|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
“Perbesar kapasitas dan kualitas hidup kita karena Allah telah menyediakan posisi penting dalam pekerjaan dan pelayanan kita.” |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Filosofi ’Babat, Bibit, Bebet, Bobot’ |
|
Filosofi ’Babat, Bibit, Bebet, Bobot’ |
|
Kamis, 01 Oktober 2015 | Tema: Menjangkau Yang Terhilang |
|
|
|
|
|
Filosofi ’Babat, Bibit, Bebet, Bobot’ |
|
Matius 25:21 |
|
|
|
|
|
|
Babat, bibit, bebet, bobot merupakan prinsip penting dalam kehidupan masyarakat Jawa kuno ketika mereka mencari pasangan hidup [jodoh]. Prinsip ini seringkali menjadi satu-satunya persyaratan lengkap dalam menentukan kriteria pasangan hidup bagi anak-anak mereka, terutama di kalangan para bangsawan dan orang-orang terpandang. Secara umum kata babat, bibit, bebet, bobot dapat diartikan demikian: babat berbicara tentang cara pencarian atau bagaimana kita bertemu dengan calon pasangan; bibit, berbicara tentang asal-usul keluarganya [sikap dan sifat dirinya beserta orangtuanya serta keimanannya]; bebet, berbicara tentang kekayaannya; bobot, berbicara tentang kecerdasan, wawasan, pola berpikir, kepribadian, dll. Dalam menentukan pasangan hidup, keempat hal di atas selalu menjadi kriteria dan harapan, baik orangtua maupun kedua pasangan yang akan menjalaninya. Sebab dalam mencari pasangan, karena untuk selamanya, jangan sampai kita menyesal di belakang. Apalagi penyesalan yang sangat besar ketika kita sadar bahwa pasangan kita ternyata tidak seimbang dengan kita dalam babat, bibit, bebet, dan bobotnya.
Bukan hanya mencari pasangan hidup yang seringkali menerapkan persyaratan ketat, dalam dunia lapangan kerja pun menerapkan segudang persyaratan untuk menduduki sebuah peke...selengkapnya » |
Babat, bibit, bebet, bobot merupakan prinsip penting dalam kehidupan masyarakat Jawa kuno ketika mereka mencari pasangan hidup [jodoh]. Prinsip ini seringkali menjadi satu-satunya persyaratan lengkap dalam menentukan kriteria pasangan hidup bagi anak-anak mereka, terutama di kalangan para bangsawan dan orang-orang terpandang. Secara umum kata babat, bibit, bebet, bobot dapat diartikan demikian: babat berbicara tentang cara pencarian atau bagaimana kita bertemu dengan calon pasangan; bibit, berbicara tentang asal-usul keluarganya [sikap dan sifat dirinya beserta orangtuanya serta keimanannya]; bebet, berbicara tentang kekayaannya; bobot, berbicara tentang kecerdasan, wawasan, pola berpikir, kepribadian, dll. Dalam menentukan pasangan hidup, keempat hal di atas selalu menjadi kriteria dan harapan, baik orangtua maupun kedua pasangan yang akan menjalaninya. Sebab dalam mencari pasangan, karena untuk selamanya, jangan sampai kita menyesal di belakang. Apalagi penyesalan yang sangat besar ketika kita sadar bahwa pasangan kita ternyata tidak seimbang dengan kita dalam babat, bibit, bebet, dan bobotnya.
Bukan hanya mencari pasangan hidup yang seringkali menerapkan persyaratan ketat, dalam dunia lapangan kerja pun menerapkan segudang persyaratan untuk menduduki sebuah pekerjaan atau jabatan. Persyaratan tersebut mungkin: ‘Sarjana semua jurusan, lulus dengan nilai baik, mahir mengoperasikan Microsoft Office, mampu berbahasa inggris, jujur, rajin, memiliki semangat kerja, mau belajar, bisa mengemudi dan memiliki SIM A’. Intinya, sebuah perusahaan tidak akan menerima kita jika kita tidak memenuhi persyaratan tersebut. Karena jika kita tidak dapat memenuhi persyaratan, kita pasti tidak akan pernah bisa bekerja sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang ditawarkan.
Alkitab memberikan contoh, ada banyak tokoh yang beruntung karena mereka memenuhi kriteria dalam menduduki sebuah jabatan, sehingga dalam segala tantangan zaman mereka mendapatkan kepercayaan dan kedudukan yang cukup penting dalam sebuah pemerintahan. Misalnya: Yusuf adalah orang yang paling berakal budi dan bijaksana di Mesir [Kejadian 41:37-39], ia diangkat menjadi Perdana Menteri Mesir; Ester adalah orang yang takut akan Tuhan, taat, dan penuh kasih terhadap sesamanya. Dia diangkat menjadi ratu Kerajaan Persia [Ester 2:15-18]; Nehemia, menjadi juru minum Raja Artahsasta di Puri Susan, Kerajaan Persia [Nehemia 1:1]; Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang diangkat menjadi pejabat-pejabat penting di istana Babel [Daniel 1:4]; dll. Mereka semua adalah orang-orang pilihan raja yang memenuhi kriteria untuk menduduki dan mengerjakan pekerjaan masing-masing sesuai dengan jabatan yang dipercayakan kepadanya.
Seperti halnya filosofi babat, bibit, bebet, bobot yang menjadi syarat dalam memilih jodoh, demikian pula dalam pekerjaan dan pelayanan. Oleh sebab itu kita harus meningkatkan kapasitas dan mengembangkan talenta yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Semakin besar kapasitas yang kita miliki, semakin besar pula kepercayaan yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Semakin besar pula peluang yang Tuhan siapkan dalam pekerjaan dan pelayanan kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|