Cerita ini saya dengar dari teman yang melihat sebuah kejadian yang cukup menyentuhnya sehingga ia berusaha menceritakan kenyataan hidup yang ada disekitar kita.
Seorang pedagang telur ayam negeri seperti biasa menjajakan daganganya dengan harapan dagangannya laku dan bisa mencukupi kehidupan keluarganya yang memang dalam kondisi pas-pasan. Seperti biasanya dilapaknya ia menjajakan telur ayam dengan harapan pembeli atau pelanggan menghampirinnya. Lama ia menanti akhirnya ada seorang pembeli yang dilihat dari penampilannya orang berada, dan terjadilah penawaran
Pembeli : berapa harga telurnya per Kg ?
Pedagang : Rp 15.000 [ lima belas ribu ] bu
Pembeli : Rp 42.500 [ empat puluh dua limaratus ] ya 3 Kg
Pedagang : seharusnya ndak boleh bu tetapi karena memaksa dan supaya ada pembelinya baiklah
bu dengan sedih ia menjualnya
Dalam hari yang sama orang yang membeli telur tersebut bertemu dengan teman-temannya dengan bersenda gurau mereka melangkah ke rumah makan ...selengkapnya »
Cerita ini saya dengar dari teman yang melihat sebuah kejadian yang cukup menyentuhnya sehingga ia berusaha menceritakan kenyataan hidup yang ada disekitar kita.
Seorang pedagang telur ayam negeri seperti biasa menjajakan daganganya dengan harapan dagangannya laku dan bisa mencukupi kehidupan keluarganya yang memang dalam kondisi pas-pasan. Seperti biasanya dilapaknya ia menjajakan telur ayam dengan harapan pembeli atau pelanggan menghampirinnya. Lama ia menanti akhirnya ada seorang pembeli yang dilihat dari penampilannya orang berada, dan terjadilah penawaran
Pembeli : berapa harga telurnya per Kg ?
Pedagang : Rp 15.000 [ lima belas ribu ] bu
Pembeli : Rp 42.500 [ empat puluh dua limaratus ] ya 3 Kg
Pedagang : seharusnya ndak boleh bu tetapi karena memaksa dan supaya ada pembelinya baiklah
bu dengan sedih ia menjualnya
Dalam hari yang sama orang yang membeli telur tersebut bertemu dengan teman-temannya dengan bersenda gurau mereka melangkah ke rumah makan yang cukup ok. Ia memesan makanan yang enak dan ketika mereka memakannya tersisa banyak makanan karena bagi mereka itu sudah biasa. Ketika pelayan restoran datang memberikan tagihan sejumlah Rp 450.000, ia [ pembeli telur ] mengeluarkan uang sebanyak Rp 500.000 jumlah seratus ribuan lima dan dengan mengucapkan kembaliannya buat kamu saja [ Rp 50.000 ], memang pemandangan itu sudah biasa.
Dan dari kejadian tersebut teman saya teringat akan kejadian dengan penjual telur tadi yang begitu membutuhkan uang yang tidak terlalu banyak tetapi sipembeli membeli dengan sesuka hatinya dan jika ia melihat kejadian tersebut teman saya membayangkan betapa sakit hatinya pedagang telur tadi jika ia melihat kejadian di restoran, orang yang membeli telur begitu baik banget dengan pelayan restoran yang sesungguhnya hidupnya lebih baik
Sering kali kita berbicara menjadi berkat dan berbuat baik, namun terkadang dalam tindakan kita justru kita melakukan perbuatan baik yang terbalik. Orang yang mungkin tidak seharusnya kita beri justru kita memberikan berlebihan dan orang yang membutuhkan terkadang kita memberikan dengan sisa atau barang yang paling buruk. Dan hal itu kita lakukan sebagai perbuatan baik. Kita berharap memberi yang terbaik untuk Tuhan dan itu bisa kita lakukan dengan memperhatikan mereka yang Tuhan taruh dalam hati kita.