|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia. (Lukas 17:4)
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kaya Pengampunan |
|
Kaya Pengampunan |
|
Selasa, 11 November 2014 | Tema: Forgiven to Forgive |
|
|
|
|
|
Kaya Pengampunan |
|
Matius 18:21-22 |
|
|
|
|
|
|
Ada kepahitan dalam hati Sambey. Berat baginya untuk mengampuni Pdt. Itong yang baginya bukan sosok hamba Tuhan yang baik. Minggu ini sepulang dari gereja, ia memikirkan sepenggal kata Pdt. Andrey dalam kotbahnya menasihati jemaat untuk mempunyai kekayaan pengampunan dengan bukti selalu bersedia mengampuni orang yang bersalah berapa kalipun kesalahan itu dilakukan. Kata-kata itu bertentangan dengan perasaannya. “Bagaimana mungkin aku harus selalu mengampuni Pdt. Itong? Bukankah pendeta super cuek ini sebaiknya diberi pelajaran? Kalau perlu dibuat menderita? Kok, rasanya lebih puas jika melihat ia menderita?” pikir Sambey. Semakin lama ia berpikir, semakin pusing kepalanya karena ada pertentangan di dalam pikiran dan perasaan Sambey. Baginya kotbah minggu ini bertentangan dengan kenyataan hidup sehari-hari. Bukankah membalas adalah tindakan yang wajar jika terus-menerus disalahi seseorang? Dan mengampuni yang bagi Sambey berarti hilangnya hasrat membalas, tidak masuk akal! Tidak sejalan dengan perasaan sakit hatinya! Minggu ini dilalui Sambey dengan perasaan serba kacau. Tidak ada tempat curhat baginya, karena Benay sahabatnya sedang sibuk latihan tari tamborine untuk kelompok penari laki-laki.
Jemaat yang terkasih. Petrus rupanya mempunyai batasan pengampunan. Baginy...selengkapnya » |
Ada kepahitan dalam hati Sambey. Berat baginya untuk mengampuni Pdt. Itong yang baginya bukan sosok hamba Tuhan yang baik. Minggu ini sepulang dari gereja, ia memikirkan sepenggal kata Pdt. Andrey dalam kotbahnya menasihati jemaat untuk mempunyai kekayaan pengampunan dengan bukti selalu bersedia mengampuni orang yang bersalah berapa kalipun kesalahan itu dilakukan. Kata-kata itu bertentangan dengan perasaannya. “Bagaimana mungkin aku harus selalu mengampuni Pdt. Itong? Bukankah pendeta super cuek ini sebaiknya diberi pelajaran? Kalau perlu dibuat menderita? Kok, rasanya lebih puas jika melihat ia menderita?” pikir Sambey. Semakin lama ia berpikir, semakin pusing kepalanya karena ada pertentangan di dalam pikiran dan perasaan Sambey. Baginya kotbah minggu ini bertentangan dengan kenyataan hidup sehari-hari. Bukankah membalas adalah tindakan yang wajar jika terus-menerus disalahi seseorang? Dan mengampuni yang bagi Sambey berarti hilangnya hasrat membalas, tidak masuk akal! Tidak sejalan dengan perasaan sakit hatinya! Minggu ini dilalui Sambey dengan perasaan serba kacau. Tidak ada tempat curhat baginya, karena Benay sahabatnya sedang sibuk latihan tari tamborine untuk kelompok penari laki-laki.
Jemaat yang terkasih. Petrus rupanya mempunyai batasan pengampunan. Baginya cukuplah mengampuni tujuh kali saja (ayat 21). Pertanyaannya kepada Tuhan Yesus sebenarnya untuk mendapatkan peneguhan bahwa sudah saatnya ia mengadakan pembalasan kepada seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Tetapi jawaban Tuhan di luar perkiraan Petrus. “Bukan sampai tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh kali,” demikian kata Tuhan. Itu berarti Tuhan menghendaki Petrus selalu bersedia mengampuni. Mengapa demikian? Melalui perumpamaan yang dikisahkan-Nya, Tuhan memberikan alasan yang sangat mendasar. Kita harus selalu bersedia mengampuni karena Tuhan telah lebih dahulu mengampuni kita. Bukankah dosa kita kepada Tuhan jauh lebih besar? Oleh sebab itu untuk menebusnya pun sangat mahal harganya, yaitu dengan darah suci Yesus, Anak Allah!
Masakan kita yang telah mendapatkan pengampunan dengan cara demikian itu, tidak bersedia selalu mengampuni orang lain?
Jemaat yang terkasih. Bukankah sering kita dengar kata-kata: “Kamu boleh nyalahi aku, tapi jangan sampai tiga kali! Karena kesabaranku (pengampunanku) ada batasnya! Kalau sudah sampai tiga kali, jangan salahkan aku kalau aku membalas!” Kata-kata ini terdengar masuk akal. Tetapi Tuhan menghendaki kita tidak demikian. Tuhan menghendaki kita menjadi pribadi yang kaya akan pengampunan. Kekayaan pengampunan itu tidak berasal dari diri kita sendiri, tetapi bersumber dari Tuhan yang telah mengampuni dosa kita yang begitu besar. SELAMAT MENGAMPUNI. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|