|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Semakin kita mengijinkan Tuhan mengendalikan hidup kita, maka kita akan aman dan tidak akan masuk dalam keadaan yang buruk. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Jangan Nyemplung Lagi |
|
Jangan Nyemplung Lagi |
|
Jumat, 06 Mei 2016 | Tema: Umat Yang Kudus |
|
|
|
|
|
Jangan Nyemplung Lagi |
|
Roma 6:12-14 |
|
|
|
|
|
|
Ada suatu ungkapan dalam masyarakat yang mengatakan, “Jika seekor ayam pernah jatuh di suatu lobang, maka besoknya ia tidak akan pernah melewati lobang yang sama.” Namun berbeda dengan pengalaman satu ini. Saya mempunyai seekor anjing peranakan pom yang sangat setia menjaga rumah yang saya tempati. Sayangnya, ada yang membuat saya sangat tidak suka, yaitu kutu anjing itu. Entah dari mana datangnya, saya tidak mengerti. Karena kasihan, maka saya selalu mandikannya setiap tiga hari sekali agar bersih dari kutu. Namun yang membuat saya jengkel adalah setelah dimandikan, anjing itu langsung lari ke pasir, berguling-guling sehingga badanya penuh dengan tanah dan kemudian kembali ke halaman rumah sambil mengibas-kibaskan bulunya hingga kotor semua. Kejadian itu berulang-ulang dan yang lebih menjengkelkan lagi, kutunya banyak kembali. Dalam hati saya bertanya, “Mengapa kok banyak lagi padahal sudah bersih?” Ternyata setiap kali saya tidak di rumah, anjing itu pergi ke tempat anjing lain yang adalah biang kutu. Dalam hati saya berkata, “Pantas saja setiap dimandikan dan dibedaki jadi bersih, namun tetap kutuan ternyata karena kebiasaannya main ke tempat biang kutu.”
Sebagai orang yang telah ditebus dan disucikan oleh Alla...selengkapnya » |
Ada suatu ungkapan dalam masyarakat yang mengatakan, “Jika seekor ayam pernah jatuh di suatu lobang, maka besoknya ia tidak akan pernah melewati lobang yang sama.” Namun berbeda dengan pengalaman satu ini. Saya mempunyai seekor anjing peranakan pom yang sangat setia menjaga rumah yang saya tempati. Sayangnya, ada yang membuat saya sangat tidak suka, yaitu kutu anjing itu. Entah dari mana datangnya, saya tidak mengerti. Karena kasihan, maka saya selalu mandikannya setiap tiga hari sekali agar bersih dari kutu. Namun yang membuat saya jengkel adalah setelah dimandikan, anjing itu langsung lari ke pasir, berguling-guling sehingga badanya penuh dengan tanah dan kemudian kembali ke halaman rumah sambil mengibas-kibaskan bulunya hingga kotor semua. Kejadian itu berulang-ulang dan yang lebih menjengkelkan lagi, kutunya banyak kembali. Dalam hati saya bertanya, “Mengapa kok banyak lagi padahal sudah bersih?” Ternyata setiap kali saya tidak di rumah, anjing itu pergi ke tempat anjing lain yang adalah biang kutu. Dalam hati saya berkata, “Pantas saja setiap dimandikan dan dibedaki jadi bersih, namun tetap kutuan ternyata karena kebiasaannya main ke tempat biang kutu.”
Sebagai orang yang telah ditebus dan disucikan oleh Allah, kita seharusnya menyadari, bersyukur, dan terus memuliakan Allah dengan memelihara kekudusan dan kesucian hidup. Namun seringkali hal-hal buruk di lingkungan kita turut mempengaruhi dan mencemari sehingga kita kembali lagi ‘nyemplung’ dalam kehidupan lama. Mungkin tidak secara langsung, kadang hanya “ngincipi“ saja. Kita berpikir, “Kan masih manusia, jadi wajarlah kalau masih terpengaruh.” Ingat ilustrasi ikan yang hidup di laut. Ketika ikan hidup dan berenang, ia tidak asin meskipun tinggal di air asin. Namun ketika ikan mati di laut, maka ia akan menjadi asin. Jadi ketika kita hidup dalam kristus, sesungguhnya kita tidak akan terpengaruh oleh apapun, hanya Kristus yang mempengaruhi kita. Jika kita dipengaruhi oleh dunia, sesungguhnya pikiran dan kehendak kita sendirilah yang mengijinkannya.
Oleh karenanya kita harus selalu menyadari bahwa kita telah ditebus dengan darah yang mahal, dan marilah kita menggunakannya sebagai senjata kemuliaan Allah. Jangan selalu beralasan bahwa kita masih manusia. Keputusan kitalah yang menentukan mau ‘nyemplung’ atau tidak. Hidup dalam kekudusan Kristus memang tidak menyenangkan, tetapi membahagiakan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|