|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Apa yang telah kita perbuat bagi mereka yang lemah dan membutuhkan pertolongan. Apa yang telah kita lakukan sebagai kontribusi posotif bagi bangsa ini?
|
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Debora Lien |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kasih Sejati |
|
Kasih Sejati |
|
Kamis, 21 Agustus 2014 | Tema: No Fear |
|
|
|
|
|
Kasih Sejati |
|
Kejadian 14:1-24 |
|
|
|
|
|
|
Kehidupan bangsa Indonesia yang sekarang tak bisa dipisahkan dari sejarah. Indonesia di masa lalu, kira-kira 3,5 abad bangsa ini ada dalam tekanan penjajah. Rakyat di berbagai daerah mengadakan perlawanan terhadap penjajah, namun tidak mencapai hasil yang maksimal. Sampai akhirnya di tahun 1945 Indonesia memasuki zaman kemerdekaan. Di era Indonesia yang sekarang, tidak bisa dipungkiri masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang membuat perjalanan bangsa ini tidak mulus.
Sekarang kita akan melihat pengalaman Abram bapa leluhur kita secara rohani. Dia bukanlah seorang negarawan yang punya latar belakang pendidikan tata negara atau kemiliteran. Ketika dipanggil Allah untuk pergi ke tanah perjanjian usianya sudah lanjut. Cerita yang ia dengar tentang Lot yang tertawan membuat inisiatifnya timbul. Ia mengerahkan orang-orang yang ada di rumahnya juga para sahabatnya untuk maju berperang mengalahkan musuh yang tidak sedikit dan tidak main-main kekuatannya. Abram yakin bahwa Allahnya adalah Allah yang luar biasa yang menyertai dan sanggup menjadi pembelanya. Dia juga berjiwa luhur, ia ingin menjadi pengayom untuk yang lemah. Strategi perang tidak dimilikinya, tetapi penyerahan diri kepada Allah serta niat baik itulah yang menjadi modal...selengkapnya » |
Kehidupan bangsa Indonesia yang sekarang tak bisa dipisahkan dari sejarah. Indonesia di masa lalu, kira-kira 3,5 abad bangsa ini ada dalam tekanan penjajah. Rakyat di berbagai daerah mengadakan perlawanan terhadap penjajah, namun tidak mencapai hasil yang maksimal. Sampai akhirnya di tahun 1945 Indonesia memasuki zaman kemerdekaan. Di era Indonesia yang sekarang, tidak bisa dipungkiri masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang membuat perjalanan bangsa ini tidak mulus.
Sekarang kita akan melihat pengalaman Abram bapa leluhur kita secara rohani. Dia bukanlah seorang negarawan yang punya latar belakang pendidikan tata negara atau kemiliteran. Ketika dipanggil Allah untuk pergi ke tanah perjanjian usianya sudah lanjut. Cerita yang ia dengar tentang Lot yang tertawan membuat inisiatifnya timbul. Ia mengerahkan orang-orang yang ada di rumahnya juga para sahabatnya untuk maju berperang mengalahkan musuh yang tidak sedikit dan tidak main-main kekuatannya. Abram yakin bahwa Allahnya adalah Allah yang luar biasa yang menyertai dan sanggup menjadi pembelanya. Dia juga berjiwa luhur, ia ingin menjadi pengayom untuk yang lemah. Strategi perang tidak dimilikinya, tetapi penyerahan diri kepada Allah serta niat baik itulah yang menjadi modal utamanya memperoleh kemenangan.
Yang mengagumkan lagi, Abram menolak semua pemberian raja Sodom yang ditawarkan kepadanya. Kepentingan pribadi tidak ia dahulukan, bahkan ia memberikan sepersepuluh harta hasil jarahannya kepada raja Salem sebagai ucapan syukurnya kepada Tuhan yang memimpinnya mengalahkan Kedorlamoer dan sekutunya.
Berapa di antara kita, anak-anak bangsa, yang mempunyai jiwa seperti Abram. Meskipun sebagai orang Kristen kita adalah golongan minoritas di negeri ini, tetapi apakah kita memiliki jiwa serta kiprah seperti Abram yang bersedia berkorban bagi yang lemah dan mengayomi mereka. Apakah kita juga bersikap pantang menyerah untuk membela kebenaran dan terus percaya bahwa Allah ada di pihak kita serta mampu menolong kita. Satu hal lagi, ketika kita mengalami keberhasilan dalam perjuangan kita membela yang lemah, apakah kita tetap rendah hati dan tidak mengambil keuntungan pribadi? |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|