|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Sinergi dan soliditas menentukan keberhasilan.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Buang Kultus Individu, Bangun Sinergi |
|
Buang Kultus Individu, Bangun Sinergi |
|
Selasa, 05 Juli 2016 | Tema: Melayani Sesusi Dengan Karunia |
|
|
|
|
|
Buang Kultus Individu, Bangun Sinergi |
|
1 Korintus 1:10-17 |
|
|
|
|
|
|
“Betapapun hebat kemampuan olah bola Lionel Messy, Christiano Ronaldo, Morata, Neymar, dan lainnya, tetapi keberhasilan sebuah tim sepakbola lebih bertumpu pada kerjasama apik dari tiap-tiap orang yang terlibat”, demikian ujar Pdt. Itong yang dikenal sebagai pecandu berat bola dalam sebuah acara talk show tingkat RT menyongsong babak 16 besar Piala Eropa 2016. Sambey dan Benay yang datang menemani Pdt. Itong, sedari awal cengar-cengir melihat polah tingkah lucu Pdt. Itong yang menurut mereka mirip Ronaldo, penyerang Brasil kawakan.
“Sebenarnya kita bisa belajar dari sepakbola”, kata Sambey sambil menepuk perut Benay. “Ya, tapi jelas bolanya tidak ada di perutku!” kata Benay terkekeh. Sambey tertawa ringan menyambut respon akrab sahabatnya itu. Kemudian ia berkata, “Jika dalam tim ada figur yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata dan terkenal tentu mempunyai daya tarik tersendiri. Tetapi bertumpu pada satu atau dua pemain hebat pasti akan sulit meraih keberhasilan.” “Ya, aku setuju”, respon Benay, “Sudah banyak contoh tim-tim yang gagal dalam sebuah kompetisi meski mempunyai pemain bintang.”...selengkapnya » |
“Betapapun hebat kemampuan olah bola Lionel Messy, Christiano Ronaldo, Morata, Neymar, dan lainnya, tetapi keberhasilan sebuah tim sepakbola lebih bertumpu pada kerjasama apik dari tiap-tiap orang yang terlibat”, demikian ujar Pdt. Itong yang dikenal sebagai pecandu berat bola dalam sebuah acara talk show tingkat RT menyongsong babak 16 besar Piala Eropa 2016. Sambey dan Benay yang datang menemani Pdt. Itong, sedari awal cengar-cengir melihat polah tingkah lucu Pdt. Itong yang menurut mereka mirip Ronaldo, penyerang Brasil kawakan.
“Sebenarnya kita bisa belajar dari sepakbola”, kata Sambey sambil menepuk perut Benay. “Ya, tapi jelas bolanya tidak ada di perutku!” kata Benay terkekeh. Sambey tertawa ringan menyambut respon akrab sahabatnya itu. Kemudian ia berkata, “Jika dalam tim ada figur yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata dan terkenal tentu mempunyai daya tarik tersendiri. Tetapi bertumpu pada satu atau dua pemain hebat pasti akan sulit meraih keberhasilan.” “Ya, aku setuju”, respon Benay, “Sudah banyak contoh tim-tim yang gagal dalam sebuah kompetisi meski mempunyai pemain bintang.” Sambey mengangguk menyetujui perkataan Benay.
“Benar kata Pdt. Itong. Sinergi atau kerjasama tiap pemain di tiap lini sangat menentukan keberhasilan sebuah tim, daripada mengharapkan kemenangan dengan mengkultuskan satu atau dua pemain bintang.” “Syukur-syukur jika semua pemain adalah pemain bintang yang top markotop dan mau bekerjasama dengan apik”, ujar Benay. “Wuih…, jika ada tim yang seperti itu tentu sangat sulit ditaklukkan oleh tim-tim lain”, kata Sambey, “Tapi umumnya pemain-pemain bintang itu tingkat kerjasamanya rendah.” Benay mengangguk setuju.
“Gereja juga bisa belajar dari tim sepakbola. Bukankah kerjasama sangat penting dalam menentukan keberhasilan sebuah pelayanan.” “Bukan hanya penting, Ben. Tetapi sinergi dari tiap-tiap rohaniwan, majelis, dan jemaat dengan talenta dan karunia masing-masing adalah kehendak Tuhan”, kata Sambey, “Tuhan tidak menghendaki kultus individu dari tokoh-tokoh gereja yang hanya akan berakibat pada perpecahan.” “Ya Sam. Bukankah jemaat Korintus yang kaya dengan karunia Roh justru mengalami perpecahan karena ada kelompok-kelompok jemaat dengan idola mereka masing-masing.” “Benar Ben. Oleh karena itu jika kita mau pelayanan gereja berjalan dalam kehendak Tuhan dan berhasil, perlu kita bangun kerjasama yang solid,” kata Sambey, “Kita tetap boleh memberikan kritik, tetapi kritik yang membangun. Kita boleh berbeda pendapat, tetapi loyalitas tetap harus dipelihara.”
Jemaat yang terkasih, marilah kita belajar dari obrolan ringan Sambey dan Benay di atas. Janganlah kita menghormati secara berlebihan satu atau dua tokoh Gereja dan mengharapkan kemajuan pelayanan dari mereka saja. Sebaliknya marilah kita menyatukan potensi, talenta, dan karunia yang Tuhan percayakan kepada kita dalam pelayanan bersama demi kemuliaan Tuhan. [DDK]
Pokok renungan:
Sinergi dan soliditas menentukan keberhasilan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|