|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
‘..... Sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.’ [Matius 10:16b] |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jadilah Anak-Anak Dalam Kejahatan |
|
Jadilah Anak-Anak Dalam Kejahatan |
|
Rabu, 23 November 2016 | Tema: Mencapai Kedewasaan Sesusi Kepenuhan Kristus |
|
|
|
|
|
Jadilah Anak-Anak Dalam Kejahatan |
|
1 Korintus 14:20 |
|
|
|
|
|
|
Sudah genap sebulan Benay meninggalkan tanah air. Tak ada kabar berita lagi. Sosok tambun berkulit gelap itu seperti lenyap di telan bumi. Ditinggalkannya seorang pemuda sebatangkara. Pemuda itu kurus, tak rupawan, dan tak enak dipandang. Bagi kita keberadaannya pun tak diperhitungkan. Padahal kekurang-pengertian kitalah yang ia mengerti; Kekurang-pedulian kitalah yang ia pedulikan; Keangkuhan kitalah yang ia tangisi. Sebagaimana ia menangisi ibu pertiwi yang sedang bersusah hati. Air matanya berlinang karena menyaksikan tingkah polah segelintir anak-anak bangsa yang makin lihai dalam berbuat jahat. “Kecil dibesarkan, begitu besar malah kesasar”. “Bodoh dipinterkan, begitu pinter malah keblinger”. “Lemah dikuatkan, begitu kuat malah main sikat uang rakyat”. Segelintir anak bangsa ini bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka fasih memainkan pasal-pasal hukum untuk membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Mereka pandai menyamar seperti serigala berbulu domba. Mereka lihai bermain di balik layar. Menyiapkan sebuah drama tragis untuk mengintimidasi, menyalahkan atau menyingkiran orang-orang yang bersih hatinya.
Pemuda sebatangkara duduk seorang diri di ruang interaksi gereja. Pikirannya menerawang jauh coba memahami kesedihan ibu pertiwi. Apa yang bisa dilakukan orang-orang Kristen dalam situasi ini? Teringatlah ia akan pesan firman Tuhan: “.......selengkapnya » |
Sudah genap sebulan Benay meninggalkan tanah air. Tak ada kabar berita lagi. Sosok tambun berkulit gelap itu seperti lenyap di telan bumi. Ditinggalkannya seorang pemuda sebatangkara. Pemuda itu kurus, tak rupawan, dan tak enak dipandang. Bagi kita keberadaannya pun tak diperhitungkan. Padahal kekurang-pengertian kitalah yang ia mengerti; Kekurang-pedulian kitalah yang ia pedulikan; Keangkuhan kitalah yang ia tangisi. Sebagaimana ia menangisi ibu pertiwi yang sedang bersusah hati. Air matanya berlinang karena menyaksikan tingkah polah segelintir anak-anak bangsa yang makin lihai dalam berbuat jahat. “Kecil dibesarkan, begitu besar malah kesasar”. “Bodoh dipinterkan, begitu pinter malah keblinger”. “Lemah dikuatkan, begitu kuat malah main sikat uang rakyat”. Segelintir anak bangsa ini bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka fasih memainkan pasal-pasal hukum untuk membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Mereka pandai menyamar seperti serigala berbulu domba. Mereka lihai bermain di balik layar. Menyiapkan sebuah drama tragis untuk mengintimidasi, menyalahkan atau menyingkiran orang-orang yang bersih hatinya.
Pemuda sebatangkara duduk seorang diri di ruang interaksi gereja. Pikirannya menerawang jauh coba memahami kesedihan ibu pertiwi. Apa yang bisa dilakukan orang-orang Kristen dalam situasi ini? Teringatlah ia akan pesan firman Tuhan: “..... Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!” Meski anak-anak sudah bisa berbuat jahat, tetapi tidak ada anak yang mahir dalam melakukannya. Mereka masih polos, meskipun coba mengelak, tetapi bukankah kita mudah mengenalinya. Sebagai saksi mereka lebih jujur dalam mengatakan apa yang mereka lihat. Anak-anak itu bodoh dalam hal kejahatan. Demikianlah Tuhan menghendaki orang-orang percaya menjadi yang terbelakang dalam kejahatan. Sebaliknya dewasa dalam pemikiran. Cerdik seperti ular, tulus seperti merpati. Cerdik agar tidak picik dan tulus agar tidak licik. Maksudnya orang percaya harus cerdik agar tidak dimanfaatkan atau diperalat orang lain untuk tujuan yang jahat; dan orang percaya meski tulus agar hatinya bening dan tidak memutar-balikkan kebenaran.
Jemaat yang terkasih, kita adalah orang-orang percaya yang adalah anak-anak Allah. Anak-anak Allah yang oleh kehendak-Nya menjadi bagian dari anak-anak ibu pertiwi, Indonesia tercinta ini. Saat ini kondisi bangsa sedang terancam bahaya intoleransi, adu domba, dan perpecahan, marilah kita berdoa agar kedamaian, kerukunan dan keutuhan bangsa dapat dipertahankan. Tetapi lebih dari itu marilah kita tumbuh dalam segala yang baik sebagaimana dikehendaki Tuhan. Dan semakin terbelakang dalam hal kejahatan. Kiranya melalui hidup kita Tuhan dimuliakan di ibu pertiwi. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|