|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Menyembah Tuhan adalah kebutuhan pokok, jadi perlu sikap berani dan beresiko untuk meraihnya. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Ribkah E. Christanti |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kebutuhan Pokok Kita |
|
Kebutuhan Pokok Kita |
|
Sabtu, 07 November 2015 | Tema: Hasrat Untuk Menyembah |
|
|
|
|
|
Kebutuhan Pokok Kita |
|
Daniel 3:1-18; 6:1-12 |
|
|
|
|
|
|
Sore itu saya mendengar cerita dari ibu bahwa ada seorang wanita paruh baya yang sedang menawarkan blender miliknya untuk ditukarkan dengan beras kepada pemilik warung di depan rumah kami. Blender seharga Rp. 200.000,00-an hanya ditawar sekitar Rp. 60.000,00-an oleh pemilik warung itu. Sebenarnya wanita penjual blender ini menginginkan lebih demi membeli kebutuhan pokok keluarganya. Namun pemilik warung itu tetap tidak mau menambah harga tawarannya, bahkan ketika si wanita minta tambahan mie instan 5 bungkus pun, tetap ditolaknya. Akhirnya si wanita ini pun dengan berat hati menjual blendernya tanpa tambahan apapun.
Cerita di atas adalah sepenggal kisah seseorang yang rela melepaskan benda berharganya demi bisa memenuhi kebutuhan pokok. Di sekitar kita masih banyak bentuk pengorbanan manusia yang dilakukan demi bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Hal yang sama juga pernah dilakukan beberapa tokoh Alkitab demi memenuhi kebutuhan pokoknya. Mereka adalah Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Namun mereka tidak menggadaikan barang demi bisa makan, melainkan mereka berkorban mempertaruhkan nyawa mereka demi memenui kebutuhan pokok mereka, yaitu menyembah Allah Yang Mahatinggi. Bagi keempat orang tersebut, menyembah Tuhan tidak hanya di hari Minggu saja, tidak kalau dalam s...selengkapnya » |
Sore itu saya mendengar cerita dari ibu bahwa ada seorang wanita paruh baya yang sedang menawarkan blender miliknya untuk ditukarkan dengan beras kepada pemilik warung di depan rumah kami. Blender seharga Rp. 200.000,00-an hanya ditawar sekitar Rp. 60.000,00-an oleh pemilik warung itu. Sebenarnya wanita penjual blender ini menginginkan lebih demi membeli kebutuhan pokok keluarganya. Namun pemilik warung itu tetap tidak mau menambah harga tawarannya, bahkan ketika si wanita minta tambahan mie instan 5 bungkus pun, tetap ditolaknya. Akhirnya si wanita ini pun dengan berat hati menjual blendernya tanpa tambahan apapun.
Cerita di atas adalah sepenggal kisah seseorang yang rela melepaskan benda berharganya demi bisa memenuhi kebutuhan pokok. Di sekitar kita masih banyak bentuk pengorbanan manusia yang dilakukan demi bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Hal yang sama juga pernah dilakukan beberapa tokoh Alkitab demi memenuhi kebutuhan pokoknya. Mereka adalah Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Namun mereka tidak menggadaikan barang demi bisa makan, melainkan mereka berkorban mempertaruhkan nyawa mereka demi memenui kebutuhan pokok mereka, yaitu menyembah Allah Yang Mahatinggi. Bagi keempat orang tersebut, menyembah Tuhan tidak hanya di hari Minggu saja, tidak kalau dalam susah saja, tidak kalau ada orang saja, tidak untuk mengisi waktu saja bahkan tidak untuk ritual agamawi saja. Mereka menganggap menyembah Tuhan adalah kebutuhan mereka yang utama, yang senantiasa dan mendesak untuk dipenuhi.
Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego adalah beberapa orang yang telah memberi teladan pada kita perihal pandangan mereka tentang menyembah Tuhan. Lalu bagaimana pandangan kita tentang menyembah Tuhan? Masihkah kita menganganggapnya sebagai ritual agamawi; sebagai topeng yang menandai kita disebut orang ber-Tuhan; sebagai pengisi waktu luang; dan lain-lainnya? Atau mungkin kita sudah menganggapnya penting untuk melakukannya tapi masih takut untuk mengambil resikonya? Tetapkan pandangan kita untuk menyembah Tuhan serta sikap kita untuk menanggung resikonya, maka Dia, Sang Junjungan itu, akan memberikan anugerah-Nya. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|