|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Melakukan kehendak Allah adalah yang paling utama dalam hidup kita. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Demi Kemuliaan Yang Lebih Besar |
|
Demi Kemuliaan Yang Lebih Besar |
|
Jumat, 25 Maret 2016 | Tema: Kristus Sebagai Kepala Gereja |
|
|
|
|
|
Demi Kemuliaan Yang Lebih Besar |
|
Lukas 24:13-35 |
|
|
|
|
|
|
Headline Koran Bibir Kota beberapa hari lalu menampilkan foto ceria Presiden Jokowi saat digelar konferensi pers kelahiran cucu pertamanya. “Jan Ethes Srinarendra” demikian nama yang diberikan kepada cucu orang nomor satu di Indonesia itu. Gibran, sang ayah, menyampaikan kepada awak media arti dari nama itu. Jan Ethes artinya cekatan, dan Srinarendra artinya pemimpin yang cerdas.
“Wow... nama yang bagus, dengan arti yang bagus pula”, ungkap Benay setelah membaca koran yang mulai lusuh itu. “Mungkin dengan nama itu diharapkan kelak sang cucu dapat menjadi pemimpin seperti kakeknya”, ungkap Benay lebih lanjut. “Pemimpin yang kariernya terus menanjak”, imbuh Sambey, “Dari pengusaha jadi walikota, lalu jadi gubernur, dan sekarang jadi Presiden RI.” “Wah mantep tenan”, kata Benay penuh semangat, “Hanya orang bodoh yang tidak mau menerima status yang makin menanjak. Betul apa tidak, Sam?” “Wah kamu harus hati-hati ngomong, Ben”, jawab Sambey, “Yesus Kristus itu rela turun drastis statusnya lho. Dari penguasa sorga, jadi tukang kayu, lalu menanjak sedikit jadi rabi [guru]. Lha ada kesempatan untuk jadi raja Israel kok ditolak. Malah milih menderita dan disalibkan. Padahal banyak orang sudah siap untuk jadi relawan pendukung-Nya.” “Wah, aku tidak setuju, Sam”, kata Benay...selengkapnya » |
Headline Koran Bibir Kota beberapa hari lalu menampilkan foto ceria Presiden Jokowi saat digelar konferensi pers kelahiran cucu pertamanya. “Jan Ethes Srinarendra” demikian nama yang diberikan kepada cucu orang nomor satu di Indonesia itu. Gibran, sang ayah, menyampaikan kepada awak media arti dari nama itu. Jan Ethes artinya cekatan, dan Srinarendra artinya pemimpin yang cerdas.
“Wow... nama yang bagus, dengan arti yang bagus pula”, ungkap Benay setelah membaca koran yang mulai lusuh itu. “Mungkin dengan nama itu diharapkan kelak sang cucu dapat menjadi pemimpin seperti kakeknya”, ungkap Benay lebih lanjut. “Pemimpin yang kariernya terus menanjak”, imbuh Sambey, “Dari pengusaha jadi walikota, lalu jadi gubernur, dan sekarang jadi Presiden RI.” “Wah mantep tenan”, kata Benay penuh semangat, “Hanya orang bodoh yang tidak mau menerima status yang makin menanjak. Betul apa tidak, Sam?” “Wah kamu harus hati-hati ngomong, Ben”, jawab Sambey, “Yesus Kristus itu rela turun drastis statusnya lho. Dari penguasa sorga, jadi tukang kayu, lalu menanjak sedikit jadi rabi [guru]. Lha ada kesempatan untuk jadi raja Israel kok ditolak. Malah milih menderita dan disalibkan. Padahal banyak orang sudah siap untuk jadi relawan pendukung-Nya.” “Wah, aku tidak setuju, Sam”, kata Benay, “Jika Yesus Kristus jadi raja Israel, bagaimana nasib semua manusia yang terbelenggu oleh dosa? Justru melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Dia menyelamatkan banyak orang. Tidak terbatas di Israel saja tetapi sampai di seluruh belahan bumi. Dia menolak menjadi raja Israel, tetapi sekarang Dia dimuliakan di seluruh dunia sebagai raja gereja.”
“Woi, mantep tenan penjelasanmu”, kata Sambey. “Lagi pula, Yesus menolak memenuhi harapan manusia untuk jadi raja Israel karena bertentangan dengan kehendak Bapa. Dia lebih memilih jalan penderitaan untuk menggenapi apa yang tertulis dalam Kitab Suci. Dan hasilnya Dia menerima kemuliaan yang lebih besar melalui kebangkitan-Nya.” “Wah makin mantep saja kamu”, komentar Sambey, “Cocok dengan arti namamu.” “Memang kamu tahu arti namaku?” tanya Benay. “Ya tahulah. Benay berasal dari kata beneh dalam bahasa Jawa, yang artinya pikirannya dapat dinalar”, jawab Sambey. “Wah ngarang kamu”, kata Benay sambil geleng-geleng kepala.
Jemaat yang terkasih, marilah kita hidup meneladani Tuhan Yesus Kristus. Janganlah kita sembarang memenuhi harapan orang lain. Beranilah menolak tawaran atau keinginan orang lain yang meskipun tampak menguntungkan kita tetapi sebenarnya bertentangan dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya, beranilah melakukan kehendak Tuhan meskipun dengan demikian kita memasuki proses yang tampaknya tidak menyenangkan. Tetapi hanya dengan tetap setia pada kehendak Tuhan, kita akan dibawa dan mengalami kemuliaan-Nya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|