|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hidup ini baik adanya jika tidak dipenuhi pikiran “untukku” dan “untukku” saja. Mari kita tambahkan “untukmu”, “untuk dia”, “untuk kita” dan “untuk mereka” dalam perbendaharaan kita. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Bukan ’Untukku’ dan ’Untukku’ Saja |
|
Bukan ’Untukku’ dan ’Untukku’ Saja |
|
Senin, 30 September 2019 |
|
|
|
|
|
Bukan ’Untukku’ dan ’Untukku’ Saja |
|
Amsal 30:15-16 |
|
|
|
|
|
|
Serentetan SMS secara mengejutkan masuk ke ponsel saya beberapa bulan yang lalu. Isinya mendesak agar saya ikut menagihkan pinjaman online seseorang yang saya kenal. Penyedia layanan pinjaman online itu tak peduli bahwa saya tidak ada hubungan sama sekali dengan urusan utang-piutang itu. Hanya karena nomor ponsel saya ada di daftar kontak si peminjam uang, otomatis saya ikut diteror. Dengan gigihnya mereka memberondong saya dengan SMS tanpa kenal waktu. Nomor ponsel yang digunakan oleh mereka pun berganti-ganti sehingga percuma saja ketika diblokir.
Ada sebuah fakta miris dari isi SMS-SMS yang terus dibombardirkan ke ponsel saya. Dari hari ke hari, nominal utang orang yang dibeberkan tanpa tedeng aling-aling itu bertambah dengan pesatnya. Berawal dari beberapa ratus ribu, dalam waktu singkat jumlahnya membengkak menjadi hitungan juta. Ketika saya cermati, bunga pinjamannya saja mencapai lima puluh ribu rupiah dalam sehari. Bagi orang yang tengah mengalami kesulitan keuangan, bunga setinggi itu jelas semakin mencekik leher.
Sepak terjang sejumlah penyedia pinjaman online yang fokus pada keuntungan sendiri tanpa meng...selengkapnya » |
Serentetan SMS secara mengejutkan masuk ke ponsel saya beberapa bulan yang lalu. Isinya mendesak agar saya ikut menagihkan pinjaman online seseorang yang saya kenal. Penyedia layanan pinjaman online itu tak peduli bahwa saya tidak ada hubungan sama sekali dengan urusan utang-piutang itu. Hanya karena nomor ponsel saya ada di daftar kontak si peminjam uang, otomatis saya ikut diteror. Dengan gigihnya mereka memberondong saya dengan SMS tanpa kenal waktu. Nomor ponsel yang digunakan oleh mereka pun berganti-ganti sehingga percuma saja ketika diblokir.
Ada sebuah fakta miris dari isi SMS-SMS yang terus dibombardirkan ke ponsel saya. Dari hari ke hari, nominal utang orang yang dibeberkan tanpa tedeng aling-aling itu bertambah dengan pesatnya. Berawal dari beberapa ratus ribu, dalam waktu singkat jumlahnya membengkak menjadi hitungan juta. Ketika saya cermati, bunga pinjamannya saja mencapai lima puluh ribu rupiah dalam sehari. Bagi orang yang tengah mengalami kesulitan keuangan, bunga setinggi itu jelas semakin mencekik leher.
Sepak terjang sejumlah penyedia pinjaman online yang fokus pada keuntungan sendiri tanpa mengindahkan nurani dan etika mengingatkan kita pada tingkah laku lintah. Lintah sangat fokus pada dirinya sehingga tak menggubris apa pun selain kepentingannya sendiri. Untukku dan untukku, itu saja yang menjadi pusat perhatiannya. Dia akan mengisap dan mengisap terus tanpa kenal rasa puas, tanpa kenal kata “cukup”, sampai tubuhnya membengkak penuh dan terhempas jatuh.
Perilaku tamak dan mengejar keuntungan diri sendiri bertebaran di mana-mana. Tidak terbatas pada urusan keuangan saja. Sikap tak kenal puas dan tak pernah merasa cukup merambah ke segala aspek kehidupan, termasuk dalam berorganisasi, dalam pelayanan, dalam kehidupan keluarga, dalam urusan pekerjaan, dalam relasi dengan masyarakat, dan sebagainya. Melalui renungan pada hari ini, kita sebagai umat kepunyaan Allah diingatkan untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini. “Untukku” dan “untukku” saja tidak sesuai dengan ajaran Kristus yang penuh kasih dan memiliki hati yang sangat peduli. Karena itu hendaklah kita berubah oleh pembaharuan budi kita sehingga dapat membedakan mana kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna [Roma 12:2].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|