|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Memahami ajaran iman kristen adalah penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah mengamalkannya dalam perbuatan nyata sehingga kasih Kristus nyata di dalamnya. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Bersaksi Lewat Perbuatan |
|
Bersaksi Lewat Perbuatan |
|
Rabu, 07 Oktober 2015 | Tema: Menjangkau Yang Terhilang |
|
|
|
|
|
Bersaksi Lewat Perbuatan |
|
Kisah Para Rasul 2:41-47 |
|
|
|
|
|
|
“Hai, Bendol!” sapa Sambey setengah berteriak sambil memukul pundak Benay. Seketika itu juga terperanjatlah Benay. “Bendol... Bendol... sekalian Jendol saja!” ujar Benay sewot, “Wong lagi belajar serius gini kok dikagetin”. Setengah tertawa Sambey berkata, “Sorry... Sorry..., Ben. Memangnya kamu sedang belajar apa?” Benay menunjukkan sampul buku yang dipegangnya. Tampak jelas tema buku itu adalah Allah Tritunggal. Rupa-rupanya akhir-akhir ini Benay keranjingan belajar konsep Allah Tritunggal. Pertama-tama ia penasaran dan ingin tahu dengan benar konsep tersebut. Kedua, ia ingin dapat bersaksi kepada teman-temannya yang kebetulan sering bertanya tentang Tritunggal kepadanya. “Wow... keinginanmu bagus Ben. Lha sekarang setelah belajar pasti kamu lebih mudheng tentang Tritunggal. Tolong kamu jelaskan padaku, Ben?” pinta Sambey. Benay geleng-geleng kepala, katanya, “Setelah baca buku ini aku ada di antara mudheng dan tidak mudheng, Sam? Rupanya sulit menjelaskan konsep Allah Tritunggal”. Lagi-lagi Sambey tertawa, katanya, “Aku memahami kesulitanmu, Ben. Karena tidak mungkin manusia yang terbatas dapat memahami Allah Yang Maha Tak Terbatas dengan gamblang.” “Wah, ini jadi kendala untuk kesaksian kita”, kata Benay. “Tenang, Ben. Karena sebenarnya perbuatan berkata-kata lebih...selengkapnya » |
“Hai, Bendol!” sapa Sambey setengah berteriak sambil memukul pundak Benay. Seketika itu juga terperanjatlah Benay. “Bendol... Bendol... sekalian Jendol saja!” ujar Benay sewot, “Wong lagi belajar serius gini kok dikagetin”. Setengah tertawa Sambey berkata, “Sorry... Sorry..., Ben. Memangnya kamu sedang belajar apa?” Benay menunjukkan sampul buku yang dipegangnya. Tampak jelas tema buku itu adalah Allah Tritunggal. Rupa-rupanya akhir-akhir ini Benay keranjingan belajar konsep Allah Tritunggal. Pertama-tama ia penasaran dan ingin tahu dengan benar konsep tersebut. Kedua, ia ingin dapat bersaksi kepada teman-temannya yang kebetulan sering bertanya tentang Tritunggal kepadanya. “Wow... keinginanmu bagus Ben. Lha sekarang setelah belajar pasti kamu lebih mudheng tentang Tritunggal. Tolong kamu jelaskan padaku, Ben?” pinta Sambey. Benay geleng-geleng kepala, katanya, “Setelah baca buku ini aku ada di antara mudheng dan tidak mudheng, Sam? Rupanya sulit menjelaskan konsep Allah Tritunggal”. Lagi-lagi Sambey tertawa, katanya, “Aku memahami kesulitanmu, Ben. Karena tidak mungkin manusia yang terbatas dapat memahami Allah Yang Maha Tak Terbatas dengan gamblang.” “Wah, ini jadi kendala untuk kesaksian kita”, kata Benay. “Tenang, Ben. Karena sebenarnya perbuatan berkata-kata lebih kuat daripada mulut. Kita dapat bersaksi dengan kuat melalui perbuatan kita yang tulus”, jawab Sambey.
Jemaat yang terkasih, para rasul memberitakan Injil dengan bersaksi melalui pengajaran-pengajaran mereka di setiap tempat yang mereka kunjungi. Tak jarang mereka harus siap bertanya-jawab dengan tokoh-tokoh agama, filsafat, dan pemerintahan untuk menjelaskan iman mereka. Mereka juga menjadi saksi melalui mujizat-mujizat yang dikerjakan Tuhan melalui pelayanan mereka. Tetapi bersaksi bukan hanya dengan cara demikian. Tercatat dalam Alkitab kita bahwa jemaat mula-mula bersaksi melalui perbuatan. Mereka hidup dalam persekutuan yang erat satu sama lain. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Kasih mereka nyata melalui berbagi materi satu sama lain. Kegembiraan dan ketulusan mereka tak terselubungi di hadapan semua orang. Buahnya adalah tiap hari Tuhan menambahkan jumlah orang yang menjadi percaya.
Jemaat yang terkasih, kita hidup dalam masa kebangkitan agama - khususnya Islam- yang kian mengakar kuat dalam budaya masyarakat. Ironisnya tanpa terasa kekristenan sudah tertinggal cukup jauh. Dalam situasi seperti ini bersaksi melalui perbuatan sangatlah penting. Marilah kita mengejar ketertinggalan kita. Marilah kita bangun komunitas iman yang kuat yang ditandai dengan perbuatan nyata dalam hal bertekun, saling mengasihi dan sukacita. Untuk itu marilah kita tinggalkan segala kecenderungan untuk suka menciptakan konflik yang tidak perlu di antara kita. Kiranya melalui perbuatan kita jumlah orang yang diselamatkan semakin bertambah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|