|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. [Efesus 5:8]
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Begitu Cemerlang |
|
Begitu Cemerlang |
|
Senin, 08 Juni 2015 | Tema: Umat Yang Cemerlang |
|
|
|
|
|
Begitu Cemerlang |
|
Efesus 5:8-16 |
|
|
|
|
|
|
Ada dua kelompok pertemanan yang bertolak belakang yang sempat mewarnai kehidupan masa SMA saya. Mulanya saya ’runtang-runtung’ dengan sejumlah kawan yang berasal dari beragam latar belakang. Ada yang keluarganya harmonis, ada yang keluarganya pecah berantakan. Ada yang sangat cemerlang prestasi akademisnya, ada yang berhenti sekolah di tengah jalan. Ada yang beragama Budha, Katolik, Kristen, ada pula yang atheis. Ada yang orang tuanya berlimpah materi, ada yang harus bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Semua ’tumplek blek’ dalam kelompok kami. Semua berusaha bertenggang rasa. Berusaha saling mengisi kekosongan yang terasa begitu menggigit. Namun meski pertemuan kami tak pernah sepi dari canda tawa, dolan, acara ini itu, tetap saja kekosongan itu tak terisi. Saat semua pergi, rasa hampa itu datang lagi.
Di saat yang hampir bersamaan saya diajak bergabung dalam kelompok teman sekolah yang seiman. Bukan sekelompok anak saleh. Kami hanyalah sekumpulan anak SMA yang suka berkumpul di rumah salah satu teman secara bergantian, mengobrol, jalan-jalan, jajan, itu saja. Sampai suatu siang kami diajak untuk ikut ke persekutuan yang dinaungi oleh sekolah kami.
Sejak ...selengkapnya » |
Ada dua kelompok pertemanan yang bertolak belakang yang sempat mewarnai kehidupan masa SMA saya. Mulanya saya ’runtang-runtung’ dengan sejumlah kawan yang berasal dari beragam latar belakang. Ada yang keluarganya harmonis, ada yang keluarganya pecah berantakan. Ada yang sangat cemerlang prestasi akademisnya, ada yang berhenti sekolah di tengah jalan. Ada yang beragama Budha, Katolik, Kristen, ada pula yang atheis. Ada yang orang tuanya berlimpah materi, ada yang harus bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Semua ’tumplek blek’ dalam kelompok kami. Semua berusaha bertenggang rasa. Berusaha saling mengisi kekosongan yang terasa begitu menggigit. Namun meski pertemuan kami tak pernah sepi dari canda tawa, dolan, acara ini itu, tetap saja kekosongan itu tak terisi. Saat semua pergi, rasa hampa itu datang lagi.
Di saat yang hampir bersamaan saya diajak bergabung dalam kelompok teman sekolah yang seiman. Bukan sekelompok anak saleh. Kami hanyalah sekumpulan anak SMA yang suka berkumpul di rumah salah satu teman secara bergantian, mengobrol, jalan-jalan, jajan, itu saja. Sampai suatu siang kami diajak untuk ikut ke persekutuan yang dinaungi oleh sekolah kami.
Sejak saat itu nuansa pertemuan kelompok kami perlahan-lahan berubah. Pembicaraan kami mulai diselingi topik seputar persekutuan. Tempat yang kami tuju bukan lagi semata-mata untuk bersenang-senang, melainkan untuk mencari makna hidup juga. Perubahan itu terjadi begitu alamiah. Kami tetap merupakan sekumpulan remaja yang suka mengobrol ringan dan dolan. Tapi kami tak lagi berjalan tak tentu arah. Satu per satu memutuskan untuk hidup sebagai seorang Kristen sejati.
Ketika kami lulus SMA, teman-teman lain melihat bahwa hidup kami tak lagi sama. Hidup kami mulai berubah menjadi indah. Bahkan perubahan yang nyata itu mengawali terjadinya perjumpaan antara kawan-kawan yang lain dengan pribadi Kristus. Kristus yang tinggal di dalam hati sekumpulan anak remaja ini telah memancarkan sinar yang begitu cemerlang sehingga orang ingin mendekat pada Pribadi yang sanggup mengubahkan hati ini. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|