|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Inti kekristenen adalah kasih. Nyatakanlah itu dalam tindakan nyata. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Belajar Berbuat Kasih Dari Orang Berdosa |
|
Belajar Berbuat Kasih Dari Orang Berdosa |
|
Jumat, 27 Februari 2015 | Tema: Love In Action |
|
|
|
|
|
Belajar Berbuat Kasih Dari Orang Berdosa |
|
Lukas 7:36-50 |
|
|
|
|
|
|
“Mahatma Gandhi, seorang tokoh besar dari India, sangat menghargai ajaran Tuhan Yesus. Terutama ajaran dalam kotbah di bukit yang sarat ajaran kasih dan kepedulian kepada sesama. Ia terinspirasi dan menerapkan ajaran itu dalam hidup dan perjuangannya. Tetapi karena Mahatma Gandhi seorang Hindu, dapat dipastikan ia akan tetap masuk neraka”, demikian kata Pdt. Itong dalam kotbahnya. Perkataan Pdt. Itong itu menarik perhatian Sambey. Bagi Sambey perkataan rohaniwannya itu bertolak-belakang dengan sikap Tuhan Yesus. Tuhan Yesus justru suka mengedepankan orang-orang yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang Yahudi yang terlalu bangga dengan agamanya sehingga menjadi sombong, suka menghakimi dan miskin kasih. Salah satu kisah yang menunjukkan hal itu adalah kisah perempuan berdosa yang mengurapi Tuhan Yesus.
Ketika itu Tuhan Yesus diundang oleh seorang Farisi bernama Simon untuk makan di rumahnya. Simon tidak membasuh kaki-Nya, tidak mencium-Nya, dan tidak meminyaki rambut-Nya, sebagaimana seharusnya dalam adat-kebiasaan masyarakat Yahudi. Tetapi justru seorang perempuan yang terkenal berdosa datang dan menangis di kaki Tuhan. Ia membasahi kaki Tuhan bukan dengan air biasa tetapi dengan air matanya. Ia menyekanya bukan dengan kain tetapi dengan rambutnya. Ia berulang ka...selengkapnya » |
“Mahatma Gandhi, seorang tokoh besar dari India, sangat menghargai ajaran Tuhan Yesus. Terutama ajaran dalam kotbah di bukit yang sarat ajaran kasih dan kepedulian kepada sesama. Ia terinspirasi dan menerapkan ajaran itu dalam hidup dan perjuangannya. Tetapi karena Mahatma Gandhi seorang Hindu, dapat dipastikan ia akan tetap masuk neraka”, demikian kata Pdt. Itong dalam kotbahnya. Perkataan Pdt. Itong itu menarik perhatian Sambey. Bagi Sambey perkataan rohaniwannya itu bertolak-belakang dengan sikap Tuhan Yesus. Tuhan Yesus justru suka mengedepankan orang-orang yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang Yahudi yang terlalu bangga dengan agamanya sehingga menjadi sombong, suka menghakimi dan miskin kasih. Salah satu kisah yang menunjukkan hal itu adalah kisah perempuan berdosa yang mengurapi Tuhan Yesus.
Ketika itu Tuhan Yesus diundang oleh seorang Farisi bernama Simon untuk makan di rumahnya. Simon tidak membasuh kaki-Nya, tidak mencium-Nya, dan tidak meminyaki rambut-Nya, sebagaimana seharusnya dalam adat-kebiasaan masyarakat Yahudi. Tetapi justru seorang perempuan yang terkenal berdosa datang dan menangis di kaki Tuhan. Ia membasahi kaki Tuhan bukan dengan air biasa tetapi dengan air matanya. Ia menyekanya bukan dengan kain tetapi dengan rambutnya. Ia berulang kali mencium kaki Tuhan dan meminyaki rambut Tuhan dengan minyak wangi. Apa yang tidak dilakukan oleh orang yang merasa diri benar seperti Simon, dilakukan dengan kasih yang mendalam oleh seorang perempuan yang berdosa. Seolah-olah Tuhan mengajari Simon untuk belajar berbuat kasih dari seorang perempuan berdosa.
Jemaat yang terkasih, pernahkah kita dapati seorang Kristen yang setia dan tindakan kasihnya nyata? Pernahkah kita temui seorang Kristen yang sombong, tidak peka dan tidak mudah peduli? Pernahkah kita dapati seorang bukan Kristen yang jahat? Pernahkah kita dapati seorang bukan Kristen yang baik dan tulus dalam menolong orang lain? Tentu kita pernah mendapati semua itu. Oleh karena itu janganlah kita sekedar bangga dengan kekristenan kita, jika kita miskin kasih. Karena orang bukan Kristen yang tahu mengasihi lebih dihargai oleh Tuhan. Marilah kita menjadi orang Kristen yang dapat mewujudkan kasih dalam tindakan nyata. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|