|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Uang adalah sarana, bukanlah raja. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Bebas Sesungguhnya |
|
Bebas Sesungguhnya |
|
Rabu, 06 September 2017 |
|
|
|
|
|
Bebas Sesungguhnya |
|
1 Timotius 6:10; Lukas 19:1-10 |
|
|
|
|
|
|
Tahukah kita mengapa perusahaan dagang VOC bangkrut total? Perusahaan besar yang sempat sukses memonopoli hasil kekayaan alam Nusantara ini hanya berusia kurang dari 2 abad. Pada tahun 1799 VOC rusak parah karena digerogoti korupsi yang mewabah di dalam diri para pegawainya. Akhirnya sendi-sendi penopang perusahaan tak bisa lagi menahan beban korupsi yang maha besar, dan ambruk luluh berkalang tanah-lah raksasa ekonomi ini.
Melihat tinta sejarah kelam yang ditorehkan oleh pengalaman VOC itu, kita jadi ngeri melihat perilaku korupsi yang tak kunjung surut di negeri tercinta ini. Meski KPK telah dibentuk dan bekerja keras, toh… korupsi tetap trengginas. Upaya untuk membuat malu dan jera para koruptor sepertinya tidak berdampak apa-apa. Mungkinkah ini membuktikan bahwa korupsi telah membudaya di negeri tercinta ini? Semoga saja tidak! Tetapi jika benar demikian, kita patut mengkuatirkan masa depan negeri ini. Meski negara lebih kuat daripada sebuah perusahaan, namun korupsi bagai jamur yang sedikit demi sedikit mampu mengeroposkan tembok raksasa di China sekalipun.
Kenyataan korupsi menunjukkan kebenaran firman Tuha...selengkapnya » |
Tahukah kita mengapa perusahaan dagang VOC bangkrut total? Perusahaan besar yang sempat sukses memonopoli hasil kekayaan alam Nusantara ini hanya berusia kurang dari 2 abad. Pada tahun 1799 VOC rusak parah karena digerogoti korupsi yang mewabah di dalam diri para pegawainya. Akhirnya sendi-sendi penopang perusahaan tak bisa lagi menahan beban korupsi yang maha besar, dan ambruk luluh berkalang tanah-lah raksasa ekonomi ini.
Melihat tinta sejarah kelam yang ditorehkan oleh pengalaman VOC itu, kita jadi ngeri melihat perilaku korupsi yang tak kunjung surut di negeri tercinta ini. Meski KPK telah dibentuk dan bekerja keras, toh… korupsi tetap trengginas. Upaya untuk membuat malu dan jera para koruptor sepertinya tidak berdampak apa-apa. Mungkinkah ini membuktikan bahwa korupsi telah membudaya di negeri tercinta ini? Semoga saja tidak! Tetapi jika benar demikian, kita patut mengkuatirkan masa depan negeri ini. Meski negara lebih kuat daripada sebuah perusahaan, namun korupsi bagai jamur yang sedikit demi sedikit mampu mengeroposkan tembok raksasa di China sekalipun.
Kenyataan korupsi menunjukkan kebenaran firman Tuhan bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang [1 Timotius 6:10]. Uang mampu “menyihir” setiap orang sehingga melihat uang bagai raja bukan sebagai sarana. Akibatnya orang memburu uang begitu rupa tanpa mempedulikan lagi apakah upaya itu sejalan dengan imannya atau tidak. Tanpa sadar ia telah memberi diri diperbudak oleh uang. Hal seperti ini pernah dilakoni Zakheus, si pemungut cukai, sebelum berjumpa dengan Yesus. Bagi Zakheus uang adalah segalanya. Uang adalah kebebasan dan kebahagiaannya. Asal pundi-pundi kekayaaannya bertambah, tidak masalah dengan menipu dan memeras orang lain. Namun perjumpaan dengan Yesus Kristus merubah segalanya. Selubung ilusi semu uang yang selama ini membutakan nuraninya, terkelupas tuntas. Ia dimampukan untuk melihat bahwa uang bukan raja melainkan sarana untuk hidup dan melayani orang lain. Zakheus bertobat dan pada hari itu juga ia menikmati kebebasan yang sesungguhnya.
Jemaat yang terkasih, uang dibuat oleh manusia untuk memudahkan sarana jual-beli. Namun di sisi lain uang menjadi ukuran kekayaan. Dalam hal inilah segala upaya untuk menjadi kaya apapun jalannya dibuka oleh adanya uang. Marilah kita mewaspadai tipuan ini, janganlah hati kita terpikat erat olehnya. Biarlah uang tetap pada posisinya, yaitu sebagai sarana. Bekerja keraslah dengan benar, jangan menipu, memeras dan korupsi demi uang. Bersyukur dan cukupkanlah diri kita dengan uang yang dihasilkan oleh kerja kita itu. Ingatlah dan pakailah uang untuk melayani Tuhan dan menolong sesama. Jika kapasitas kita bertambah dan semakin banyak pula kekayaan kita, janganlah kita lupa untuk makin bermanfaat bagi pelayanan gereja dan sesama kita.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|