|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kesetiaan sampai akhirlah yang menentukan keselamatan seseorang. Untuk mencapainya diperlukan perjuangan sejak sedini mungkin. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jangan Memberi Remah-Remah Kepada Tuhan |
|
Jangan Memberi Remah-Remah Kepada Tuhan |
|
Rabu, 03 Mei 2017 |
|
|
|
|
|
Jangan Memberi Remah-Remah Kepada Tuhan |
|
Efesus 5:15-21 |
|
|
|
|
|
|
Kita sering mendengar ungkapan bahwa ‘yang penting adalah pada akhir perjalanan’, hal ini tidak sepenuhnya betul karena pemikiran seperti ini bisa membuat orang menunda-nunda mengambil keputusan yang bisa berdampak dalam kekekalan. Keselamatan di dalam Tuhan Yesus sering dianggap begitu murah dan gampangan, yang menyebabkan kehidupan rohani orang percaya tidak bermutu. Tidak jarang kita mendengar pernyataan ‘nanti sajalah bila sudah mapan, sudah kaya, sudah tua baru memikirkan hal-hal rohani’. Dampaknya membuat seseorang tidak sungguh-sungguh menghargai anugerah penebusan yang membawa keselamatan kekal. Pikirnya asal nanti percaya, maka akan selamat dan semua akan beres.
Menunda berarti tidak menggunakan waktu dengan baik [ayat 16], memboroskan waktu hidupnya untuk hal-hal yang tidak penting yang bisa menghambat pertumbuhan kedewasaan rohani. Hal ini akan membawa orang “kristen” tetap hidup di bawah belenggu percintaan dunia. Keinginannya hanya menikmati keindahan dunia seperti anak-anak dunia menikmatinya. Padahal persahabatan dengan dunia adalah suatu perzinahan rohani dan menjadikan dirinya musuh Alla...selengkapnya » |
Kita sering mendengar ungkapan bahwa ‘yang penting adalah pada akhir perjalanan’, hal ini tidak sepenuhnya betul karena pemikiran seperti ini bisa membuat orang menunda-nunda mengambil keputusan yang bisa berdampak dalam kekekalan. Keselamatan di dalam Tuhan Yesus sering dianggap begitu murah dan gampangan, yang menyebabkan kehidupan rohani orang percaya tidak bermutu. Tidak jarang kita mendengar pernyataan ‘nanti sajalah bila sudah mapan, sudah kaya, sudah tua baru memikirkan hal-hal rohani’. Dampaknya membuat seseorang tidak sungguh-sungguh menghargai anugerah penebusan yang membawa keselamatan kekal. Pikirnya asal nanti percaya, maka akan selamat dan semua akan beres.
Menunda berarti tidak menggunakan waktu dengan baik [ayat 16], memboroskan waktu hidupnya untuk hal-hal yang tidak penting yang bisa menghambat pertumbuhan kedewasaan rohani. Hal ini akan membawa orang “kristen” tetap hidup di bawah belenggu percintaan dunia. Keinginannya hanya menikmati keindahan dunia seperti anak-anak dunia menikmatinya. Padahal persahabatan dengan dunia adalah suatu perzinahan rohani dan menjadikan dirinya musuh Allah, yang berarti pengkhianatan kepada Tuhan [Yakubus 4:4].
Seringkali orang baru mau “terpaksa rela” meninggalkan keindahan dunia pada saat dipaksa oleh kondisi obyektif berupa fisik dan kemampuan lain sudah rapuh karena usia atau suatu penyakit. Perlu disadari bahwa nasib kekal seseorang tidak hanya tergantung pada akhir perjalanan hidupnya, tetapi merupakan akumulasi keputusan-keputusan yang diambil sepanjang hidupnya.
Dalam Lukas 13:22-30, Tuhan Yesus mengingatkan perlunya berjuang, berusaha keras untuk memperoleh keselamatan sejati seperti yang dikehendaki Bapa, yaitu dikembalikannya manusia kepada rancangan Allah semula. Untuk berjuang perlu menggunakan waktu dengan bijak selagi kondisi kita masih belum rapuh dimakan usia dan penyakit. Bagi yang relative masih muda, masih memiliki potensi fisik, intelektual yang maksimal, harus memahami hal tersebut. Mulai serius mempersembahkan segenap hidupnya bagi kemuliaan dan kepentingan Tuhan. Bagi yang lebih senior harus makin serius untuk mengejar ketertinggalan.
Kecintaan kepada Tuhan harus sudah digelar meskipun masih ada kesempatan menikmati dunia ini. Prinsip ini yang membawa seseorang mengakhiri hidupnya dengan cantik yang membawa kemuliaan [finishing well]. Bila mau hidup sungguh-sungguh bagi Tuhan hanya pada saat kondisi diri sudah tidak berpotensi [fisik, intelektual, sosial-ekonomi], sebetulnya kita menipu diri sendiri dan menipu Tuhan. Berarti hanya memberi remah-remah kepada Tuhan, dan ini adalah sikap yang “kurang ajar” terhadap Tuhan yang begitu Agung dan Mulia.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|