|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Jadilah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Manfaat dengan bijak setiap peluang yang ada untuk bersaksi tentang karya Kristus. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Cerdik Seperti Ular, Tulus Seperti Merpati |
|
Cerdik Seperti Ular, Tulus Seperti Merpati |
|
Rabu, 28 Oktober 2015 | Tema: Menjangkau Yang Terhilang |
|
|
|
|
|
Cerdik Seperti Ular, Tulus Seperti Merpati |
|
Lukas 19:1-10 |
|
|
|
|
|
|
Saya lahir dan bertumbuh di sebuah desa yang cukup jauh dari kota kabupaten. Namanya juga desa, tentu tidak banyak sarana hiburan yang ada. Paling-paling orkes dangdut kelas pedesaan, wayang kulit, dan layar tancap. Itupun hanya dapat dinikmati ketika ada salah satu warga yang punya hajat baik menikah ataupun sunatan. Meskipun jarang, ya masih lumayan daripada tidak ada sama sekali. Ketika ada hiburan-hiburan dadakan tersebut, dapat dipastikan selalu penuh pengunjung. Bukan hanya dari desa saya, tetapi juga dari desa-desa sebelah. Maklum pada haus hiburan. Bahkan suatu saat ada pemutaran film Kristen [saat itu saya belum paham bahwa itu sebuah cara penginjilan] di sebuah lapangan, penikmatnya pun tidak sedikit. Mereka tidak terlalu mempermasalahkan apa filmnya, yang penting ada hiburan. Ya, semasa saya anak-anak, memberitakan Injil masih longgar dan tidak sesulit sekarang.
Meskipun memberitakan Kristus sekarang bisa dibilang tidak semudah dan tidak selonggar dulu, tetapi bukan berarti telah tertutup kesempatan. Sesulit apapun kondisinya, kesempatan tetap dan selalu ada. Oleh sebab itu kita harus bijak dan berhikmat dalam memanfaatkan segala situasi dan kondisi yang a...selengkapnya » |
Saya lahir dan bertumbuh di sebuah desa yang cukup jauh dari kota kabupaten. Namanya juga desa, tentu tidak banyak sarana hiburan yang ada. Paling-paling orkes dangdut kelas pedesaan, wayang kulit, dan layar tancap. Itupun hanya dapat dinikmati ketika ada salah satu warga yang punya hajat baik menikah ataupun sunatan. Meskipun jarang, ya masih lumayan daripada tidak ada sama sekali. Ketika ada hiburan-hiburan dadakan tersebut, dapat dipastikan selalu penuh pengunjung. Bukan hanya dari desa saya, tetapi juga dari desa-desa sebelah. Maklum pada haus hiburan. Bahkan suatu saat ada pemutaran film Kristen [saat itu saya belum paham bahwa itu sebuah cara penginjilan] di sebuah lapangan, penikmatnya pun tidak sedikit. Mereka tidak terlalu mempermasalahkan apa filmnya, yang penting ada hiburan. Ya, semasa saya anak-anak, memberitakan Injil masih longgar dan tidak sesulit sekarang.
Meskipun memberitakan Kristus sekarang bisa dibilang tidak semudah dan tidak selonggar dulu, tetapi bukan berarti telah tertutup kesempatan. Sesulit apapun kondisinya, kesempatan tetap dan selalu ada. Oleh sebab itu kita harus bijak dan berhikmat dalam memanfaatkan segala situasi dan kondisi yang ada. Kita harus ‘cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati’.
Dalam pelayanannya, Tuhan Yesus tidak hanya berfokus pada palayanan besar yang dihadiri banyak orang. Dia juga tetap memberikan waktu dan hatinya untuk melayani pribadi-pribadi. Sebut saja Nikodemus, Maria dan Marta, perempuan Kanaan yang anaknya dirasuk setan, perempuan Samaria, dan masih banyak lagi termasuk Zakheus. Dalam menyapa mereka dengan berita keselamatan tidak ada cara khusus atau metode tertentu yang dipakemkan oleh Yesus.
Ketika Tuhan Yesus melihat Zakheus, Dia menyapanya. Artinya, Tuhan Yesus yang memulai dan berinisiatif membangun hubungan dengan nyapa dan menumpang di rumah Zakheus. Dia tidak pasif, tetapi aktif. Itu prinsip yang pertama. Prinsip kedua, adanya kebutuhan yang terjawab. Sapaan dan kehadiran Tuhan Yesus di rumah Zakheus telah menjawab kebutuhan Zakheus akan penerimaan yang tulus karena selama ini orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menjauhi dan mengutuknya sebagai orang berdosa. Kehadiran Tuhan Yesus telah membawa manfaat yang nyata dirasakannya. Oleh sebab itu kehadiran gereja ataupun orang percaya juga harus membawa manfaat yang menjawab kebutuhan sekitarnya. Dengan cara ini peluang untuk bersaksi tentang karya Kristus semakin terbuka. Setelah itu prinsip ketiga, seperti halnya Yesus menyatakan berita pengampunan dan keselamatan bagi Zakheus, demikian juga kita menceritakan pengalaman kita bersama Kristus. Setelah itu serahkan kepada karya Roh Kudus. Dengan cara ini niscaya berita keselamatan akan lebih mudah diseberangkan dan lebih efektif. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|