|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Identitas diri mengubah perilaku kita orang kudus untuk menjaga hidup kudus.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Identitas Diri Orang Percaya |
|
Identitas Diri Orang Percaya |
|
Kamis, 26 Mei 2016 | Tema: Umat Yang Kudus |
|
|
|
|
|
Identitas Diri Orang Percaya |
|
1 Petrus 1:16 |
|
|
|
|
|
|
Waktu saya masih kecil, ketika keluarga saya belum mengenal Kristus, ayah sering mengajak saya ke kubur kakek dan nenek. Yang dilakukan ayah adalah membersihkan makam benar-benar bersih sampai tak tertinggal kotoran apapun. Setelah itu ayah berdoa, memohon kepada arwah kakek nenek agar diberi kelencaran dan berkat dalam seluruh kehidupan kami. Perintah ayah yang sampai saat ini tidak terlupakan ketika masuk kuburan adalah mandi bersih, berpakaian bersih, dan ketika masuk lingkungan area kubur harus melepas alas kaki sebagai tanda hormat kepada rumah, penunggu kubur, dan roh kakek nenek kami. Karena rasa hormat kepada roh nenek moyang dan kuburan, maka kami mengkhusyukkan diri berdoa dan membersihkan diri sebelum masuk ke pekuburan. Inilah yang kami lakukan sebelum bertobat dan percaya Kristus.
Setelah percaya Yesus Kristus, saya memandang apa yang kami lakukan waktu itu adalah sesuatu yang sia-sia. Saat itu, untuk hal yang sia-sia saja, kami harus membersihkan diri, melepas alas kaki menjaga kebersihan kubur sebagai rasa hormat kepada roh kubur. Lalu bagaimana dengan kekristenan kita yang tidak akan pernah sia-sia? Yesus Kristus tidak saja hanya mati, tetapi Dia telah bangkit dan hidup selamanya. Melalui pengorbanan-Nya kita telah dibersihkan dari dosa. Melalui keb...selengkapnya » |
Waktu saya masih kecil, ketika keluarga saya belum mengenal Kristus, ayah sering mengajak saya ke kubur kakek dan nenek. Yang dilakukan ayah adalah membersihkan makam benar-benar bersih sampai tak tertinggal kotoran apapun. Setelah itu ayah berdoa, memohon kepada arwah kakek nenek agar diberi kelencaran dan berkat dalam seluruh kehidupan kami. Perintah ayah yang sampai saat ini tidak terlupakan ketika masuk kuburan adalah mandi bersih, berpakaian bersih, dan ketika masuk lingkungan area kubur harus melepas alas kaki sebagai tanda hormat kepada rumah, penunggu kubur, dan roh kakek nenek kami. Karena rasa hormat kepada roh nenek moyang dan kuburan, maka kami mengkhusyukkan diri berdoa dan membersihkan diri sebelum masuk ke pekuburan. Inilah yang kami lakukan sebelum bertobat dan percaya Kristus.
Setelah percaya Yesus Kristus, saya memandang apa yang kami lakukan waktu itu adalah sesuatu yang sia-sia. Saat itu, untuk hal yang sia-sia saja, kami harus membersihkan diri, melepas alas kaki menjaga kebersihan kubur sebagai rasa hormat kepada roh kubur. Lalu bagaimana dengan kekristenan kita yang tidak akan pernah sia-sia? Yesus Kristus tidak saja hanya mati, tetapi Dia telah bangkit dan hidup selamanya. Melalui pengorbanan-Nya kita telah dibersihkan dari dosa. Melalui kebangkitan-Nya kita beroleh kemenangan. Dan melalui Roh Kudus kita memperoleh penyertaan-Nya. Maka menjaga kekudusan hidup kita, itu suatu KEHARUSAN.
Oleh sebab itu bagi orang percaya, hidup kudus adalah suatu kewajaran. Masalahnya, kita kerap menganggap nats hari ini sebagai suatu perintah. Kita membacanya sebagai: ’Sebab Aku kudus, maka kamu harus berusaha hidup dengan kudus.’ Dan mungkin kita merasa putus asa ketika sudah berusaha sekuat tenaga, namun rasanya tidak ‘kudus-kudus’ juga.
Akan sangat berbeda efeknya jika kita memahaminya sebagai sebuah janji. Firman itu menyatakan: ’Sebab Aku kudus, maka kamu adalah orang kudus kepunyaan-Ku.’ Kekudusan adalah anugerah Allah. Ketika kita percaya kepada penebusan oleh darah yang mahal, yaitu darah Kristus [ay. 19], maka kita menerima identitas yang baru, yaitu orang kudus. Identitas baru ini akan mengubah pemahaman, sikap, dan perilaku kita hari demi hari, memampukan kita hidup kudus. Sebaliknya, berbuat dosa adalah penyimpangan dari identitas sejati kita.
Sekarang yang menjadi tantangan kita adalah selalu bercermin dan memandang kepada anugerah Allah, serta tidak melupakannya sehingga kita akan selalu menyadari identitas baru kita. Dengan pimpinan Roh Kudus, kesadaran baru tersebut akan menggugah kita untuk hidup berpadanan dengan identitas tersebut. Dengan identitas baru sebagai orang kudus, maka kita akan dikuatkan dan diingatkan untuk selalu menjaga setiap sisi hidup kita untuk hidup seturut kehendak Allah.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|