Dalam wawancara buletin sekolah edisi liputan pemilihan ketua OSIS, dua siswa diminta pendapatnya tentang dua calon ketua OSIS yang tengah bersaing ketat.
Siswa pertama berkata, ’Menurut saya, Adi kurang asyik pembawaannya, tidak gaul. Mana bisa dia mewakili aspirasi semua siswa? Sedangkan Betsy terlalu sibuk dengan kegiatan baik di dalam maupun di luar sekolah. Mana ada waktu buat mengurus organisasi OSIS nantinya?’
Siswa kedua berpendapat, ’Sebelum dicalonkan sebagai ketua OSIS, Adi sudah menjadi ketua kelas. Ia suka mengamati dan mendengarkan pendapat teman-teman sekelas. Orangnya demokratis. Sedangkan Betsy suka terlibat dengan bermacam-macam kegiatan. Ia sudah terbiasa bersosialisasi.’
Wawancara itu memberi gambaran yang cukup jelas tidak hanya tentang para calon ketua OSIS tetapi juga tentang para pemberi pendapat. Siswa pertama cenderung mencela dengan menggarisbawahi kekurangan-kekurangan. Sementara siswa kedua berusaha menyoroti kelebihan-kelebihan...selengkapnya »
Dalam wawancara buletin sekolah edisi liputan pemilihan ketua OSIS, dua siswa diminta pendapatnya tentang dua calon ketua OSIS yang tengah bersaing ketat.
Siswa pertama berkata, ’Menurut saya, Adi kurang asyik pembawaannya, tidak gaul. Mana bisa dia mewakili aspirasi semua siswa? Sedangkan Betsy terlalu sibuk dengan kegiatan baik di dalam maupun di luar sekolah. Mana ada waktu buat mengurus organisasi OSIS nantinya?’
Siswa kedua berpendapat, ’Sebelum dicalonkan sebagai ketua OSIS, Adi sudah menjadi ketua kelas. Ia suka mengamati dan mendengarkan pendapat teman-teman sekelas. Orangnya demokratis. Sedangkan Betsy suka terlibat dengan bermacam-macam kegiatan. Ia sudah terbiasa bersosialisasi.’
Wawancara itu memberi gambaran yang cukup jelas tidak hanya tentang para calon ketua OSIS tetapi juga tentang para pemberi pendapat. Siswa pertama cenderung mencela dengan menggarisbawahi kekurangan-kekurangan. Sementara siswa kedua berusaha menyoroti kelebihan-kelebihan yang dimiliki masing-masing calon.
Semua orang punya kelebihan dan kekurangan. Namun di dalam Tuhan kita terus belajar dan berlatih untuk menjadi sempurna seperti Bapa. Kita pun belajar untuk taat pada Firman Tuhan untuk tidak menghakimi. Bukan berarti kita harus menutup mata terhadap kekurangan orang lain. Namun kita berlatih untuk tidak memusatkan perhatian terhadap kekurangan orang lain, apalagi membesar-besarkannya, seolah-olah kita adalah orang yang paling benar. Tidak mungkin kita bisa mengeluarkan selumbar di mata orang sedangkan ada balok di mata kita sendiri.