyarakat, seperti yang dimiliki gereja kita tercinta. Namun janganlah kita berpuas diri dengan terus melihat ke bawah atau ke belakang.
Karena di atas langit masih ada langit. Masih ada banyak sekali gereja-gereja yang memiliki pelayanan yang jauh lebih banyak dan jauh lebih menjangkau ke masyarakat, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Bukan berarti bahwa kita harus berkompetisi, namun setidaknya itu dapat menjadi motor, penggerak, untuk kita dapat terus maju. Karena itu kita tidak boleh berhenti di tempat, kita harus terus melangkah maju hingga visi gereja kita tercapai, demi kemuliaan dan kebesaran nama Tuhan saja.
Visi gereja kita adalah menjadi gereja yang dinamis, bertumbuh, dan berdampak. Dinamis artinya terus berjalan, terus berkarya, dan terus berinovasi. Bertumbuh berbicara mengenai penambahan secara kuantitas dan kualitas. Berdampak artinya pelayanan kita dirasakan semua orang dan memang bertujuan untuk banyak orang lain di luar gereja, berdampak bagi mereka yang terhilang.
Kita tidak boleh berpuas diri dengan pelayanan-pelayanan yang kita miliki. Kita tidak boleh puas dengan ”yang penting ada”.
Tuhan tidak melihat berapa banyak tanaman mangga yang kita tanam. Tapi yang Tuhan cari adalah buah mangga dari pohon yang kita tanam. Apalah artinya pohon mangga berdiri bertahun-tahun tanpa buah. Kecuali dipotong dan dibakar.
Buah itu harus dirasakan orang banyak, khususnya orang luar, yang belum mengenal Tuhan. Orang sekitar kita, sekitar lingkungan gereja, dan orang-orang di sekitar kehidupan jemaat GIA Dr. Cipto.
Memang baik, ketika musim mangga kita menemukan banyak buah mangga. Namun sebagai pecinta mangga, tentunya kita pasti menginginkan sebisa mungkin tiap hari, meski bukan musimnya pun, kita dapat selalu menemukan buah mangga. Benar bukan?
Begitu pula dengan aksi sosial yang gereja kita sering lakukan, khususnya saat event musim natal atau paskah. Seperti Donor Darah, Pasar Murah, dan Bagi Sembako.
Sudah menjadi rahasia umum kalau kebanyakan gereja-gereja pasti sibuk dengan aksi sosial saat menjelang natal atau paskah. Tidak ada yang salah jika itu kita lakukan eventually. Namun jika kita mau berbuat lebih, alangkah baiknya jika itu menjadi kegiatan rutin tiap bulan.
Pengobatan gratis. Itu salah satu aksi sosial yang pernah dilakukan gereja kita, namun itu dulu. Bagaimana kalau kita hidupkan kembali aksi ini? Dan kita lakukan minimal 2 bulan sekali.
Gereja dipanggil bukan untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan jemaat. Gereja dipanggil bukan untuk menjadi Ahli Taurat / Orang Farisi, yang tidak membawa dampak apapun. Namun gereja dipanggil untuk mengutus orang-orang yang membawa dampak nyata dalam setiap aspek hidupnya.
Yuk kita tidak lagi hanya berpusat pada diri sendiri, kita hanya sibuk memikirkan masalah pribadi kita sendiri dan melupakan panggilan kita. Percayalah, ketika kita memikirkan kebutuhan orang lain, Tuhan-lah yang akan memikirkan dan mencukupkan, bahkan lebih dari cukup, setiap kebutuhan kita.
Apalah artinya kita hebat dan dipuji-puji di gereja, namun dalam kehidupan sekuler kita menjadi batu sandungan bagi orang lain. Praktek iman tidak hanya diperlukan di dalam gereja, namun praktek iman jauh lebih diperlukan dalam kehidupan kita, saat kita bersinggungan dengan orang lain di sekitar kita.
Tidak ada yang salah dengan adanya gereja mendatangkan seorang artis, band rohani kristen ternama, ataupun pembawa Firman terkenal. Sebuah kesalahan besar kalau motivasinya hanya sebatas untuk kesenangan internal ataupun untuk membesarkan nama gereja.
Mendatangkan artis memang diperlukan. Jika dan hanya jika ada maksud misi dibaliknya. Bila perlu, undang artis yang memang juga dikenal sekuler.
Dengan adanya artis, jemaat diajak untuk mengajak orang-orang yang belum mengenal Tuhan untuk datang ke acara tersebut dan kemudian mereka di-follow up untuk dapat mengenal Tuhan lebih lagi, semua demi kebesaran dan kemuliaan nama Tuhan. Itu sah-sah saja.
Dalam komunitas, baik itu KAA, Youth, Keluarga Muda, PPK, PWK, Lansia, tentunya kita semua menghendaki adanya kaderisasi. Sebisa mungkin semua anggota pernah mencicipi jabatan kepengurusan. Tentunya bukan untuk kepentingan kekuasaan. Namun agar semua anggota komunitas dapat saling belajar, bagaimana menggembalakan dan digembalakan.
Alangkah baiknya hal ini juga terjadi di komunitas Diakonia di gereja kita. Dalam hati kecil kita tentu rindu, suatu saat anggota diakonia, yang kita bantu melalui pelayanan diakonia di gereja kita, suatu saat menjadi orang-orang yang mandiri.
Mereka tidak lagi terus mencari ikan melalui komunitas diakonia ini. Melainkan suatu saat mereka dapat memberikan ikan kepada anggota diakonia lain.
Mereka yang dulu kurang mandiri dapat lebih mandiri dan membantu orang lain yang kurang mandiri. Bagaimana cara mereka bisa mandiri? Jangan selalu berikan ikan, namun ajarkan mereka bagaimana mereka dapat menangkap ikan dengan tangan mereka sendiri.
Jangan hanya memberi ikan, tapi juga berilah kail pada mereka. Berikan training-training yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat mereka masing-masing. Dan percayalah, mungkin kalau saat ini mereka masih ”tangan di bawah”, percayalah cepat atau lambat mereka pasti akan menjadi ”tangan di atas”.
Bagaimana dengan para pendoa gereja kita? Firman Tuhan mengatakan, doa adalah nafas. Secara ilmu kesehatan, wanita cenderung lebih mudah kehabisan nafas daripada pria. Begitu pula dengan usia, makin tua nafas kita makin terasa lebih pendek daripada saat kita masih muda.
Doa adalah dasar. Begitu pula dengan pendoa. Pendoa berada di garis terdepan.
Dalam peperangan, garda terdepanlah yang tentu pertama kali akan diserang musuh. Tanpa bermaksud mengkerdilkan siapapun, bagaimana pasukan di belakangnya dapat bertahan kalau garda terdepan diisi oleh kaum wanita yang sudah cukup umur.
Gereja-gereja besar di Indonesia maupun di luar negeri, mereka bisa makin berkembang dan makin besar, karena memiliki pasukan doa yang kuat dan banyak, dengan komposisi jumlah pemuda lebih banyak.
Bagaimana cara kita berpikir, itu yang akan terjadi dalam hidup kita. Karena dengan ukuran yang kita pakai untuk mengukur, akan diukurkan juga kepada kita.
Tuhan Yesus, saat ini kami berdoa menyerahkan gereja kami, GIA Dr. Cipto. Terima kasih atas setiap anugerah dan cinta-Mu atas gereja ini. Pakai gereja ini lebih lagi Tuhan. Gereja yang dinamis, bertumbuh, dan berdampak.
Sehingga pelayanan kami bertambah banyak, merambah semua sektor, ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, merambah semua lapisan masyarakat, serta setiap pelayanan kami berbuah, manis, dan buahnya dapat dirasakan oleh warga sekitar gereja, dirasakan oleh pemerintah Semarang, Jawa Tengah, dan berdampak bagi negara kami Indonesia.
Kami juga berdoa menyerahkan Gembala kami, Pdt. Goenawan Susanto, kami serahkan juga setiap Penatua, Rohaniwan, Diaken, urapi mereka semua ya Tuhan. Agar hati-Mu ada atas mereka. Setiap detak jantung mereka bunyinya sama dengan detak jantung-Mu ya Tuhan, yaitu ”jiwa”, ”jiwa”, ”jiwa”, ”jiwa”, dan ”jiwa”.
Sekali lagi ya Tuhan, transferkanlah visi-Mu atas hamba-hamba-Mu ini, agar mereka juga dapat mentransferkannya kepada jemaat-jemaat-Mu, yang Engkau kasihi, jemaat GIA Dr. Cipto.
Kami mau lupakan semua masa lalu gereja kami. Setiap kegagalan ataupun keberhasilan yang pernah diraih gereja ini, kami taruh di bawah kaki-Mu Tuhan. Kami tidak mau hidup dalam masa lalu, tapi kami mau terus berjalan maju menggenapi visi yang telah Engkau taruh dalam hati kami.
Kami serahkan sisa umur gereja ini ke dalam tangan-Mu Tuhan. Biar kami dapat menjawab setiap panggilan-Mu dan kami selalu siap kemanapun Engkau mengutus kami.
Di dalam nama Tuhan Yesus.
Amin. |
|
|