|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
”Berbuat baik” tanpa mementingkan diri sendiri berarti mencerminkan hati Allah dan memenuhi hukum kasih-Nya. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » ”Bertindak Maksimal” |
|
”Bertindak Maksimal” |
|
Selasa, 28 Oktober 2014 | Tema: Goodness and Generousity |
|
|
|
|
|
”Bertindak Maksimal” |
|
Galatia 6:1-10 |
|
|
|
|
|
|
”Kegelapan besar” pada tanggal 9 Nopember 1965 merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi masyarakat yang tinggal di daerah sebelah timur laut Amerika. Gangguan listrik dalam skala besar ini telah mengakibatkan kegelapan di delapan negara bagian di sebelah timur laut Amerika, serta sebagian Ontario dan Quebec di timur Kanada, meliputi 128.000 kilometer persegi dan berdampak pada 30 juta orang. Tanpa penerangan listrik, kebutuhan akan lilin pun meningkat dengan pesat. Seorang penyiar sebuah stasiun radio di New York yang tetap mengudara karena memiliki sumber listrik cadangan melaporkan, ”Sebuah ‘drama’ menarik sedang ditayangkan di jalan-jalan. Harga lilin di banyak toko telah meningkat dua kali lipat. Namun, ada juga beberapa pedagang baik hati yang menjualnya hanya setengah harga, atau bahkan memberikannya secara cuma-cuma.”
Pada saat darurat ini, beberapa pemilik toko lebih mengutamakan kepedulian mereka terhadap sesama daripada keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Namun, sebagian lainnya memanfaatkan situasi ini lebih untuk keuntungan pribadi daripada rasa peduli akan sesama. Situasi yang sama menghasilkan dua tipe orang yang be...selengkapnya » |
”Kegelapan besar” pada tanggal 9 Nopember 1965 merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi masyarakat yang tinggal di daerah sebelah timur laut Amerika. Gangguan listrik dalam skala besar ini telah mengakibatkan kegelapan di delapan negara bagian di sebelah timur laut Amerika, serta sebagian Ontario dan Quebec di timur Kanada, meliputi 128.000 kilometer persegi dan berdampak pada 30 juta orang. Tanpa penerangan listrik, kebutuhan akan lilin pun meningkat dengan pesat. Seorang penyiar sebuah stasiun radio di New York yang tetap mengudara karena memiliki sumber listrik cadangan melaporkan, ”Sebuah ‘drama’ menarik sedang ditayangkan di jalan-jalan. Harga lilin di banyak toko telah meningkat dua kali lipat. Namun, ada juga beberapa pedagang baik hati yang menjualnya hanya setengah harga, atau bahkan memberikannya secara cuma-cuma.”
Pada saat darurat ini, beberapa pemilik toko lebih mengutamakan kepedulian mereka terhadap sesama daripada keinginan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Namun, sebagian lainnya memanfaatkan situasi ini lebih untuk keuntungan pribadi daripada rasa peduli akan sesama. Situasi yang sama menghasilkan dua tipe orang yang berbeda, yaitu yang mencari kepentingan diri sendiri dan yang memikirkan kepentingan orang banyak.
Bagaimana seharusnya kita menyikapi situasi ini? Apakah kita memiliki rasa belas kasihan kepada orang yang membutuhkan dan menunjukkan kebaikan kepada mereka? Satu-satunya respons yang tepat terdapat dalam Galatia 6:10, ”Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang”. Pepatah Jawa berkata, “Urip iku mung mampir ngombe”. Artinya, hidup itu adalah sementara yang diibaratkan seperti seseorang yang minum air, yang hanya sesaat. Di dalam waktu yang singkat itu, Tuhan menginginkan untuk kita “bertindak maksimal”, selagi kita ada di dunia ini.
“Bertindak maksimal” berarti memberikan hidup yang terbaik untuk memuliakan nama Tuhan sekaligus untuk menjadi berkat bagi sesama. Dengan segala harta benda, materi, talenta, semangat, pemikiran, perkataan, dan seluruh tindakan yang kita miliki, berikanlah yang terbaik bagi Tuhan dan sesama. Janganlah kita membiarkan ego menguasai hidup kita, sehingga fokus hidup hanya pada diri sendiri. “Bertindaklah maksimal”, berilah yang terbaik bagi Tuhan dan sesama. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|