|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Matius 22:37)
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kasih Sejati Berkobar Dalam Segala Kondisi |
|
Kasih Sejati Berkobar Dalam Segala Kondisi |
|
Kamis, 20 Maret 2014 | Tema: Breakthrough the Barriers |
|
|
|
|
|
Kasih Sejati Berkobar Dalam Segala Kondisi |
|
2 Korintus 8:1-7 |
|
|
|
|
|
|
Mata Benay berbinar-binar. Sesekali tampak ia senyum kikuk seorang diri. Jelas sekali tampak kebahagiaan tak terperi dari raut wajahnya. Asyik dengan lamunannya, Benay tidak menyadari kehadiran Sambey di sampingnya. “Hey...nglamun terus. Senyum-senyum sendiri!” bentak Sambey. Benay njumbul karena kaget. “Apa-apaan sih kamu Sam, nggak tahu orang lagi senang!” protes Benay. “Eit..eit..eit..marah ya? Lagi senang karena apa sih kamu?” tanya Sambey. Dengan malu-malu ia menjawab, “Aku sedang jatuh cinta, Sam.” Pipi Benay sekonyong-konyong merah merona. Ia menceritakan pada Sambey bagaimana seminggu lalu ia bertemu dengan seorang gadis manis. Mona namanya. Ia begitu menarik hati Benay. “Wah..kamu sedang terpanah cinta romantis, Ben. Cinta romantis bisa membuat orang lupa daratan, tenggelam dalam buaian perasaan, tanpa disadari bernuansa keegoisan. Seolah-olah tak ada rintangan yang mampu menghalanginya. Gunung ku daki, lautan ku sebrangi. Tetapi sesungguhnya semuanya itu agar cintanya berbalas. Agar sang kekasih selalu menyukakan dirinya. Setelah cinta kekasih didapatnya atau sang kekasih ternyata tak selalu menuruti kemauannya, lambat laun pudarlah gelora cintanya,” ungkap Sambey. Tanpa peduli dengan kata-kata Sambey, Benay melanjutkan lamunannya yang sempat terganggu.
Je...selengkapnya » |
Mata Benay berbinar-binar. Sesekali tampak ia senyum kikuk seorang diri. Jelas sekali tampak kebahagiaan tak terperi dari raut wajahnya. Asyik dengan lamunannya, Benay tidak menyadari kehadiran Sambey di sampingnya. “Hey...nglamun terus. Senyum-senyum sendiri!” bentak Sambey. Benay njumbul karena kaget. “Apa-apaan sih kamu Sam, nggak tahu orang lagi senang!” protes Benay. “Eit..eit..eit..marah ya? Lagi senang karena apa sih kamu?” tanya Sambey. Dengan malu-malu ia menjawab, “Aku sedang jatuh cinta, Sam.” Pipi Benay sekonyong-konyong merah merona. Ia menceritakan pada Sambey bagaimana seminggu lalu ia bertemu dengan seorang gadis manis. Mona namanya. Ia begitu menarik hati Benay. “Wah..kamu sedang terpanah cinta romantis, Ben. Cinta romantis bisa membuat orang lupa daratan, tenggelam dalam buaian perasaan, tanpa disadari bernuansa keegoisan. Seolah-olah tak ada rintangan yang mampu menghalanginya. Gunung ku daki, lautan ku sebrangi. Tetapi sesungguhnya semuanya itu agar cintanya berbalas. Agar sang kekasih selalu menyukakan dirinya. Setelah cinta kekasih didapatnya atau sang kekasih ternyata tak selalu menuruti kemauannya, lambat laun pudarlah gelora cintanya,” ungkap Sambey. Tanpa peduli dengan kata-kata Sambey, Benay melanjutkan lamunannya yang sempat terganggu.
Jemaat Makedonia begitu dipuji oleh Rasul Paulus karena keteladanan kasihnya. Kasih mereka tidak bergantung dengan kondisi yang mereka alami. Buktinya, meskipun mereka mengalami pencobaan yang berat, sukacita mereka tetap meluap. Meskipun mereka miskin, tetapi itu tidak menghalangi mereka untuk menunjukkan kemurahan yang luar biasa (ayat 2-4). Kasih seperti ini adalah kasih yang sejati yang sangat berbeda dengan “kasih romantis”. “Kasih romantis” didorong oleh motivasi memanfaatkan Tuhan untuk selalu memenuhi keinginan dirinya. Oleh karenanya sifatnya hanya sesat karena tidak tahan uji. Tetapi kasih sejati didorong oleh penyerahan diri kepada Allah (ayat 5b). Oleh karenanya, kasih itu tetap berkobar dalam segala kondisi yang dialami.
Jemaat yang terkasih. Ada orang Kristen yang memperlakukan Tuhan seperti pelayan restoran. Tuhan dikasihi jika dapat melayani keinginannya secara memuaskan dan cepat alias anti lelet. Sebaiknyalah kita tidak seperti itu, karena niscaya kasih kita akan kandas. Hendaklah kasih kita kepada Tuhan memancar dari penyerahan diri kita sepenuhnya kepada-Nya. Tuhan layak menerima penyerahan diri kita, karena Dia telah terlebih dahulu mengasihi kita dan terus mengasihi kita hingga sekarang ini dan seterusnya. Dengan demikian, kita dimampukan mempunyai kasih yang sejati. Kasih yang terus berkobar dalam segala kondisi. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|