|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hargai keberadaan seorang anak karena tanpa kita sadari, kadang bukan kita yang mengajari anak, namun justru anak-anak yang mengajari kita banyak hal |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Ribkah E. Christanti |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Anak Kecil Versi Tuhan |
|
Anak Kecil Versi Tuhan |
|
Kamis, 07 Januari 2016 | Tema: KerajaanMu Datanglah |
|
|
|
|
|
Anak Kecil Versi Tuhan |
|
Matius 18:1-5 |
|
|
|
|
|
|
Sudah 6 tahun berlalu, namun kenangan tentang Lia masih tergambar jelas dalam ingatan kami. Sekitar tahun 2009, ada sekeluarga Hamba Tuhan dari Banjar, Kalimantan yang menginap di rumah kami. Waktu itu ibu saya sedang sakit perut sehingga hanya bisa berbaring. Lia yang saat itu berusia 5 tahun mendatangi ibu dan melakukan hal yang tidak kami duga. Dia menumpangkan tangannya ke atas perut ibu, memejamkan mata seraya berdoa dengan bersungguh-sungguh, katanya, “Iblis yang ada di bawah tanah... hancurkan dalam nama Yesus!” Spontan saja kami yang melihat peristiwa aneh dan lucu itu langsung tertawa. Perasaan kami bercampur aduk, antara heran, kaget dan sangat terhibur. Ya, begitulah anak-anak.
Anak-anak mewakili banyak sekali sifat dan keadaan. Di antaranya: rendah hati, polos, murni jiwanya, tidak punya kepentingan, apa adanya, lemah, belum atau tidak memiliki hak [waris, pilih, mengemudi, dll], dan kaum yang terbatas. Beberapa di antara kita mungkin menganggap bahwa anak-anak itu mengganggu dan merepotkan sehingga ada pasangan suami istri yang tidak mau memiliki anak seperti yang terjadi di negara maju. Namun Yesus justru memiliki anggapan yang berbeda tentang anak-anak seperti yang tertulis dalam nats kita hari ini. Dia memposisikan anak-anak beserta sifat-sifatnya ...selengkapnya » |
Sudah 6 tahun berlalu, namun kenangan tentang Lia masih tergambar jelas dalam ingatan kami. Sekitar tahun 2009, ada sekeluarga Hamba Tuhan dari Banjar, Kalimantan yang menginap di rumah kami. Waktu itu ibu saya sedang sakit perut sehingga hanya bisa berbaring. Lia yang saat itu berusia 5 tahun mendatangi ibu dan melakukan hal yang tidak kami duga. Dia menumpangkan tangannya ke atas perut ibu, memejamkan mata seraya berdoa dengan bersungguh-sungguh, katanya, “Iblis yang ada di bawah tanah... hancurkan dalam nama Yesus!” Spontan saja kami yang melihat peristiwa aneh dan lucu itu langsung tertawa. Perasaan kami bercampur aduk, antara heran, kaget dan sangat terhibur. Ya, begitulah anak-anak.
Anak-anak mewakili banyak sekali sifat dan keadaan. Di antaranya: rendah hati, polos, murni jiwanya, tidak punya kepentingan, apa adanya, lemah, belum atau tidak memiliki hak [waris, pilih, mengemudi, dll], dan kaum yang terbatas. Beberapa di antara kita mungkin menganggap bahwa anak-anak itu mengganggu dan merepotkan sehingga ada pasangan suami istri yang tidak mau memiliki anak seperti yang terjadi di negara maju. Namun Yesus justru memiliki anggapan yang berbeda tentang anak-anak seperti yang tertulis dalam nats kita hari ini. Dia memposisikan anak-anak beserta sifat-sifatnya sebagai teladan bagi kita dalam mencari Tuhan dan menyambut Kerajaan-Nya. Dia juga menghargai anak-anak sebagai simbol prioritas pelayanan kita kepada kaum yang lemah, tak memiliki hak dan terbatas.
Dari uraian tersebut kita dapat belajar bahwa ada 2 hal penting yang tersirat melalui sikap Tuhan terhadap anak-anak. Pertama, hendaklah kita memiliki ketulusan dan kerendahan hati dalam mencari Tuhan dan menyambut Kerajaan-Nya. Kedua, hendaklah kita menyambut dan menghargai setiap orang yang rindu mencari Tuhan, termasuk orang yang terpinggirkan, yang tidak diperhitungkan, yang lemah dan penuh keterbatasan sekalipun dengan penuh penghormatan seperti yang Yesus teladankan. Mungkin selama ini kita masih setuju dengan anggapan orang banyak bahwa anak-anak itu kurang penting; atau prioritas pelayanan kita masih dikendalikan oleh orang berduit; pelayanan kita dikendalikan oleh keinginan untuk memiliki nikmat Tuhan yang lebih banyak atau posisi-posisi penting dalam gereja, dan bukan belas kasihan kepada kaum margina [terpinggirkan]. Ini adalah saatnya untuk kembali pada teladan Tuhan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|