|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hati yang mengampuni adalah senjata lunak yang sanggup meruntuhkan tembok permusuhan.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Hati Yesus Adalah Hati Yang Mengampuni |
|
Hati Yesus Adalah Hati Yang Mengampuni |
|
Jumat, 16 Mei 2014 | Tema: The Compassion of Jesus |
|
|
|
|
|
Hati Yesus Adalah Hati Yang Mengampuni |
|
Kolose 3:12-14 |
|
|
|
|
|
|
Di ruang pengadilan itu duduk seorang wanita berusia sekitar 70 tahun dan di wajahnya tergambar goresan penderitaan dan kesedihan. Dan di kursi terdakwa duduk Van Der Broek, pria berdarah dingin yang telah membunuh anak laki-laki dan suaminya. Beberapa tahun yang lalu Van Der Broek datang ke rumahnya, ia menembak dan membakar anak laki-lakinya. Beberapa tahun kemudian Van Der Broek kembali untuk menculik suaminya. Wanita itu hidup dalam ketidakpastian, apakah suaminya masih hidup atau sudah tewas terbunuh. Dua tahun kemudian penculik itu kembali dan mengajaknya ke tepi sebuah sungai. Di sana ia melihat suaminya diikat, disiksa dan berdiri di tumpukan kayu kering yang sudah disiram bensin. Api yang berkobar memisahkan mereka. Dalam tangisan dan teriakan kesakitan, suaminya berkata, “Bapa ampunilah mereka.”
Akhirnya polisi berhasil menangkap Van Der Broek. Di pengadilan ia terbukti bersalah dan harus dihukum. Sebelum memutuskan hukuman, hakim bertanya, “Nyonya, menurut Anda apa yang harus dilakukan pengadilan terhadap orang yang secara brutal telah menghabisi keluarga Anda?” Wanita negro yang renta itu berkata, “Yang Mulia, saya menginginkan tiga hal. Pertama, Saya ingin dia dibawa ke pinggir sungai di mana suami saya terbunuh. Saya akan mengumpulkan debunya dan mengub...selengkapnya » |
Di ruang pengadilan itu duduk seorang wanita berusia sekitar 70 tahun dan di wajahnya tergambar goresan penderitaan dan kesedihan. Dan di kursi terdakwa duduk Van Der Broek, pria berdarah dingin yang telah membunuh anak laki-laki dan suaminya. Beberapa tahun yang lalu Van Der Broek datang ke rumahnya, ia menembak dan membakar anak laki-lakinya. Beberapa tahun kemudian Van Der Broek kembali untuk menculik suaminya. Wanita itu hidup dalam ketidakpastian, apakah suaminya masih hidup atau sudah tewas terbunuh. Dua tahun kemudian penculik itu kembali dan mengajaknya ke tepi sebuah sungai. Di sana ia melihat suaminya diikat, disiksa dan berdiri di tumpukan kayu kering yang sudah disiram bensin. Api yang berkobar memisahkan mereka. Dalam tangisan dan teriakan kesakitan, suaminya berkata, “Bapa ampunilah mereka.”
Akhirnya polisi berhasil menangkap Van Der Broek. Di pengadilan ia terbukti bersalah dan harus dihukum. Sebelum memutuskan hukuman, hakim bertanya, “Nyonya, menurut Anda apa yang harus dilakukan pengadilan terhadap orang yang secara brutal telah menghabisi keluarga Anda?” Wanita negro yang renta itu berkata, “Yang Mulia, saya menginginkan tiga hal. Pertama, Saya ingin dia dibawa ke pinggir sungai di mana suami saya terbunuh. Saya akan mengumpulkan debunya dan menguburkannya secara terhormat. Kedua, saya ingin Van Der Broek menjadi anak saya. Dan ketiga saya ingin Van Der Broek tahu bahwa saya telah mengampuni karena Yesus mati untuk mengampuninya, dan alasan lainnya karena permintaan suami saya. Yang Mulia, bolehkah saya meminta seseorang membantu saya maju ke depan untuk memeluk Van Der Broek sebagai bukti bahwa saya benar-benar telah mengampuninya?” Hakim tak tahu harus berkata apa selain menganggukkan kepalanya tanda setuju. Semua orang dalam ruangan itu terharu, termasuk Van Der Broek yang jatuh pingsan saat akan dipeluk wanita berhati mulia itu.
Pengampunan menjadi kesaksian yang nyata bagi dunia bahwa kita mewarisi kemuliaan Kristus. Saat pengampunan dilepaskan, beban berat kita lenyap seketika kemudian digantikan oleh sukacita dan sorak kemenangan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|