|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Janganlah jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Rini Handoyo |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kami Selalu Mengenangmu |
|
Kami Selalu Mengenangmu |
|
Sabtu, 04 April 2015 | Tema: Berkenan Di Hati Tuhan |
|
|
|
|
|
Kami Selalu Mengenangmu |
|
Galatia 6:9-10 |
|
|
|
|
|
|
Setiap kali kami masuk ke toko oleh-oleh di luar kota dalam rangka rapat kerja, kami selalu teringat pada sosok ibu Budi [bukan nama yang sebenarnya]. Bukan tanpa alasan kami teringat beliau, bahkan bertahun-tahun setelah kepergiannya, kenangan itu selalu tergambar kembali. Dalam setiap kesempatan rapat kerja, bu Budi selalu memberi kami angpao untuk membeli oleh-oleh. Beliau membagi angpao dengan uang pribadinya, bukan hanya kepada satu dua orang saja, tapi pada hampir 20 orang dengan nilai yang tidak bisa dibilang kecil. Bukan hanya sekali dua kali saja, tetapi rutin setiap tahun. Bahkan bagi beberapa orang, termasuk saya, dalam setahun bisa dua atau tiga kali beliau memberi angpao, karena kami sama-sama “orang lama”. Puncaknya, ketika beliau sakit keras, harus operasi dan membutuhkan biaya yang sangat besar untuk pengobatannya, bu Budi tidak mau meninggalkan kebiasannya. Meski kami menolak, tapi beliau tetap bersikukuh kami harus mau menerima angpaonya. Itulah mengapa kami merasa sangat kehilangan ketika beliau akhirnya dipanggil Tuhan. Di saat yang paling sulitpun beliau tidak surut melakukan perbuatan baik, dan itu membuat kami selalu mengenang beliau sampai saat ini.
Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Galatia, seperti yang tertulis dalam Galatia 6:9, “J...selengkapnya » |
Setiap kali kami masuk ke toko oleh-oleh di luar kota dalam rangka rapat kerja, kami selalu teringat pada sosok ibu Budi [bukan nama yang sebenarnya]. Bukan tanpa alasan kami teringat beliau, bahkan bertahun-tahun setelah kepergiannya, kenangan itu selalu tergambar kembali. Dalam setiap kesempatan rapat kerja, bu Budi selalu memberi kami angpao untuk membeli oleh-oleh. Beliau membagi angpao dengan uang pribadinya, bukan hanya kepada satu dua orang saja, tapi pada hampir 20 orang dengan nilai yang tidak bisa dibilang kecil. Bukan hanya sekali dua kali saja, tetapi rutin setiap tahun. Bahkan bagi beberapa orang, termasuk saya, dalam setahun bisa dua atau tiga kali beliau memberi angpao, karena kami sama-sama “orang lama”. Puncaknya, ketika beliau sakit keras, harus operasi dan membutuhkan biaya yang sangat besar untuk pengobatannya, bu Budi tidak mau meninggalkan kebiasannya. Meski kami menolak, tapi beliau tetap bersikukuh kami harus mau menerima angpaonya. Itulah mengapa kami merasa sangat kehilangan ketika beliau akhirnya dipanggil Tuhan. Di saat yang paling sulitpun beliau tidak surut melakukan perbuatan baik, dan itu membuat kami selalu mengenang beliau sampai saat ini.
Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Galatia, seperti yang tertulis dalam Galatia 6:9, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah.” Berbuat baik jangan hanya dilakukan kepada orang-orang tertentu saja, yang selalu mendukung kita, yang selalu menyenangkan kita, yang satu golongan dengan kita. Tetapi belajarlah melakukannya kepada semua orang. Jangan juga hanya melakukan sekali tempo saja, tetapi berusahalah melakukan di segala kondisi dan suasana hati kita. Jangan menjadi bosan berbuat kebaikan, meskipun tidak ada balasan yang didapat. Berbuat baik bukan hanya masalah memberi bantuan materi, tetapi ada banyak hal kebaikan yang bisa kita berikan selain materi. Ringan dalam memberi pertolongan, memberi perhatian kepada teman-teman yang sedang bersedih, memberikan kata-kata yang membangun, mendoakan rekan-rekan adalah beberapa sarana bagi kita berbuat baik kepada sesama.
Bukan hal yang mustahil bagi kita untuk melakukan perbuatan baik terus menerus sampai akhir hidup kita. Seperti Ibu Budi sudah membuktikan bisa melakukan perbuatan baik sampai akhir hidupnya, kita pun pasti bisa melakukannya buat orang-orang di sekeliling kita. Dan pada saatnya nanti ketika Tuhan sudah memanggil kita, orang-orang di sekeliling kita akan berkata, “Kami selalu mengenangmu.” |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|