|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kasih Dalam Perbuatan |
|
Kasih Dalam Perbuatan |
|
Senin, 27 Juli 2015 | Tema: Diberkati Untuk Menjadi Berkat |
|
|
|
|
|
Kasih Dalam Perbuatan |
|
Yohanes 15:13; 1 Yohanes 4:19-21 |
|
|
|
|
|
|
Sebuah poster besar terpampang di sebuah perempatan jalan di kota Semarang. Poster itu mempromosikan sebuah seminar bertajuk “3 LANGKAH MUDAH MENJADI MILYARDER?”, dengan pembicara seorang motivator ternama. Beberapa saat Sambey memandangi poster itu. Ia tertarik untuk meminta pendapat dari penari-penari tradisional mengenai seminar tersebut. Mereka adalah penari-penari yang menjadikan perempatan jalan sebagai open theatre tatkala para pengendara terhenti oleh warna merah lampu lalu lintas. “Mbak, apakah tertarik jadi milyarder? Piye kalu ikut seminar itu?”, tanya Sambey. “Ya pingin to, Mas! Masak ada orang yang tidak mau kaya? Tapi apa seminar itu untuk orang-orang seperti kita ini?”, jawab seorang penari bernama Lay-Lay. “Lha wong temanya saja tidak masuk akal. Kalau jadi milyarder itu mudah, mestinya tidak ada orang miskin seperti kita-kita yang mesti menjual seni yang katanya adiluhung jadi murahan seperti ini”, kata Hadiy seorang penari laki-laki. “Menurut saya, seminar itu membuktikan bahwa bangsa kita sudah salah didik. Kita lebih dididik untuk jadi orang sukses daripada bersolidaritas atau berbelarasa kepada sesama manusia.” Sambey yang tidak setuju menyanggah, “Lho, bagaimana bisa berbelarasa kalau tidak sukses lebih dahulu?” “Sampeyan salah besar, Mas! Kenyataannya semakin orang bertambah kaya, tidak berarti ia makin bisa mengasihi sesama. Bukankah yang makin pelit banyak?” kata Hadiy.
Allah adalah kasih. Itu buk...selengkapnya » |
Sebuah poster besar terpampang di sebuah perempatan jalan di kota Semarang. Poster itu mempromosikan sebuah seminar bertajuk “3 LANGKAH MUDAH MENJADI MILYARDER?”, dengan pembicara seorang motivator ternama. Beberapa saat Sambey memandangi poster itu. Ia tertarik untuk meminta pendapat dari penari-penari tradisional mengenai seminar tersebut. Mereka adalah penari-penari yang menjadikan perempatan jalan sebagai open theatre tatkala para pengendara terhenti oleh warna merah lampu lalu lintas. “Mbak, apakah tertarik jadi milyarder? Piye kalu ikut seminar itu?”, tanya Sambey. “Ya pingin to, Mas! Masak ada orang yang tidak mau kaya? Tapi apa seminar itu untuk orang-orang seperti kita ini?”, jawab seorang penari bernama Lay-Lay. “Lha wong temanya saja tidak masuk akal. Kalau jadi milyarder itu mudah, mestinya tidak ada orang miskin seperti kita-kita yang mesti menjual seni yang katanya adiluhung jadi murahan seperti ini”, kata Hadiy seorang penari laki-laki. “Menurut saya, seminar itu membuktikan bahwa bangsa kita sudah salah didik. Kita lebih dididik untuk jadi orang sukses daripada bersolidaritas atau berbelarasa kepada sesama manusia.” Sambey yang tidak setuju menyanggah, “Lho, bagaimana bisa berbelarasa kalau tidak sukses lebih dahulu?” “Sampeyan salah besar, Mas! Kenyataannya semakin orang bertambah kaya, tidak berarti ia makin bisa mengasihi sesama. Bukankah yang makin pelit banyak?” kata Hadiy.
Allah adalah kasih. Itu bukan sekedar sebutan semata. Di dalam Kristus Yesus, Allah yang adalah kasih itu mengungkapkan diri secara sempurna. Ia datang demi manusia ciptaan-Nya. Manusia yang sudah rusak oleh karena dosa. Manusia yang tidak mampu mewujudkan gambar Allah sepenuhnya. Singkat kata, manusia yang telah kabur kemanusiaannya. Salah satu buktinya adalah manusia cenderung mementingkan diri sendiri sehingga kehilangan belarasa-kasih pada sesamanya. Dengan demikian kasih kebanyakan orang sekedar menjadi slogan yang tidak terwujud dalam perbuatan. Dalam kondisi ini, Yesus Kristus menunjukkan belarasanya dengan bersedia mengorbankan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya. Salah satu maksud-Nya adalah supaya kemanusiaan sahabat-sahabat-Nya dipulihkan, yaitu dengan hidupnya kembali kemampuan untuk saling mengasihi diantara mereka.
Jemaat yang terkasih, kita adalah orang Kristen yang dikenal dengan ciri utama ajarannya adalah kasih. Karena memang Allah yang kita sembah adalah Allah yang mengasihi. Dan Dia telah memberikan kasih-Nya secara sempurna kepada kita di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu, di tengah dunia yang tiada henti-hentinya menghalusinasi setiap orang dengan persaingan tanpa batas demi kesuksesan materi, kita tidak boleh kehilangan perbuatan kasih kita. Marilah kita resapi kasih Allah yang telah kita terima, dan marilah kita mewujudkannya dengan mengasihi saudara-saudara dan sesama kita manusia, terutama mereka yang membutuhkan dengan tindakan nyata dalam setiap kesempatan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|