|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Yang lebih penting adalah bukan besar atau kecilnya karunia yang Tuhan berikan, tetapi apakah karunia itu dipergunakan untuk membangun jemaat. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Bezaleel Dan Aholiab |
|
Bezaleel Dan Aholiab |
|
Senin, 08 Agustus 2016 | Tema: Diperlengkapi Untuk Membangun Tubuh Kristus |
|
|
|
|
|
Bezaleel Dan Aholiab |
|
Keluaran 35:30 – 36:7 |
|
|
|
|
|
|
Sambey berniat mengajak Benay untuk mengisi acara perayaan kemerdekaan Indonesia ke-71 di kampung halamannya yang berjarak sekitar 40 kilometer di selatan Semarang. Mereka berdiskusi perihal apa yang akan mereka tampilkan. “Ben, bagaimana kalau kita menampilkan tari holahop”, usul Sambey, “Kamu yang menari, aku yang main ketipung.” Benay menatap sinis sahabatnya itu. “Enak di kamu, aku yang remuk”, respon Benay tak setuju, “Lagian apa kamu bisa main ketipung?” “Lha masih ada waktu 2 minggu. Aku bisa belajar dulu dengan Mas Anang drummer gereja kita”, jawab Sambey, “Atau aku iringi dengan ecek-ecek aja yang lebih mudah.” Mata Benay kian melotot meski bibirnya tersungging geli akan kata-kata Sambey. “Apa kamu bisa main ecek-ecek?” tanya Benay, “Lagipula tetap kamu yang nyantai, aku yang bakal babak belur diketawain orang sekampungmu?”
Sambey tak kuasa lagi menahan tawanya melihat mimik kesal sahabat karibnya itu. “Ben, bukan maksudku ngerjain kamu”, kata Sambey, “Aku ingin kita ini menunjukkan kekompakan seperti Bezaleel dan Aholiab.” Benay menepuk pundak Sambey. “Bagaimana kalau gantian. Kamu yang menari aku yang main ketipung?” usul Benay. “Wah tidak bisa, Ben”, jawab Sambey, “Karena aku tak punya bakat menari sepe...selengkapnya » |
Sambey berniat mengajak Benay untuk mengisi acara perayaan kemerdekaan Indonesia ke-71 di kampung halamannya yang berjarak sekitar 40 kilometer di selatan Semarang. Mereka berdiskusi perihal apa yang akan mereka tampilkan. “Ben, bagaimana kalau kita menampilkan tari holahop”, usul Sambey, “Kamu yang menari, aku yang main ketipung.” Benay menatap sinis sahabatnya itu. “Enak di kamu, aku yang remuk”, respon Benay tak setuju, “Lagian apa kamu bisa main ketipung?” “Lha masih ada waktu 2 minggu. Aku bisa belajar dulu dengan Mas Anang drummer gereja kita”, jawab Sambey, “Atau aku iringi dengan ecek-ecek aja yang lebih mudah.” Mata Benay kian melotot meski bibirnya tersungging geli akan kata-kata Sambey. “Apa kamu bisa main ecek-ecek?” tanya Benay, “Lagipula tetap kamu yang nyantai, aku yang bakal babak belur diketawain orang sekampungmu?”
Sambey tak kuasa lagi menahan tawanya melihat mimik kesal sahabat karibnya itu. “Ben, bukan maksudku ngerjain kamu”, kata Sambey, “Aku ingin kita ini menunjukkan kekompakan seperti Bezaleel dan Aholiab.” Benay menepuk pundak Sambey. “Bagaimana kalau gantian. Kamu yang menari aku yang main ketipung?” usul Benay. “Wah tidak bisa, Ben”, jawab Sambey, “Karena aku tak punya bakat menari seperti kamu. Meski tubuhmu tambun, bukankah kamu anggota favorite penari tambourine. Lagian menurutku belajar tari lebih sulit daripada main ketipung atau ecek-ecek.” “Banyak alasan kamu, Sam!” kata Benay, “Kalau begitu aku tak mau tampil di kampungmu.” Sambey terus membujuk Benay. Tetapi Benay tak bergeming dari keputusannya itu. “Sam, kamu itu pingin kita seperti Bezaleel dan Aholiab. Tapi coba lihat dirimu? Kamu punya bakat apa? Musik tak bisa, menari apalagi?” kata Benay penghabisan. “Ya..iya.. aku tak seperti kamu yang punya bakat banyak”, jawab Sambey, “Tapi setidaknya aku punya bakat.” “Apa bakatmu itu?” tanya Benay. “Ngerjain kamu”, jawab Sambey singkat sambil tertawa lepas.
Jemaat yang terkasih, tidak seperti Sambey dan Benay di atas. Ada dua orang tokoh yang dicatat dalam kisah pengerjaan Kemah Suci, yaitu Bezaleel dan Aholiab, adalah orang yang mempunyai bakat dalam hal konstruksi. Mereka dipenuhi oleh Roh Allah dan diperlengkapi sedemikian rupa bukan untuk kepentingan dan keuntungan diri mereka sendiri. Melainkan untuk membangun sebuah tempat suci untuk kepentingan seluruh umat Israel.
Pada masa sekarang ini, Tuhan pun memperlengkapi kita masing-masing dengan bakat dan karunia tertentu. Bakat dan karunia dalam diri kita itu sangat berguna. Tidak peduli apakah bakat dan karunia itu tampak besar atau kecil. Yang pasti Tuhan ingin kita menggunakannya untuk kepentingan bersama, untuk membangun jemaat. Marilah kita bersama-sama saling melayani dan membangun dengan bakat dan karunia dari Tuhan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|