|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada (Efesus1:22) |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Hebat, Keren, Megah? |
|
Hebat, Keren, Megah? |
|
Sabtu, 04 Oktober 2014 | Tema: Goodness and Generousity |
|
|
|
|
|
Hebat, Keren, Megah? |
|
Efesus 1:22-23 |
|
|
|
|
|
|
Alkisah dalam sebuah reuni tiga orang teman sepermainan berjumpa kembali. Setelah mengobrol ’ngalor ngidul’ menuntaskan rasa kangen, salah seorang bertanya kepada temannya. ”Sekarang kamu pergi ke gereja mana, Bro?” ”Aku ke gereja itu lho, yang visinya mendunia. Hebat puolll!” ”Kalau aku sih ke gereja yang selalu mengundang pembicara-pembicara tenar. Kereeen! Kamu sendiri ke gereja mana?” ”Ooo, aku ke gereja yang baru selesai direnovasi itu. Kapan-kapan berkunjung dong, megah bingits!”
Kalau seseorang menanyakan pertanyaan yang sama kepada kita, apa jawab kita? Di antara begitu banyak gereja yang bertebaran di kota ini, bagaimana kita menggambarkan gereja kita? Bukan visi pendeta, bukan ketenaran pembicara, bukan menterengnya bangunan ... bukan itu. Semua itu bukan jati diri yang sejati. Itu bukan apa-apa dibanding kedaulatan Tuhan yang seharusnya diakui dan dijunjung tinggi di dalam sebuah gereja.
Jati diri Gereja adalah sang Kepala. Ketika seluruh anggota tubuh tunduk kepada kedaulatan sang Kepala, itulah Gereja yang sejati. Ketika kehendak Kristus diakui, ditaati, dan kepentingan-Nya didahulukan ... jati...selengkapnya » |
Alkisah dalam sebuah reuni tiga orang teman sepermainan berjumpa kembali. Setelah mengobrol ’ngalor ngidul’ menuntaskan rasa kangen, salah seorang bertanya kepada temannya. ”Sekarang kamu pergi ke gereja mana, Bro?” ”Aku ke gereja itu lho, yang visinya mendunia. Hebat puolll!” ”Kalau aku sih ke gereja yang selalu mengundang pembicara-pembicara tenar. Kereeen! Kamu sendiri ke gereja mana?” ”Ooo, aku ke gereja yang baru selesai direnovasi itu. Kapan-kapan berkunjung dong, megah bingits!”
Kalau seseorang menanyakan pertanyaan yang sama kepada kita, apa jawab kita? Di antara begitu banyak gereja yang bertebaran di kota ini, bagaimana kita menggambarkan gereja kita? Bukan visi pendeta, bukan ketenaran pembicara, bukan menterengnya bangunan ... bukan itu. Semua itu bukan jati diri yang sejati. Itu bukan apa-apa dibanding kedaulatan Tuhan yang seharusnya diakui dan dijunjung tinggi di dalam sebuah gereja.
Jati diri Gereja adalah sang Kepala. Ketika seluruh anggota tubuh tunduk kepada kedaulatan sang Kepala, itulah Gereja yang sejati. Ketika kehendak Kristus diakui, ditaati, dan kepentingan-Nya didahulukan ... jati diri Gereja yang sejati akan muncul. Itulah kerinduan saya pribadi terhadap gereja kita. Semoga itu juga menjadi kerinduan kita bersama. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|