|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Jadilah bisnisman yang berhasil dan diberkati, sekaligus memiliki jiwa sosial yang tinggi. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Bisnisman Berjiwa Sosial |
|
Bisnisman Berjiwa Sosial |
|
Selasa, 21 Juli 2015 | Tema: Diberkati Untuk Menjadi Berkat |
|
|
|
|
|
Bisnisman Berjiwa Sosial |
|
Lukas 12:13-21 |
|
|
|
|
|
|
Hidup manusia di akhir zaman ini cenderung dikendalikan oleh nafsu memiliki harta benda. Mengapa demikian? Sebab mereka berpikir bahwa kekayaan mampu memberikan jaminan keamanan, kecukupan, ketenangan dan kebahagiaan hidup. Oleh sebab itu derap langkah kehidupan terus dimotivasi oleh apa yang namanya bekerja, bekerja, dan terus bekerja, bahkan tidak mengenal batas waktu kapan harus bekerja, beristirahat, bercengkerama dengan keluarga, bersosial di masyarakat, dll.
Bagi kita, anak-anak Tuhan, tentu tidak heran lagi apabila kecenderungan seperti itu dilakukan oleh dunia ini. Sebab Tuhan Yesus pernah memberikan sebuah gambaran mengenai “Orang kaya yang bodoh”. Dia [orang kaya yang bodoh] menerapkan strategi dengan membangun lumbung yang besar untuk dapat menyimpan banyak sekali kekayaannya. Sehingga dia akan bersantai-santai dan bersenang-senang dengan mengandalkan simpanan kekayaan di lumbung yang dibangunnya itu [bnd. ayat 17-19]. Bukankah kehidupan dunia di akhir zaman sekarang ini berkecenderungan seperti itu? Banyak orang bekerja dengan tidak memperhatikan waktu, tidak bisa membagi waktu dengan benar. Yang dikejar adalah harta kekayaan sebanyak-banyaknya dan menumpuk...selengkapnya » |
Hidup manusia di akhir zaman ini cenderung dikendalikan oleh nafsu memiliki harta benda. Mengapa demikian? Sebab mereka berpikir bahwa kekayaan mampu memberikan jaminan keamanan, kecukupan, ketenangan dan kebahagiaan hidup. Oleh sebab itu derap langkah kehidupan terus dimotivasi oleh apa yang namanya bekerja, bekerja, dan terus bekerja, bahkan tidak mengenal batas waktu kapan harus bekerja, beristirahat, bercengkerama dengan keluarga, bersosial di masyarakat, dll.
Bagi kita, anak-anak Tuhan, tentu tidak heran lagi apabila kecenderungan seperti itu dilakukan oleh dunia ini. Sebab Tuhan Yesus pernah memberikan sebuah gambaran mengenai “Orang kaya yang bodoh”. Dia [orang kaya yang bodoh] menerapkan strategi dengan membangun lumbung yang besar untuk dapat menyimpan banyak sekali kekayaannya. Sehingga dia akan bersantai-santai dan bersenang-senang dengan mengandalkan simpanan kekayaan di lumbung yang dibangunnya itu [bnd. ayat 17-19]. Bukankah kehidupan dunia di akhir zaman sekarang ini berkecenderungan seperti itu? Banyak orang bekerja dengan tidak memperhatikan waktu, tidak bisa membagi waktu dengan benar. Yang dikejar adalah harta kekayaan sebanyak-banyaknya dan menumpuknya di bank A, bank B, dst. Pikirnya, banyak harta pasti bahagia dan tenang hidupnya.
Saudara yang kekasih, seseorang yang menumpuk uangnya [kekayaannya] di Bank memang tidak salah, tetapi Tuhan Yesus berfirman bahwa harta yang melimpah tidak menjamin ketenangan dan kebahagiaan hidup manusia [ayat 15]. Sebab semua itu akan ditinggalkan ketika seseorang dipanggil Tuhan. Semua menjadi sia-sia. Tuhan Yesus menghendaki supaya orang yang kaya [diberkati] di dunia juga menjadi kaya di hadapan Allah. Artinya, kekayaannya atau berkat yang ada padanya jangan hanya untuk dirinya sendiri [ayat 21], tetapi bagaimana berkat kekayaan itu harus dimanfaatkan dan disalurkan juga kepada orang lain yang membutuhkan. Jadi sekalipun kita menjadi manusia modern yang bergelut dengan bisnis setiap hari, namun Tuhan juga menghendaki agar kita menjadi bisnisman yang berhasil dan diberkati, serta sekaligus memiliki jiwa sosial yang tinggi. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|