|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Habis Ngaca, Lalu Apa? |
|
Habis Ngaca, Lalu Apa? |
|
Minggu, 22 Februari 2015 | Tema: Love In Action |
|
|
|
|
|
Habis Ngaca, Lalu Apa? |
|
Yakobus 1:22-27 |
|
|
|
|
|
|
Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. [ayat 23-24]
Setiap kita mempunyai kebiasaan masing-masing setelah bangun pada pagi hari. Ada yang langsung mandi, ada yang gosok gigi dahulu, ada yang melihat-lihat tanaman, ada yang minum teh atau kopi, dan ada yang lainnya. Masing-masing orang punya kebiasaan yang berbeda. Tetapi ada satu hal yang semua orang pada umumnya lakukan setelah bangun tidur, yaitu bercermin. Setelah bangun tidur biasanya rambut kita acak-acakan. Sebelum kita keluar rumah, kita harus pastikan bahwa rambut kita sudah tersisir dengan rapi. Untuk itulah kita perlu bercermin.
Firman Tuhan berfungsi seperti cermin. Firman Tuhan memberi tahu tentang keadaan diri kita, kekurangan-kekurangan yang masih harus kita benahi. Tanpa Firman Tuhan mungkin kita berasumsi bahwa diri kita sudah baik. Seperti ora...selengkapnya » |
Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. [ayat 23-24]
Setiap kita mempunyai kebiasaan masing-masing setelah bangun pada pagi hari. Ada yang langsung mandi, ada yang gosok gigi dahulu, ada yang melihat-lihat tanaman, ada yang minum teh atau kopi, dan ada yang lainnya. Masing-masing orang punya kebiasaan yang berbeda. Tetapi ada satu hal yang semua orang pada umumnya lakukan setelah bangun tidur, yaitu bercermin. Setelah bangun tidur biasanya rambut kita acak-acakan. Sebelum kita keluar rumah, kita harus pastikan bahwa rambut kita sudah tersisir dengan rapi. Untuk itulah kita perlu bercermin.
Firman Tuhan berfungsi seperti cermin. Firman Tuhan memberi tahu tentang keadaan diri kita, kekurangan-kekurangan yang masih harus kita benahi. Tanpa Firman Tuhan mungkin kita berasumsi bahwa diri kita sudah baik. Seperti orang yang tanpa melihat ke cermin berasumsi bahwa penampilannya sudah baik. Tapi itu hanyalah asumsi yang keliru. Kita tidak bisa hanya berasumsi tanpa melihat bagaimana keadaan diri kita sebenarnya. Karena itulah kita butuh cermin kehidupan, yaitu Firman Tuhan.
Tetapi, melihat ke cermin saja tidak cukup tanpa melakukan suatu tindakan. Contohnya, bila kita melihat di cermin bahwa rambut kita acak-acakan, tapi kita tidak menyisir rambut kita, maka itu tidak ada gunanya. Oleh sebab itulah Yakobus berkata: Jangan cuma jadi pendengar Firman saja. Jadilah pelaku Firman. Sebagai contoh, kalau Firman Tuhan menegor kita agar kita tidak sombong, dan kita sadar bahwa tegoran itu benar, tetapi kita tidak ambil langkah untuk tinggalkan sikap sombong itu, maka kita tidak mengalami perubahan apa-apa. Sama saja dengan orang yang melihat ke cermin, tahu rambutnya acak-acakan, tetapi tidak menyisir rambutnya, lalu terus pergi ke luar rumah.
Saudara-saudara, kalau kita masih sempat mendengar Firman Tuhan kita beruntung. Kita punya kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Firman Tuhan menuntun kita pada keselamatan. Terlebih lagi, kalau Firman itu secara khusus berbicara langsung pada kita [entah berupa tegoran, nasihat, penghiburan, atau perintah yang harus kita lakukan], jangan biarkan Firman itu berlalu tanpa ada sebuah tindakan. Amin. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|