|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Semua orang bisa bercerita, namun tidak semua orang bisa bercerita tentang kebenaran yang sejati yang hanya didapat di dalam Yesus Kristus. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Berani Menceritakan Kebenaran |
|
Berani Menceritakan Kebenaran |
|
Jumat, 29 Agustus 2014 | Tema: No Fear |
|
|
|
|
|
Berani Menceritakan Kebenaran |
|
Yosua 2 |
|
|
|
|
|
|
Pemilu 2014 menjadi pemilu yang paling mengundang banyak perhatian dari berbagai kalangan jika dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Berbagai kontroversi mengiringi pemberitaan seputar pemilu kali ini. Kejadian yang paling hangat adalah tentang persidangan di tingkat Mahkamah Konstitusi (MK) di mana para saksi sempat kebingungan dalam menjawab pertanyaan, dan tak jarang pula menghadirkan gelak tawa di persidangan. Banyak orang bertanya-tanya, apakah para saksi ini benar-benar berkompeten untuk memberikan kesaksian? Apakah para saksi juga tahu persis tentang duduk perkara yang dilaporkan? Ataukah jangan-jangan para saksi, hanya bersaksi berdasarkan “pesan sponsor” saja? Hal ini membuat banyak orang menggelengkan kepala dan mengernyitkan dahi tanda penasaran akan seputar yang terjadi. Bahkan salah satu surat kabar elektronik pun sampai-sampai menyebut hal ini seperti “panggung dagelan srimulat”.
Sadarkah kita bahwa apa yang kita ceritakan atau sampaikan akan memiliki akibat bagi orang di sekitar kita yang menerimanya? Jika apa yang kita sampaikan benar, maka orang yang menerimanya juga akan bertindak benar. Namun jika yang kita sampaikan salah, maka “si penerima cerita” pun, niscaya juga dapat bertindak salah dan akan bingung dengan keadaan yang sedang dialami...selengkapnya » |
Pemilu 2014 menjadi pemilu yang paling mengundang banyak perhatian dari berbagai kalangan jika dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Berbagai kontroversi mengiringi pemberitaan seputar pemilu kali ini. Kejadian yang paling hangat adalah tentang persidangan di tingkat Mahkamah Konstitusi (MK) di mana para saksi sempat kebingungan dalam menjawab pertanyaan, dan tak jarang pula menghadirkan gelak tawa di persidangan. Banyak orang bertanya-tanya, apakah para saksi ini benar-benar berkompeten untuk memberikan kesaksian? Apakah para saksi juga tahu persis tentang duduk perkara yang dilaporkan? Ataukah jangan-jangan para saksi, hanya bersaksi berdasarkan “pesan sponsor” saja? Hal ini membuat banyak orang menggelengkan kepala dan mengernyitkan dahi tanda penasaran akan seputar yang terjadi. Bahkan salah satu surat kabar elektronik pun sampai-sampai menyebut hal ini seperti “panggung dagelan srimulat”.
Sadarkah kita bahwa apa yang kita ceritakan atau sampaikan akan memiliki akibat bagi orang di sekitar kita yang menerimanya? Jika apa yang kita sampaikan benar, maka orang yang menerimanya juga akan bertindak benar. Namun jika yang kita sampaikan salah, maka “si penerima cerita” pun, niscaya juga dapat bertindak salah dan akan bingung dengan keadaan yang sedang dialami. Menceritakan sesuatu yang benar adalah hal yang penting. Prinsip bercerita tentang kebenaran adalah mengungkapkan apa yang sudah kita lihat dan alami secara tepat, tanpa “pesan sponsor” dari pihak manapun. Saat kita bercerita (bersaksi) tentang kebenaran, maka pasti akan ada orang yang diubah oleh kebenaran itu.
Pernahkah kita merenungkan mengapa Rahab, seorang wanita tunasusila yang tinggal di kota penyembah berhala, Yerikho, membuka rumahnya bagi para mata-mata Israel? Dan dari manakah dia memperoleh keberanian untuk menyebut Allah orang Israel sebagai Allahnya sendiri? Perubahan yang hampir tak mungkin terjadi ini sesungguhnya didorong oleh berbagai kisah yang telah ia dengar mengenai kenyataan dan kuasa Allah. Meskipun dikelilingi penyembahan berhala dan kejahatan, hati Rahab tertarik kepada Allah. Sebagaimana yang dikatakannya kepada para mata-mata (ayat 10), ”Kami mendengar, bahwa Tuhan telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori.”
Dalam kondisi normal, kota Yerikho yang berbenteng tinggi hampir tak mungkin dikalahkan. Namun demikian, kota itu menjadi tak berdaya karena cerita-cerita yang luar biasa mengenai kuasa Allah. Jauh sebelum para utusan Allah tiba, kesombongan dalam kebudayaan musuh Israel ini larut dalam ketakutan saat mereka berhadapan dengan orang-orang kepunyaan Allah yang kisahnya telah banyak mereka dengar (ayat 11). Dan di dalam tembok, satu hati penyembah berhala berbalik untuk menerima Allah Israel dan memainkan peranan strategis dalam kemenangan Israel yang mengherankan.
Marilah kita menceritakan kebesaran Yesus dan kemurahan-Nya kepada orang di sekeliling kita karena itu adalah kebenaran yang sejati. Menceritakan kebenaran yang sejati adalah tugas kita, dan biarkan Roh Kudus yang akan mengubah orang menjadi percaya. Jangan pernah berhenti bersaksi tentang kebenaran yang sejati di dalam Yesus Kristus. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|