|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Selalu ada alasan untuk bersyukur, bernyanyilah sebab Dia sungguh baik!
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Aku Bernyanyi, Sebab Dia Sungguh Baik |
|
Aku Bernyanyi, Sebab Dia Sungguh Baik |
|
Selasa, 17 November 2015 | Tema: Hasrat Untuk Menyembah |
|
|
|
|
|
Aku Bernyanyi, Sebab Dia Sungguh Baik |
|
Mazmur 30:1-13 |
|
|
|
|
|
|
Masa panen menjadi momen paling dinanti masyarakat yang hidupnya masih bergantung pada usaha pertanian. Seperti masyarakat di dusun Moncongloe, Makasar yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Satu hal yang menarik dari dusun ini bukanlah hasil pertanian yang mereka tuai tiap tahunnya, namun bagaimana mereka mempertahankan tradisi leluhur saat panen raya. Mereka memiliki tradisi yang disebut dengan Tumbuk Lesung. Tumbuk lesung atau bahasa daerahnya Akdengka Ase Lolo merupakan salah satu ritual dalam pesta panen di dusun ini. Pesta panen ini diadakan sebagai rasa syukur atas hasil panen yang telah ditunggu selama beberapa bulan. Akdengka Ase Lolo dilakukan oleh gadis-gadis muda dengan cara menumbuk lesung sehingga menimbulkan bunyi-bunyian merdu dan berirama.
Tarian, nyanyian, bunyi-bunyian atau musik merupakan hal-hal yang kerapkali dipergunakan sebagai wujud syukur atas hal-hal yang telah diperoleh. Demikian pula yang dilakukan pemazmur. Perikop yang telah kita baca merupakan sebuah pergumulan dari pemazmur ketika ia berada dalam keadaan yang tidak berdaya. Di tengah-tengah ketidakberdayaannya, pemazmur berseru kepada Tuhan meminta pertolongan. Tuhan mendengar permohonan dari sang pemazmur dan kemudian memulihkan keadaannya. Sebagai ungkapan s...selengkapnya » |
Masa panen menjadi momen paling dinanti masyarakat yang hidupnya masih bergantung pada usaha pertanian. Seperti masyarakat di dusun Moncongloe, Makasar yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Satu hal yang menarik dari dusun ini bukanlah hasil pertanian yang mereka tuai tiap tahunnya, namun bagaimana mereka mempertahankan tradisi leluhur saat panen raya. Mereka memiliki tradisi yang disebut dengan Tumbuk Lesung. Tumbuk lesung atau bahasa daerahnya Akdengka Ase Lolo merupakan salah satu ritual dalam pesta panen di dusun ini. Pesta panen ini diadakan sebagai rasa syukur atas hasil panen yang telah ditunggu selama beberapa bulan. Akdengka Ase Lolo dilakukan oleh gadis-gadis muda dengan cara menumbuk lesung sehingga menimbulkan bunyi-bunyian merdu dan berirama.
Tarian, nyanyian, bunyi-bunyian atau musik merupakan hal-hal yang kerapkali dipergunakan sebagai wujud syukur atas hal-hal yang telah diperoleh. Demikian pula yang dilakukan pemazmur. Perikop yang telah kita baca merupakan sebuah pergumulan dari pemazmur ketika ia berada dalam keadaan yang tidak berdaya. Di tengah-tengah ketidakberdayaannya, pemazmur berseru kepada Tuhan meminta pertolongan. Tuhan mendengar permohonan dari sang pemazmur dan kemudian memulihkan keadaannya. Sebagai ungkapan syukur kepada Sang Penolong, pemazmur memberikan puji-pujian dan bernyanyi. Bagi pemazmur, nyanyian, pujian dan penyembahan merupakan ungkapan rasa syukur yang besar dan juga sekaligus pengakuan imannya kepada Allah yang telah menjadi penolongnya. Pemazmur mengerti benar bahwa Allah yang pada waktu itu telah menolong akan terus menjadi penolongnya dan ia tidak ragu untuk terus menjadi pemuji dan penyembah-Nya.
Tentu kehidupan kita selama masih ada di dunia ini tidak lepas dari permasalahan, dari penantian penyelesaian sebuah permasalahan. Melalui tulisan dari pemazmur, kita diajar untuk selalu berseru kepada Tuhan ketika kita berada dalam permasalahan. Pemazmur juga mengajarkan untuk kita selalu mengungkapkan rasa syukur ketika Allah telah bertindak bagi kita melalui pujian dan penyembahan. Mari kita ingat-ingat kembali perbuatan kasih Allah di sepanjang hidup kita dan kita nyatakan syukur kita kepada-Nya melalui pujian dan penyembahan kita. Amin. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|