|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tanpa kasih, karunia Roh akan hanya menjadi ‘kendaraan’ untuk mencapai kepentingan pribadi.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Apapun Karunianya, Kasih Pengikatnya |
|
Apapun Karunianya, Kasih Pengikatnya |
|
Senin, 25 Juli 2016 | Tema: Melayani Sesusi Dengan Karunia |
|
|
|
|
|
Apapun Karunianya, Kasih Pengikatnya |
|
1 Korintus 13:1-13 |
|
|
|
|
|
|
Sambey tersenyum simpul melihat sebuah acara debat politik di televisi. Para politikus konon adalah orang-orang pandai. Jika tidak pandai secara ilmiah, setidaknya pandai bersilat lidah. Di pemandangan Sambey mereka tampak lucu, menggemaskan, dan konyol. Politik dipraktekkan tanpa prinsip melainkan berdasarkan kepentingan pribadi atau kelompok. Kemana arah angin kepentingan berhembus, kesanalah segenap upaya dan daya wajib diarahkan. Tak jarang demi kepentingan tersebut, para politikus menghalalkan segala cara. Tanpa harus lebih dahulu mendapatkan label halal dari suatu lembaga keagamaan. Tak jarang mereka main fitnah dan rasis demi menjatuhkan lawan politiknya. Mereka seolah-olah tidak peduli dengan nilai-nilai Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang menjadi tali pemersatu bangsa.
Senyum Sambey kian lebar ketika ia teringat akan pengalaman menjadi korban rasis semasa di sekolah menengah. Tindakan rasis yang tidak dilakukan oleh teman-teman sebayanya melainkan oleh gurunya. Bukankah guru harusnya menjadi teladan? Tetapi tidak dengan guru yang satu ini. Si guru sering meledek orang-orang atau siswa keturunan Ti...selengkapnya » |
Sambey tersenyum simpul melihat sebuah acara debat politik di televisi. Para politikus konon adalah orang-orang pandai. Jika tidak pandai secara ilmiah, setidaknya pandai bersilat lidah. Di pemandangan Sambey mereka tampak lucu, menggemaskan, dan konyol. Politik dipraktekkan tanpa prinsip melainkan berdasarkan kepentingan pribadi atau kelompok. Kemana arah angin kepentingan berhembus, kesanalah segenap upaya dan daya wajib diarahkan. Tak jarang demi kepentingan tersebut, para politikus menghalalkan segala cara. Tanpa harus lebih dahulu mendapatkan label halal dari suatu lembaga keagamaan. Tak jarang mereka main fitnah dan rasis demi menjatuhkan lawan politiknya. Mereka seolah-olah tidak peduli dengan nilai-nilai Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang menjadi tali pemersatu bangsa.
Senyum Sambey kian lebar ketika ia teringat akan pengalaman menjadi korban rasis semasa di sekolah menengah. Tindakan rasis yang tidak dilakukan oleh teman-teman sebayanya melainkan oleh gurunya. Bukankah guru harusnya menjadi teladan? Tetapi tidak dengan guru yang satu ini. Si guru sering meledek orang-orang atau siswa keturunan Tionghoa dengan sebutah Tuan dan Nyonya Obeng Tang. Tak jarang kata-kata “singkek elek” bergetar dari pita suara dan tercetus keluar dari rongga mulutnya ketika ia marah.
Guru dan politikus adalah alat-alat negara. Di pundak mereka dipercayakan tanggungjawab yang besar. Guru seyogyanya menjadi ujung tombak dalam mencerdaskan dan membentuk karakter anak bangsa. Sebagaimana juga politikus berkewajiban untuk menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Maka lebih dari semua kepandaian dan kepercayaan, mereka haruslah mempunyai hati yang mau mengasihi. Tanpa kasih maka potensi dan wewenang akan dipakai secara salah kaprah.
Jemaat yang terkasih, kita diingatkan oleh perenungan Sambey di atas. Bahwa sebagai orang-orang yang diberi kepercayaan oleh Tuhan berupa karunia-karunia Roh, kita mesti mempunyai kasih yang menjadi dasar dan yang mengikat kita dalam satu kesatuan. Kasih-lah yang menjadikan orang-orang percaya dengan karunia-karunia berbeda-beda dapat saling menghargai dan melayani dengan kesehatian sebagai satu kesatuan tubuh Kristus. Tanpa kasih kita bisa menyalahgunakan karunia dari Tuhan demi kepentingan pribadi kita. Bukannya untuk kemuliaan Tuhan, malah kita menjadi sombong oleh karena karunia hebat yang dipercayakan pada kita. Oleh sebab itu apapun karunia yang Tuhan percayakan kepada kita, kasihlah yang menjadi pengikatnya. Semuanya itu hanya demi kemuliaan Tuhan yang semakin besar.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|