|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kita mengikut Tuhan [beribadah kepada-Nya] bukanlah untuk memuaskan kemauan atau kebutuhan kita sendiri, tetapi wujud kasih yang mengedepankan kehendak Tuhan. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Awas! Generasi Lembu Emas |
|
Awas! Generasi Lembu Emas |
|
Selasa, 12 Mei 2015 | Tema: Generasi Yang Melakukan Kehendak Allah |
|
|
|
|
|
Awas! Generasi Lembu Emas |
|
Keluaran 32:1-35 |
|
|
|
|
|
|
“Bret...bret...breeeett,” serentetan bunyi menyibak udara ketika Benay berusaha mengeluarkan ingus dari hidungnya yang meler karena pilek. Sehelai sapu tangan yang sudah tampak basah kuyup digenggamnya. Sambey bergidik melihatnya lalu berkomentar, “Ih...hari gini pakai sapu tangan. Kuno! Orang modern pakainya tissue! Praktis, tak pakai repot!” Disodorkanlah secarik tissue kepada Benay tetapi segera ditolaknya. “Tissue hanya menambah sampah saja!”, kata Benay singkat. Beberapa saat terdiamlah Sambey memikirkan perkataan sahabatnya itu. Pikirnya benar juga perkataan Benay. Sudah lama sapu tangan lenyap dari peredaran dan digantikan tissue. Penggambaran tissue sebagai gaya modern mendorong orang-orang untuk lebih percaya diri dalam memakainya. Selain itu praktis. Selesai pakai langsung buang. Tanpa disadari, tissue memberikan cerminan mental manusia zaman sekarang ini, yaitu menyukai pencitraan daripada hakikat dan condong kepada yang instan daripada proses. Dengan demikian kurang memikirkan akibat dari tindakannya terhadap lingkungan dan bahkan bagi orang lain.
“Breet...Certrterteetrrrr...Treeeitt” tiba-tiba rentetan bunyi bak agresi kedua ini menyentakkan Sambey dari perenungannya. Dipandangnya lagi Benay dengan perasaan risih. “Mbok, sapu tanganmu ganti yang baru, l...selengkapnya » |
“Bret...bret...breeeett,” serentetan bunyi menyibak udara ketika Benay berusaha mengeluarkan ingus dari hidungnya yang meler karena pilek. Sehelai sapu tangan yang sudah tampak basah kuyup digenggamnya. Sambey bergidik melihatnya lalu berkomentar, “Ih...hari gini pakai sapu tangan. Kuno! Orang modern pakainya tissue! Praktis, tak pakai repot!” Disodorkanlah secarik tissue kepada Benay tetapi segera ditolaknya. “Tissue hanya menambah sampah saja!”, kata Benay singkat. Beberapa saat terdiamlah Sambey memikirkan perkataan sahabatnya itu. Pikirnya benar juga perkataan Benay. Sudah lama sapu tangan lenyap dari peredaran dan digantikan tissue. Penggambaran tissue sebagai gaya modern mendorong orang-orang untuk lebih percaya diri dalam memakainya. Selain itu praktis. Selesai pakai langsung buang. Tanpa disadari, tissue memberikan cerminan mental manusia zaman sekarang ini, yaitu menyukai pencitraan daripada hakikat dan condong kepada yang instan daripada proses. Dengan demikian kurang memikirkan akibat dari tindakannya terhadap lingkungan dan bahkan bagi orang lain.
“Breet...Certrterteetrrrr...Treeeitt” tiba-tiba rentetan bunyi bak agresi kedua ini menyentakkan Sambey dari perenungannya. Dipandangnya lagi Benay dengan perasaan risih. “Mbok, sapu tanganmu ganti yang baru, lalu yang kotor itu dicuci,” nasihat Sambey. “Aku cuma punya satu. Kalau bisa belikan aku sapu tangan. Sekarang nyarinya susah, tau!,” kata Benay sedikit sewot.
Jemaat yang terkasih, mental pencitraan, yang hanya mau menampakkan sisi kulit luar saja dan menolak mencari pengertian yang mendalam tentang iman; dan mental instan [asal cepat] yang tidak sabar terhadap proses pendewasaan iman, adalah dua bentuk mental generasi anak lembu emas. Dua mental ini muncul pertama kali pada diri bangsa Israel yang goyah hatinya karena ketidakpastian nasib Musa di puncak Gunung Sinai. Mereka butuh sesuatu yang pasti dan segera. Pertama-tama, mereka mau Allah yang pasti. Allah yang dapat dipegang dengan tangan dan dilihat dengan mata jasmani. Maka dicitrakanlah Allah yang membawa mereka keluar dari Mesir dalam bentuk patung anak lembu emas. Selanjutnya, mereka bersukaria beribadah kepadanya. Sebuah ibadah pencitraan untuk memuja allah yang mereka bentuk menurut kemauan mereka sendiri. Dan tentu, ibadah mereka adalah ibadah palsu karena sebenarnya yang mereka puja adalah kemauan/kebutuhan diri mereka sendiri.
Jemaat yang terkasih, generasi lembu emas dapat muncul kembali pada zaman kita sekarang ini. Maka waspadalah! Waspadalah! Dan waspadalah! Marilah kita renungkan apakah selama ini kita mengedepankan kehendak Allah atau kebutuhan kita? Apakah kita mempunyai kerinduan yang mendalam untuk mengenal Tuhan? Apakah dalam peristiwa-peristiwa yang kita alami, kita mau tekun dan bersabar dalam mencari dan menanti kehendak Tuhan? Jika jawabannya adalah YA, niscaya kita bukanlah termasuk generasi anak lembu emas itu. Tuhan memberkati kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|