|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. (Matius 23:11) |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Hak Istimewa Ini Punya Siapa? |
|
Hak Istimewa Ini Punya Siapa? |
|
Jumat, 03 Oktober 2014 | Tema: Goodness and Generousity |
|
|
|
|
|
Hak Istimewa Ini Punya Siapa? |
|
Matius 23:8-12 |
|
|
|
|
|
|
“Menurutku, Tuhan itu menciptakan manusia dengan derajatnya masing-masing”, kata Benay. “Maksudmu, derajat seseorang itu sudah ditakdirkan?” tanya Sambey penasaran. Meskipun sempat tidak percaya takdir, tetapi dalam hal ini Benay mengakui bahwa derajat setiap orang sudah ditentukan dari sononya. “Makanya merubah nasib itu tidak mungkin. Kalau sudah ditakdirkan jadi satpam, mulai zaman black coffee sampai zaman white coffee, ya tetap satpam”, kata Benay menyimpulkan. Sambey geleng-geleng kepala pertanda ia tidak setuju. Sambey menjelaskan bahwa menurutnya status sebagai buruh, pegawai negeri, satpam, pendeta, pengusaha dan lain-lain adalah pekerjaan semata. Memang secara sosial itu berarti gengsi tertentu, tetapi di mata Tuhan itu tidak lebih dari sekedar status pekerjaan. Di mata Tuhan setiap orang mempunyai derajat yang sama dan mempunyai hak istimewa yang sama. Dan jangan lupa, setiap orang bisa merubah “nasib”nya dan merubah kondisi masyarakat melalui doa dan perjuangan yang tak kenal lelah.
Jemaat yang terkasih. Tuhan mengecam keras orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena kemunafikan mereka. Mereka menggunakan status terhormat mereka seolah-olah mereka adalah orang yang punya privilege (hak istimewa) di hadapan Tuhan dibandingkan rakyat jelata. Padahal sta...selengkapnya » |
“Menurutku, Tuhan itu menciptakan manusia dengan derajatnya masing-masing”, kata Benay. “Maksudmu, derajat seseorang itu sudah ditakdirkan?” tanya Sambey penasaran. Meskipun sempat tidak percaya takdir, tetapi dalam hal ini Benay mengakui bahwa derajat setiap orang sudah ditentukan dari sononya. “Makanya merubah nasib itu tidak mungkin. Kalau sudah ditakdirkan jadi satpam, mulai zaman black coffee sampai zaman white coffee, ya tetap satpam”, kata Benay menyimpulkan. Sambey geleng-geleng kepala pertanda ia tidak setuju. Sambey menjelaskan bahwa menurutnya status sebagai buruh, pegawai negeri, satpam, pendeta, pengusaha dan lain-lain adalah pekerjaan semata. Memang secara sosial itu berarti gengsi tertentu, tetapi di mata Tuhan itu tidak lebih dari sekedar status pekerjaan. Di mata Tuhan setiap orang mempunyai derajat yang sama dan mempunyai hak istimewa yang sama. Dan jangan lupa, setiap orang bisa merubah “nasib”nya dan merubah kondisi masyarakat melalui doa dan perjuangan yang tak kenal lelah.
Jemaat yang terkasih. Tuhan mengecam keras orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena kemunafikan mereka. Mereka menggunakan status terhormat mereka seolah-olah mereka adalah orang yang punya privilege (hak istimewa) di hadapan Tuhan dibandingkan rakyat jelata. Padahal status terhormat itu adalah topeng yang menutupi kebobrokan hati & pikiran mereka. Mereka jarkoni (iso ngajar tapi ora iso nglakoni), gila hormat, serakah, gemar berkotbah tentang moral tetapi mereka mengabaikan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Tuhan mengajarkan agar umat-Nya tidak meneladani orang-orang seperti itu. Di hadapan Tuhan setiap orang punya hak istimewa apapun status pekerjaannya. Tidak ada yang dapat memegahkan statusnya sebagai “guru rohani” karena hanya ada satu Rabi, yaitu Yesus Kristus. Umat Tuhan hanya punya satu Bapa, yaitu Bapa Sorgawi. Tidak ada tempat untuk kesombongan status sebagai pemimpin karena umat Tuhan hanya punya satu pemimpin, yaitu Mesias. Jika umat Tuhan punya figur pemimpin manusiawi, statusnya sebagai pemimpin bukan untuk disombongkan atau dijadikan topeng suci, tetapi untuk melayani. Tuhan mengajarkan bahwa setiap umat-Nya adalah sesama saudara yang sederajat bagi yang lainnya.
Jemaat yang terkasih. Apakah kita menyadari bahwa di hadapan Tuhan kita punya hak istimewa yang sama seperti saudara-saudara kita yang lain? Apapun jabatan gerejawi kita (gembala, pendeta, majelis, jemaat) atau apapun status pekerjaan kita, bagi Tuhan kita sederajat sebagai umat yang dikasihi-Nya. Oleh karena itu jangan merasa bahwa doa pendeta pasti lebih manjur. Karena Tuhan mendengar dan menjawab doa tulus setiap orang. Jangan merasa bahwa “sukses materi” dan status pekerjaan bergengsi adalah tanda diperkenan Tuhan karena Tuhan mengasihi dan membela orang-orang miskin dan orang-orang yang tidak terpandang secara sosial. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|