|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tidak ada Allah lain seperti Allah kita di dalam Yesus Kristus Tuhan.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Antara Kasih Dan Hukuman |
|
Antara Kasih Dan Hukuman |
|
Kamis, 06 November 2014 | Tema: Forgiven to Forgive |
|
|
|
|
|
Antara Kasih Dan Hukuman |
|
Roma 5:8 |
|
|
|
|
|
|
Ada seorang Bapak mempunyai anak yang sangat nakal. Berulangkali dengan penuh kesabaran sang ayah menasihati dan mengingatkan agar anak ini tidak nakal lagi. Anak ini semakin hari semakin nakal, sampai satu saat ayahnya berkata: “Anakku, ini yang terakhir kali, kalau kamu nakal lagi, ayah masukkan kamu ke kamar gelap di lantai bawah.” Peringatan ini tidak membuat si Anak jera, akhirnya sang Ayah harus mendisiplinnya, menghukum anak itu dengan memasukkannya ke kamar gelap di lantai bawah.
Anak itu memukul-mukul pintu kamar, minta keluar karena takut. Dia berteriak minta ampun. Ayahnya mau membukakan pintu, tapi isterinya melarangnya: “Jangan dibuka, disiplin harus ditegakkan, yang salah harus menerima hukuman!” semakin keras anak itu berteriak dan memukul-mukul pintu karena ketakutan di dalam gelap. Isterinya tetap melarang suaminya membukakan pintu. Ayah itu berkata: “Baik, saya tidak akan melepaskan dia, tetapi saya sangat mengasihi dia... dan saya mau menemani dia.”
Turunlah sang Ayah ke lantai bawah membuka pintu, a...selengkapnya » |
Ada seorang Bapak mempunyai anak yang sangat nakal. Berulangkali dengan penuh kesabaran sang ayah menasihati dan mengingatkan agar anak ini tidak nakal lagi. Anak ini semakin hari semakin nakal, sampai satu saat ayahnya berkata: “Anakku, ini yang terakhir kali, kalau kamu nakal lagi, ayah masukkan kamu ke kamar gelap di lantai bawah.” Peringatan ini tidak membuat si Anak jera, akhirnya sang Ayah harus mendisiplinnya, menghukum anak itu dengan memasukkannya ke kamar gelap di lantai bawah.
Anak itu memukul-mukul pintu kamar, minta keluar karena takut. Dia berteriak minta ampun. Ayahnya mau membukakan pintu, tapi isterinya melarangnya: “Jangan dibuka, disiplin harus ditegakkan, yang salah harus menerima hukuman!” semakin keras anak itu berteriak dan memukul-mukul pintu karena ketakutan di dalam gelap. Isterinya tetap melarang suaminya membukakan pintu. Ayah itu berkata: “Baik, saya tidak akan melepaskan dia, tetapi saya sangat mengasihi dia... dan saya mau menemani dia.”
Turunlah sang Ayah ke lantai bawah membuka pintu, anak itu menangis dan memeluk ayahnya. Ayahnya membawa sedikit roti dan air. Mereka duduk di tempat gelap, makan dan minum berdua. Tidak lama kemudian, anak itu tertidur lelap dalam dekapan tangan ayahnya.
Anak ini adalah gambaran diri kita. Alangkah seringnya kita jadi anak-anak yang nakal, berbuat dan melakukan pelanggaran-pelanggaran atas perintah-perintah Bapa kita. Kita patut dihukum dalam kegelapan dunia ini. Dalam ketakutan kita berseru, berteriak mohon ampun kepada-Nya.
Allah kita adalah Allah yang mahakudus. Kekudusan-Nya tidak bisa bersatu dengan dosa. Allah kita adalah Allah yang mahakasih. Kasih setia-Nya melimpahkan pengampunan atas dosa-dosa kita. Allah kita adalah Allah yang mahaadil. Keadilan-Nya menuntut hukuman atas dosa-dosa kita. Dia sendiri telah turun ke dunia yang gelap, lahir menjadi manusia, bernama Sang Immanuel yang menemani, menyertai kita, membukakan pintu keselamatan kekal bagi kita. Dia menuntun kita keluar dari kegelapan dan berjalan dalam terang-Nya yang ajaib. Dia lahir untuk mati. Diatas kayu salib, Yesus menggenapi kasih dan hukuman untuk menebus dosa-dosa kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|