|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hidup sebagai orang Kristen yang benar (menjadi ‘terang dan garam’) merupakan identitas yang muncul dari teladan Tuhan Yesus Kristus.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Identitas Yang Tak Bisa Disembunyikan |
|
Identitas Yang Tak Bisa Disembunyikan |
|
Senin, 15 September 2014 | Tema: Church Identity |
|
|
|
|
|
Identitas Yang Tak Bisa Disembunyikan |
|
Matius 5:13-16 |
|
|
|
|
|
|
Sejak usia 2 tahun sampai 23 tahun saya tinggal di Maluku, secara otomatis saya dapat dengan fasih berbicara bahasa Maluku (bahasa Tobelo) dengan dialeknya yang unik. Dengan bahasa dan gaya dialek yang sama dengan masyarakat Tobelo, tentu saya beranggapan bahwa masyarakat tidak akan mengenal identitas saya yang sesungguhnya, yaitu orang Jawa. Namun ternyata saya salah, mereka tetap menyapa saya dengan panggilan ‘mas’. Peristiwa serupa juga saya alami, pada tahun 2011 saat saya mengikuti studi banding tentang “Pertumbuhan Gereja dan Budaya Masyarakat Korea” di Korea Selatan selama hampir 1 bulan. Tanpa saya memperkenalkan asal-muasal saya, orang-orang Korea dapat mengenal jika saya berasal dari Indonesia. Dengan rasa penasaran saya kemudian bertanya, “Bagimana Anda mengenal saya?” “Dari warna kulit, bentuk rambut, bentuk wajah, tinggi badan, dan nama Anda-lah yang menunjukkan bahwa Anda orang Indonesia,” jawab mereka.
Setelah saya merenungkan pengalaman tersebut, saya kemudian menjadi paham bahwa dalam diri saya ada sesuatu yang tidak dapat saya sembunyikan, yaitu identitas. Identitas pribadi yang sudah melekat sejak lahir dalam diri saya tidak dapat saya ubah dan saya sembunyikan sehingga hanya dengan melihat saya, maka semua orang akan tahu siapa saya dan dari mana...selengkapnya » |
Sejak usia 2 tahun sampai 23 tahun saya tinggal di Maluku, secara otomatis saya dapat dengan fasih berbicara bahasa Maluku (bahasa Tobelo) dengan dialeknya yang unik. Dengan bahasa dan gaya dialek yang sama dengan masyarakat Tobelo, tentu saya beranggapan bahwa masyarakat tidak akan mengenal identitas saya yang sesungguhnya, yaitu orang Jawa. Namun ternyata saya salah, mereka tetap menyapa saya dengan panggilan ‘mas’. Peristiwa serupa juga saya alami, pada tahun 2011 saat saya mengikuti studi banding tentang “Pertumbuhan Gereja dan Budaya Masyarakat Korea” di Korea Selatan selama hampir 1 bulan. Tanpa saya memperkenalkan asal-muasal saya, orang-orang Korea dapat mengenal jika saya berasal dari Indonesia. Dengan rasa penasaran saya kemudian bertanya, “Bagimana Anda mengenal saya?” “Dari warna kulit, bentuk rambut, bentuk wajah, tinggi badan, dan nama Anda-lah yang menunjukkan bahwa Anda orang Indonesia,” jawab mereka.
Setelah saya merenungkan pengalaman tersebut, saya kemudian menjadi paham bahwa dalam diri saya ada sesuatu yang tidak dapat saya sembunyikan, yaitu identitas. Identitas pribadi yang sudah melekat sejak lahir dalam diri saya tidak dapat saya ubah dan saya sembunyikan sehingga hanya dengan melihat saya, maka semua orang akan tahu siapa saya dan dari mana saya berasal. Hal ini tentunya juga menjadi pengalaman kita bersama bukan? Sebagai anak-anak Allah, Ia memposisikan kita sebagai ‘terang dan garam’ yang tentunya harus menerangi tempat yang gelap dan mengasinkan dunia yang sudah menjadi tawar. Dengan demikian identitas kita jelas bahwa Tuhan mengangkat kita menjadi anak-Nya supaya kita tahu siapa kita, dari mana kita berasal, dan apa tujuan kita diciptakan.
Tuhan Yesus berkata: “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi” (ayat 14). Identitas kita adalah murid-murid Tuhan Yesus. Secara otomatis kita harus meneladani Guru Agung kita sebagai figur identitas kita, yaitu menjadi ‘terang dan garam’. Dengan teladan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari tersebut, maka secara otomatis orang akan mengenal identitas kita, bahwa kita adalah orang-orang Kristen yang benar. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|