|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Cara mengalahkan kejahatan adalah membalasnya dengan kebaikan. Cara menghentikan kebencian adalah membalasnya dengan kasih dalam pengampunan. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Awas Hati Panas! |
|
Awas Hati Panas! |
|
Jumat, 28 November 2014 | Tema: Forgiven to Forgive |
|
|
|
|
|
Awas Hati Panas! |
|
Kejadian 4:1-24 |
|
|
|
|
|
|
Beberapa bulan ini Benay giat mengikuti latihan tari tamborine khusus pria di gerejanya. Hitung-hitung pelayanan plus usaha melangsingkan perutnya yang kian gembul. Tapi sekian bulan latihan tari tamborine, perut gendut Benay bukannya susut malah tambah mengembang. Melihat tubuh sahabatnya makin bulat, suatu saat Sambey berkomentar, “Wah, tak sawang-sawang kowe bunder tenan.” Benay malu mendengar komentar Sambey. Ia merasa gagal untuk melangsingkan perutnya. Pada suatu kesempatan Benay buka kartu kepada Sambey bahwa upayanya gagal karena hatinya sedang panas. “Kamu tahu aku, Sam. Kalau aku sedang marah, aku lampiaskan dengan banyak makan. Hanya dengan demikian aku merasa sedikit lega”, kata Benay. “Wah, itu tidak sehat Ben. Selain perutmu makin bulat, toh kelegaan itu pasti hanya sementara saja”, kata Sambey. Benay membenarkan kata-kata sahabatnya itu. Ia pun menceritakan bahwa ia marah karena merasa dipermainkan oleh Lucy. Seorang gadis manis yang ia taksir selama ini. “Rasanya hatiku baru puas, jika ia disambar geledeg!” kata Benay geram. Dengan saksama Sambey mendengarkan uneg-uneg sahabatnya itu. Dalam hatinya ia berkata bahwa ia pun sedang marah, yaitu pada Pdt. Itong. Ia belum juga mau mengampuni Pdt. Itong karena dikuasai panas hati.
Jemaat yang terkasih. Kai...selengkapnya » |
Beberapa bulan ini Benay giat mengikuti latihan tari tamborine khusus pria di gerejanya. Hitung-hitung pelayanan plus usaha melangsingkan perutnya yang kian gembul. Tapi sekian bulan latihan tari tamborine, perut gendut Benay bukannya susut malah tambah mengembang. Melihat tubuh sahabatnya makin bulat, suatu saat Sambey berkomentar, “Wah, tak sawang-sawang kowe bunder tenan.” Benay malu mendengar komentar Sambey. Ia merasa gagal untuk melangsingkan perutnya. Pada suatu kesempatan Benay buka kartu kepada Sambey bahwa upayanya gagal karena hatinya sedang panas. “Kamu tahu aku, Sam. Kalau aku sedang marah, aku lampiaskan dengan banyak makan. Hanya dengan demikian aku merasa sedikit lega”, kata Benay. “Wah, itu tidak sehat Ben. Selain perutmu makin bulat, toh kelegaan itu pasti hanya sementara saja”, kata Sambey. Benay membenarkan kata-kata sahabatnya itu. Ia pun menceritakan bahwa ia marah karena merasa dipermainkan oleh Lucy. Seorang gadis manis yang ia taksir selama ini. “Rasanya hatiku baru puas, jika ia disambar geledeg!” kata Benay geram. Dengan saksama Sambey mendengarkan uneg-uneg sahabatnya itu. Dalam hatinya ia berkata bahwa ia pun sedang marah, yaitu pada Pdt. Itong. Ia belum juga mau mengampuni Pdt. Itong karena dikuasai panas hati.
Jemaat yang terkasih. Kain membunuh Habel karena hatinya panas terbakar oleh kecemburuan. Ia dan korban persembahannya tidak diindahkan Tuhan sedangkan adiknya dan korban persembahannya diindahkan Tuhan. Beberapa generasi selanjutnya, Lamekh mengulangi pembunuhan yang dilakukan oleh Kain, bapa leluhurnya. Rupanya Lamekh sedang berselisih dengan seorang laki-laki yang kemudian melukainya dan seorang muda yang memukulnya hingga bengkak. Lamekh tidak sekedar membalas melukai atau memukul, tetapi ia membunuh kedua orang itu. Lamekh yang angkuh, bukannya menyesal atas perbuatannya, malah ia menyombongkan kejahatannya (ayat 23-24). Orang yang angkuh seperti Kain dan terlebih Lamekh adalah orang yang mudah panas hati. Ketika hatinya dibakar api dendam, akal sehatnya tidak bekerja, sehingga mereka tidak mampu mengontrol tindakannya sendiri. Tuhan pasti melawan orang-orang angkuh seperti Kain dan Lamekh yang tahunya hanya menuruti nafsu amarahnya saja.
Jemaat yang terkasih. Setiap orang dapat menjadi panas hati. Terutama jika orang tersebut mempunyai masalah penghargaan diri yang coba ditutupi dengan menyombongkan diri. Ia menjadi orang mudah tersinggung, mendendam, dan tidak mampu mengendalikan diri. Akibatnya adalah sulit untuk mengampuni orang lain. Oleh sebab itu Tuhan menghendaki kita memiliki kerendahan hati. Orang yang rendah hati adalah orang yang tidak mudah panas hati. Orang yang tidak panas hati adalah orang yang mampu mengendalikan diri. Orang yang mampu mengendalikan diri adalah orang yang mampu mengampuni orang lain. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|