|
| SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
|
| POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. [Matius 20:28]
|
|
|
|
|
|
|
|
| Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| Home » Renungan » Empati Kepada Penderitaan |
|
| Empati Kepada Penderitaan |
|
| Kamis, 08 Oktober 2015 | Tema: Menjangkau Yang Terhilang |
|
|
|
 |
|
| Empati Kepada Penderitaan |
|
Markus 6:30-44 |
|
|
|
|
|
|
Zakheus adalah kepala pemungut cukai, seorang yang kaya, tapi menderita rohaninya. Hidupnya tidak tenang, ketakutan karena semua orang membenci dia. Perbuatan memeras rakyat mengakibatkan dia dibenci semua orang dan tidak ada seorangpun yang mau mengenalnya. Hidup merana dalam kesunyian di tengah keramaian banyak orang. Ketika tidak ada seorangpun yang memperhatikannya, Yesus mendatanginya dan tinggal di rumahnya. Yesus memiliki empati dan belas kasihan kepadanya, sehingga Zakheus menemukan kembali kelegaan dan sukacita.
Di tengah waktu istirahat-Nya, banyak orang berbondong-bondong mendatangi Yesus dan murid-murid-Nya. Sebagai manusia, Yesus berhak untuk menolak mereka karena telah seharian melakukan perjalanan dan mengajar. Tetapi Ia tidak menggunakan haknya melainkan mengosongkan diri-Nya, merelakan waktu istirahat-Nya untuk melayani mereka yang seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Yesus memiliki empati dan belas kasihan kepada setiap orang yang dalam penderitaaan walaupun harus mengorbankan kepentingan-Nya sediri. Melalui pelayanan-Nya yang penuh kasih, orang banyak itu mendapat kelegaan rohani dan kenyang secara jasmani.
Yesus menghendaki kita sebagai ...selengkapnya » |
Zakheus adalah kepala pemungut cukai, seorang yang kaya, tapi menderita rohaninya. Hidupnya tidak tenang, ketakutan karena semua orang membenci dia. Perbuatan memeras rakyat mengakibatkan dia dibenci semua orang dan tidak ada seorangpun yang mau mengenalnya. Hidup merana dalam kesunyian di tengah keramaian banyak orang. Ketika tidak ada seorangpun yang memperhatikannya, Yesus mendatanginya dan tinggal di rumahnya. Yesus memiliki empati dan belas kasihan kepadanya, sehingga Zakheus menemukan kembali kelegaan dan sukacita.
Di tengah waktu istirahat-Nya, banyak orang berbondong-bondong mendatangi Yesus dan murid-murid-Nya. Sebagai manusia, Yesus berhak untuk menolak mereka karena telah seharian melakukan perjalanan dan mengajar. Tetapi Ia tidak menggunakan haknya melainkan mengosongkan diri-Nya, merelakan waktu istirahat-Nya untuk melayani mereka yang seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Yesus memiliki empati dan belas kasihan kepada setiap orang yang dalam penderitaaan walaupun harus mengorbankan kepentingan-Nya sediri. Melalui pelayanan-Nya yang penuh kasih, orang banyak itu mendapat kelegaan rohani dan kenyang secara jasmani.
Yesus menghendaki kita sebagai anak Tuhan meneladani-Nya dalam hal memiliki empati dan belas kasihan kepada penderitaan manusia. Saat ini banyak orang yang menderita karena berbagai krisis, penderitaan rohani dan jasmani. Di tengah kesibukan kita dalam keluarga, pekerjaan dan pelayanan gerejawi, apakah kita mau melepaskan hak kita dan mengorbankan sisa waktu kita untuk memperhatikan kebutuhan orang di sekitar kita? Marilah kita melakukan pelayanan sampai orang-orang yang kita layani akan merasakan kepuasan, kelegaan, dan bahkan mereka menerima Kristus sebagai Juru Selamat. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
 |
|
 |
|
|
|
