|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. (Galatia 3:28)
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Gereja ≠ Kumpulan Arisan |
|
Gereja ≠ Kumpulan Arisan |
|
Selasa, 16 September 2014 | Tema: Church Identity |
|
|
|
|
|
Gereja ≠ Kumpulan Arisan |
|
1 Korintus 12:12-26 |
|
|
|
|
|
|
Di ruang tunggu sebuah sekolah, Sambey duduk sambil membaca Koran Bibir Kota. Keasyikannya membaca terpecah oleh perhatiannya pada pembicaraan ibu-ibu yang tengah berbincang riuh rendah. Arisan! Adalah tema yang diperbincangkan ibu-ibu itu. Seorang ibu berwajah bulat keputih-putihan menceritakan dengan bangga bahwa ia mengikuti 3 arisan. Arisan PKK, arisan perabot rumah, dan arisan sepeda motor. Seorang ibu berambut keriting berpipi tembem mengomentari bahwa sebenarnya ia wegah mengikuti arisan PKK karena baginya tidak level. Seorang ibu yang lain dengan ceriwis plus semangat mempromosikan arisan-arisan yang diikutinya. Sementara ibu-ibu yang lain hanya bengong mendengarkan saja. Sambey tersenyum geli mendengar celoteh ibu-ibu yang makin menambah gerah siang hari itu. Entah mengapa terbersit dalam pikirannya mengenai gereja. “Apakah gereja seperti kumpulan arisan? Meskipun terbuka untuk semua orang tetapi terbagi berdasarkan “taraf keelokan” tertentu? Dan membiarkan sekumpulan orang lain “yang tidak elok” sekedar pendengar dan penggembira?” pikir Sambey. “Ah, semoga tidak demikian,” gumam Sambey sambil tersenyum.
Hambatan besar bagi kesatuan jemaat Korintus adalah masalah etnis dan status sosial-ekonomi. Jemaat cenderung berkelompok berdasarkan kebanggaan etnis dan s...selengkapnya » |
Di ruang tunggu sebuah sekolah, Sambey duduk sambil membaca Koran Bibir Kota. Keasyikannya membaca terpecah oleh perhatiannya pada pembicaraan ibu-ibu yang tengah berbincang riuh rendah. Arisan! Adalah tema yang diperbincangkan ibu-ibu itu. Seorang ibu berwajah bulat keputih-putihan menceritakan dengan bangga bahwa ia mengikuti 3 arisan. Arisan PKK, arisan perabot rumah, dan arisan sepeda motor. Seorang ibu berambut keriting berpipi tembem mengomentari bahwa sebenarnya ia wegah mengikuti arisan PKK karena baginya tidak level. Seorang ibu yang lain dengan ceriwis plus semangat mempromosikan arisan-arisan yang diikutinya. Sementara ibu-ibu yang lain hanya bengong mendengarkan saja. Sambey tersenyum geli mendengar celoteh ibu-ibu yang makin menambah gerah siang hari itu. Entah mengapa terbersit dalam pikirannya mengenai gereja. “Apakah gereja seperti kumpulan arisan? Meskipun terbuka untuk semua orang tetapi terbagi berdasarkan “taraf keelokan” tertentu? Dan membiarkan sekumpulan orang lain “yang tidak elok” sekedar pendengar dan penggembira?” pikir Sambey. “Ah, semoga tidak demikian,” gumam Sambey sambil tersenyum.
Hambatan besar bagi kesatuan jemaat Korintus adalah masalah etnis dan status sosial-ekonomi. Jemaat cenderung berkelompok berdasarkan kebanggaan etnis dan status sosial-ekonomi. Jemaat terbelah antara keturunan Yahudi dan Yunani. Jemaat terpisah antara yang kaya dengan yang miskin. Ungkapan masa kini ora level mungkin menggambarkan secara tepat jurang yang digali oleh dua kelompok jemaat di atas. Menghadapi kenyataan ini, Rasul Paulus menasihati jemaat agar menyadari bahwa mereka adalah satu tubuh. Sebagai satu tubuh Kristus sudah seharusnya mereka berbaur, saling membutuhkan dan memperhatikan satu sama lain. Itu dimulai dengan kesediaan memperhatikan anggota yang selama ini luput dari perhatian. Mungkin karena ia dari etnis tertentu, mungkin ia tidak terpandang, dan mungkin ia orang miskin. Rasul Paulus minta itu dilakukan hingga kebanggaan etnis dan status sosial-ekonomi tergerus dan berganti dengan sehati-seperasaan. Jika ada satu anggota menderita, semua anggota turut menderita. Jika ada satu anggota dihormati, semua anggota bersukacita.
Jemaat yang terkasih. Dalam masyarakat, tiap orang dikelompokkan berdasarkan etnis dan status sosial-ekonomi. Tionghoa atau Jawa? Batak? Madura? Dayak? Kaya atau miskin? Bos atau buruh? Manager atau Satpam? Direktur atau Cleaning Service? Sehingga suka atau tidak suka, kita cenderung mudah menerima, mengasihi dan menghormati orang-orang yang se-etnis dengan status sosial-ekonomi yang relatif setingkat dengan kita. Tuhan menghendaki kita melawan pengaruh ini. Tuhan mau kita hidup sebagai satu tubuh Kristus yang sehati-seperasaan satu sama lain. Semoga kita bisa. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|