|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Visi membuat orang jatuh menjadi berdiri, misi membuat orang berdiri menjadi berlari. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Ribkah E. Christanti |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Demi Sebuah Misi, Aku berlari |
|
Demi Sebuah Misi, Aku berlari |
|
Kamis, 13 Agustus 2015 | Tema: Bermental Prajurit Berhati Hamba |
|
|
|
|
|
Demi Sebuah Misi, Aku berlari |
|
Kisah Para Rasul 22:1-22 |
|
|
|
|
|
|
Bagi Anda penggemar film action, tentu tidak asing lagi dengan aksi Sylvester Stallone yang sangat menegangkan dalam film yang populer yang berjudul Rambo. Dalam salah satu serinya, diceritakan bahwa John Rambo adalah tentara Amerika yang memiliki tugas khusus untuk membebaskan rekannya yang menjadi tawanan tentara Vietnam. Bukan hal yang mudah untuk bisa menyusup ke daerah lawan dan membebaskan tawanan. Ada banyak tantangan yang dihadapi, di antaranya keadaan alam yang sangat liar; jumlah tentara Vietnam yang lebih banyak, bahkan penghianatan yang dilakukan oleh atasannya sendiri karena iri dengan kemampuan yang dimiliki oleh John Rambo. Namun demi tujuan untuk membebaskan rekannya itu, semua tantangan dia hadapi dengan berani, tangguh dan penuh daya juang. Dia tidak mempedulikan rasa sakit pada luka-lukanya, waktu santainya, mungkin juga keluarganya. Semuanya rela dilakukan demi sebuah misi penyelamatan.
Dedikasi seorang prajurit seperti ini juga dimiliki oleh seorang tokoh yang kita pelajari pada nats yang kita baca hari ini, yaitu kisah pelayanan Rasul Paulus. Dia adalah seseorang yang berpotensi dan diperhitungkan di kalangan masyarakat waktu itu karena dia adalah keturunan Yahudi dan menjadi murid seorang guru besar Gamaliel. Belum lagi hal-hal besar yang d...selengkapnya » |
Bagi Anda penggemar film action, tentu tidak asing lagi dengan aksi Sylvester Stallone yang sangat menegangkan dalam film yang populer yang berjudul Rambo. Dalam salah satu serinya, diceritakan bahwa John Rambo adalah tentara Amerika yang memiliki tugas khusus untuk membebaskan rekannya yang menjadi tawanan tentara Vietnam. Bukan hal yang mudah untuk bisa menyusup ke daerah lawan dan membebaskan tawanan. Ada banyak tantangan yang dihadapi, di antaranya keadaan alam yang sangat liar; jumlah tentara Vietnam yang lebih banyak, bahkan penghianatan yang dilakukan oleh atasannya sendiri karena iri dengan kemampuan yang dimiliki oleh John Rambo. Namun demi tujuan untuk membebaskan rekannya itu, semua tantangan dia hadapi dengan berani, tangguh dan penuh daya juang. Dia tidak mempedulikan rasa sakit pada luka-lukanya, waktu santainya, mungkin juga keluarganya. Semuanya rela dilakukan demi sebuah misi penyelamatan.
Dedikasi seorang prajurit seperti ini juga dimiliki oleh seorang tokoh yang kita pelajari pada nats yang kita baca hari ini, yaitu kisah pelayanan Rasul Paulus. Dia adalah seseorang yang berpotensi dan diperhitungkan di kalangan masyarakat waktu itu karena dia adalah keturunan Yahudi dan menjadi murid seorang guru besar Gamaliel. Belum lagi hal-hal besar yang dilakukannya untuk menganiaya orang percaya, dan hal itu dianggap sebagai ”pahlawan” Yahudi. Namun dia meninggalkan semua atribut yang disandangnya setelah mengenal Yesus. Bahkan dia rela direndahkan, tidak diperhitungkan, dianiaya, diusir dari tempat dia dibesarkan, bahkan beberapa kali nyawanya terancam karena dia punya misi untuk memberitakan Injil supaya orang-orang diselamatkan.
Demikian halnya dengan Sang Guru, yaitu Yesus. Dia sudah mengalami penderitaan yang paling menderita, rasa sakit yang paling sakit dan penghinaan yang paling hina juga demi sebuah misi, yaitu untuk menyelamatkan manusia.
Bila dibandingkan dengan kedua tokoh di atas, apa yang kita alami saat memberitakan Injil belum seberapa. Kita masih dihina oleh beberapa orang, kita masih dipandang sinis, kita masih ditahan, dikucilkan. Kalaupun ada yang sampai mengorbankan nyawa demi nama Yesus, hendaknya kita berbahagia. Dengan demikian kita telah menunaikan tugas yang Yesus teladankan. Jadi kalau saat ini hambatan kita masih berupa: posisi kita sebagai minoritas, rasa malu, sungkan, kelompok radikal yang anarkis, aturan yang jauh dari rasa keadilan, dan lain-lainnya, tetap tegaklah. Melangkah dan berlarilah dengan penuh keberanian dan ketaatan pada perintah Tuhan, maka Allah sendiri yang akan berperkara atas kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|