|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
‘Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Krsitus, Tuhan kita.’ [1 Tesalonika 5:9] |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Anak Terang Tinggallah Tenang |
|
Anak Terang Tinggallah Tenang |
|
Rabu, 07 Desember 2016 | Tema: Siap Menyambut KedatanganNya |
|
|
|
|
|
Anak Terang Tinggallah Tenang |
|
1 Tesalonika 5:1-11 |
|
|
|
|
|
|
Informasi bersliweran di mata dan telinga kita. Kasus sang gubernur ditanggapi berbagai rupa. Rupa-rupa yang dapat kita nilai sebagai rupa bersih nan tulus, rupa marah, rupa konyol, rupa takut dan tak jelas rupanya. Hingga terjadilah deru tuntutan yang menggelora di jalanan. Sejumlah besar massa membangun asa bersama. Suara-suara santun berbaur dengan cacian kebencian dan umpatan yang arogan. Kata “kafir!” mendadak mendengung memenuhi langit ibukota negara. Apakah ini pertanda bahwa kedamaian dan ketenangan selama ini hanyalah tampilan permukaan di negeri ini? Hanyalah topeng rupawan di balik wajah berbisul? Yang siap mengoyak ke-bhinneka tunggal ika-an yang selama ini coba dirajut oleh orang-orang lugu yang bermaksud baik.
Lambat-laun kita menyadari bahwa 1000 hari kedamaian tidak dapat menjamin bahwa hari yang ke-1001 tetap akan damai. Malapetaka sewaktu-waktu dapat hadir pada saat yang tidak dapat di duga. Dan bukankah ketiadapastian ini begitu menakutkan bagi kita, kaum minoritas yang mudah merasa minder dan tak berdaya? Dalam situasi seperti ini sekonyong-konyong timbul perasaan bahwa kiamat sudah ada di hadapan kita. Meskipun tidak banyak, tetapi ada orang-orang percaya yang sudah mengkaitkan demonstrasi 411 sebagai tanda kiamat. Ulasannya diunggah di med...selengkapnya » |
Informasi bersliweran di mata dan telinga kita. Kasus sang gubernur ditanggapi berbagai rupa. Rupa-rupa yang dapat kita nilai sebagai rupa bersih nan tulus, rupa marah, rupa konyol, rupa takut dan tak jelas rupanya. Hingga terjadilah deru tuntutan yang menggelora di jalanan. Sejumlah besar massa membangun asa bersama. Suara-suara santun berbaur dengan cacian kebencian dan umpatan yang arogan. Kata “kafir!” mendadak mendengung memenuhi langit ibukota negara. Apakah ini pertanda bahwa kedamaian dan ketenangan selama ini hanyalah tampilan permukaan di negeri ini? Hanyalah topeng rupawan di balik wajah berbisul? Yang siap mengoyak ke-bhinneka tunggal ika-an yang selama ini coba dirajut oleh orang-orang lugu yang bermaksud baik.
Lambat-laun kita menyadari bahwa 1000 hari kedamaian tidak dapat menjamin bahwa hari yang ke-1001 tetap akan damai. Malapetaka sewaktu-waktu dapat hadir pada saat yang tidak dapat di duga. Dan bukankah ketiadapastian ini begitu menakutkan bagi kita, kaum minoritas yang mudah merasa minder dan tak berdaya? Dalam situasi seperti ini sekonyong-konyong timbul perasaan bahwa kiamat sudah ada di hadapan kita. Meskipun tidak banyak, tetapi ada orang-orang percaya yang sudah mengkaitkan demonstrasi 411 sebagai tanda kiamat. Ulasannya diunggah di media sosial atau mungkin juga telah disampaikan dalam kotbah-kotbah. Lalu bagaimanakah kita harus bersikap dalam situasi ini?
Di barisan bangku paling belakang gereja duduk pemuda sebatangkara bersama beberapa pemuda-pemudi merenungkan masalah ini. Sebuah masalah yang bisa saja mengganggu perasaan damai orang-orang percaya dalam merayakan Natal yang akan menjelang. Haruskah kita takut terhadap ketidakpastian situasi? Haruskah kita minder dan putus asa? Gentar terhadap isu kiamat? Pemuda sebatangkara memaknai Natal sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus. Bukan sebagai bayi tak berdaya, tetapi sebagai Raja di atas segala raja. Maka situasi dan kondisi apapun yang terjadi tidak boleh membuat orang-orang percaya merasa minder, putus asa, apalagi di dera ketakutan yang berlebihan. Sebagaimana perasaan orang-orang yang tidak menyiapkan diri, yang berada dalam kegelapan. Tetapi orang-orang percaya adalah anak-anak terang yang telah hidup setiap hari bersama dengan Tuhan. Hidupnya dibimbing oleh iman dan kasih yang membara; pengharapannya kuat akan keselamatan yang datang dari Tuhan. Maka dalam situasi dan kondisi apapun juga anak-anak terang tetap tinggal tenang. Dan tiba-tiba “Sttt…..tt.. jangan bilang siapa-siapa ya?” kata pemuda sebatangkara menutup penuturannya.
Jemaat yang terkasih, belajarlah hidup setiap hari bersama Tuhan. Gemarlah merenungkan firman Tuhan. Janganlah jemu-jemu berdoa. Tebarkanlah kasih kepada semua orang. Siap sedialah sebagai penyambut-penyambut kedatangan Tuhan. Niscaya kita akan tinggal tenang.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|