Sebagaimana Kristus telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba demi kita, mulailah merendahkan hati dan bertindak membantu mereka yang terhilang untuk mengenal kasih Tuhan.
Jumat, 30 Oktober 2015 | Tema: Menjangkau Yang Terhilang
’Blacklist’ Anggota Jemaat
Filipi 2:5-11
’Tuhan, kirimkanlah jiwa-jiwa yang haus akan Engkau ke gereja kami. Pakailah kami untuk menjangkau mereka yang terhilang. Kami siap menjadi alat bagi kemuliaan-Mu.’ Demikian bunyi permohonan jemaat di suatu gereja kepada Tuhan. Ketika kemudian Tuhan mengabulkan doa mereka, ibadah di gereja itu mulai menunjukkan perubahan. Bangku-bangku kosong mulai terisi. Jemaat yang tadinya dapat duduk dengan leluasa kini harus duduk berdekatan satu sama lain. Aroma keringat berbaur dengan wangi parfum yang menyengat. Dengung percakapan sepanjang ibadah mulai terdengar di sana sini. Gemerisik bungkus-bungkus permen yang dibuka dan diremas sebelum dibuang di sisipan bangku semakin sering terdengar selama kotbah disampaikan. Hal-hal yang dahulu tak terpikirkan kini muncul satu persatu dan membuat jemaat mulai ’gerah’.
Belum lagi kasak-kusuk yang mulai beredar di kalangan anggota-anggota lama gereja. Jauhi anggota baru yang bernama Pak Ini, dia dikenal sebagai tukang tipu. Jangan bergaul dengan anggota baru yang bernama Bu Itu, dia bekas ’simpanan’ suami orang. Kucilkan si ABC, tingkahnya tidak sopan selama ibadah. Dan masih panjang daftar nama anggota baru yang di-’blacklist’ oleh jema...selengkapnya »
’Tuhan, kirimkanlah jiwa-jiwa yang haus akan Engkau ke gereja kami. Pakailah kami untuk menjangkau mereka yang terhilang. Kami siap menjadi alat bagi kemuliaan-Mu.’ Demikian bunyi permohonan jemaat di suatu gereja kepada Tuhan. Ketika kemudian Tuhan mengabulkan doa mereka, ibadah di gereja itu mulai menunjukkan perubahan. Bangku-bangku kosong mulai terisi. Jemaat yang tadinya dapat duduk dengan leluasa kini harus duduk berdekatan satu sama lain. Aroma keringat berbaur dengan wangi parfum yang menyengat. Dengung percakapan sepanjang ibadah mulai terdengar di sana sini. Gemerisik bungkus-bungkus permen yang dibuka dan diremas sebelum dibuang di sisipan bangku semakin sering terdengar selama kotbah disampaikan. Hal-hal yang dahulu tak terpikirkan kini muncul satu persatu dan membuat jemaat mulai ’gerah’.
Belum lagi kasak-kusuk yang mulai beredar di kalangan anggota-anggota lama gereja. Jauhi anggota baru yang bernama Pak Ini, dia dikenal sebagai tukang tipu. Jangan bergaul dengan anggota baru yang bernama Bu Itu, dia bekas ’simpanan’ suami orang. Kucilkan si ABC, tingkahnya tidak sopan selama ibadah. Dan masih panjang daftar nama anggota baru yang di-’blacklist’ oleh jemaat lama.
Sudah lupakah mereka akan doa yang mereka panjatkan sendiri? Tak mengertikah mereka bahwa jiwa-jiwa yang terhilang itu termasuk tukang tipu yang ingin bertobat? ’Simpanan’ orang yang ingin meninggalkan kehidupan lamanya? Anggota jemaat baru yang belum mengerti tata cara ibadah yang benar? Apakah mereka berharap jiwa-jiwa yang terhilang itu muncul di gereja dalam bentuk orang-orang suci tak bercacat? Bukankah harapan mereka yang tak masuk akal itu terdengar menggelikan?
Kalau dipikir-pikir memang menggelikan reaksi mereka atas dikabulkannya permohonan mereka sendiri. Namun seperti itulah yang terjadi di banyak gereja. Menjadi alat bagi kemuliaan Tuhan. Menjangkau yang terhilang. Membuka lebar-lebar pintu gereja bagi jiwa-jiwa baru yang haus akan Tuhan. Semua itu memiliki konsekuensi. Butuh pengorbanan untuk melepaskan kenyamanan. Butuh kesabaran untuk membimbing yang belum memahami. Butuh kesediaan untuk merendahkan hati seperti Yesus yang mau bergaul dengan para pemungut cukai. Ada konsekuensi yang harus dijalani bersama. Ada upaya nyata yang harus dilakukan untuk mewujudkan kerinduan hati kita untuk menjangkau yang terhilang.
Berhenti menganggap diri kita lebih tinggi dan lebih baik daripada mereka yang terhilang. Sebagaimana Kristus telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba demi kita, mulailah merendahkan hati dan bertindak membantu mereka untuk mengenal kasih Tuhan. Kita ambil bagian di dalam membimbing pertumbuhan rohani mereka sehingga kita bisa bersama-sama bertumbuh menyerupai Kristus.