|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. [Matius 5:7] |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Hendaklah Kamu Murah Hati |
|
Hendaklah Kamu Murah Hati |
|
Selasa, 14 Juli 2015 | Tema: Diberkati Untuk Menjadi Berkat |
|
|
|
|
|
Hendaklah Kamu Murah Hati |
|
Lukas 6:27-36 |
|
|
|
|
|
|
“Sam, aku lagi butuh duit nih. Tolong bayar hutangmu Rp. 200.000,-“, tagih Benay. “Jangan lupa plus bunganya 10% per bulan”. Sambey yang tak menyangka ditagih tiba-tiba berdalih, “Kapan aku hutang, Ben? Perasaan aku tak punya hutang sama kamu.” Benay mengingatkan Sambey bahwa ia hutang untuk beli seekor burung pleci kira-kira 3 bulan yang lalu. Sambey yang tak kekurangan akal berdalih kembali. “Ben, mbok kamu itu jadi pelaku firman Tuhan: pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar”, kata Sambey. “Sam, aku tahu firman itu ada di Lukas 6:35. Tapi baca seluruhnya jangan sepotong-sepotong sak karepmu dhewe”, kata Benay sewot. “Kalau kamu mau disebut orang-orang jahat dan tidak tahu berterima kasih seperti yang disebutkan di ayat itu juga, kamu tidak bayar utang tak mengapa. Aku 100% ikhlas!”
Sambey tertawa melihat sahabatnya marah. Ia berkata, “Wah..wah.. kamu sewot plus pura-pura ikhlas ni ye...?” Benay memandang Sambey dengan penuh tanya tanpa sepatah kata pun keluar bibir tebalnya. “Ikhlas 100% kok diawal minta bunga 10% per bulan?” sindir Sambey. Mendengar itu Benay nyengir dan pudar kemarahannya. “Sorry Sam, aku cuma kelakar kok. Kamu bayar pokoknya saja deh”, kata Benay. “Ya Ben, jangan kuatir pasti aku bayar. Tapi sebulan lagi ya?”, kata ...selengkapnya » |
“Sam, aku lagi butuh duit nih. Tolong bayar hutangmu Rp. 200.000,-“, tagih Benay. “Jangan lupa plus bunganya 10% per bulan”. Sambey yang tak menyangka ditagih tiba-tiba berdalih, “Kapan aku hutang, Ben? Perasaan aku tak punya hutang sama kamu.” Benay mengingatkan Sambey bahwa ia hutang untuk beli seekor burung pleci kira-kira 3 bulan yang lalu. Sambey yang tak kekurangan akal berdalih kembali. “Ben, mbok kamu itu jadi pelaku firman Tuhan: pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar”, kata Sambey. “Sam, aku tahu firman itu ada di Lukas 6:35. Tapi baca seluruhnya jangan sepotong-sepotong sak karepmu dhewe”, kata Benay sewot. “Kalau kamu mau disebut orang-orang jahat dan tidak tahu berterima kasih seperti yang disebutkan di ayat itu juga, kamu tidak bayar utang tak mengapa. Aku 100% ikhlas!”
Sambey tertawa melihat sahabatnya marah. Ia berkata, “Wah..wah.. kamu sewot plus pura-pura ikhlas ni ye...?” Benay memandang Sambey dengan penuh tanya tanpa sepatah kata pun keluar bibir tebalnya. “Ikhlas 100% kok diawal minta bunga 10% per bulan?” sindir Sambey. Mendengar itu Benay nyengir dan pudar kemarahannya. “Sorry Sam, aku cuma kelakar kok. Kamu bayar pokoknya saja deh”, kata Benay. “Ya Ben, jangan kuatir pasti aku bayar. Tapi sebulan lagi ya?”, kata Sambey. “Itung-itung belajar murah hati, Ben” Benay hanya bisa menghela nafas panjang dan wajahnya kembali mrengut karena harapan untuk dapat uang gagal.
Tuhan Yesus mengajarkan kepada orang banyak untuk murah hati, sama seperti Bapa di sorga adalah murah hati [ayat 36]. Mengapa dasarnya adalah kemurah-hatian Bapa? Sebab orang-orang berdosa pun dapat bermurah hati. Mereka dapat mengasihi, yaitu kepada orang-orang yang mengasihi mereka. Mereka dapat saling memberi pinjaman, tetapi dengan maksud mendapatkannya kembali. Tidaklah demikian dengan anak-anak Allah. Anak-anak Allah mencontoh kemurahan hati Bapa di mana ukuran tertinggi kemurahan-Nya adalah manusia, bukan harta-benda. Oleh sebab itu anak-anak Allah dimampukan untuk membalas kejahatan dengan perbuatan baik, dengan maksud memanusiakan pelakunya [ayat 28-30]. Dan meminjamkan sesuatu tanpa mengharapkan balasan, karena harta milik bukan segala-galanya [ayat 35]. Kemurahan hati yang demikian ini menjadikan pribadi anak-anak Allah menjadi kuat dan kebaikannya tidak untuk dimanfaatkan atau dipermainkan oleh orang lain.
Jemaat yang terkasih, bermurah hati seperti Bapa, di mana ukuran utamanya adalah manusia, menjadi tidak mudah saat ini. Sebab sekarang ini segala sesuatu diukur dengan uang. Demi uang orang dapat mengorbankan sesamanya manusia. Andaikata pun orang bermurah hati kepada sesamanya seringkali untuk mendapatkan keuntungan dalam berbagai bentuknya, atau dilakukan sekedarnya. Marilah kita sebagai anak-anak Allah tidak demikian. Setiap perbuatan baik yang lahir dari kemurahan hati kita hendaklah kita lakukan demi kebaikan orang tersebut. Dan jika kebetulan orang itu jahat kepada kita, kiranya kemurahan hati kita dapat membawa ia kepada pertobatan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|