|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tanpa Injil seseorang bisa menjadi orang baik yang dewasa mental, tetapi untuk bertumbuh dewasa rohani mutlak dibutuhkan kebenaran Injil dan pertolongan Roh Kudus.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kedewasaan Mental dan Kedewasaan Rohani |
|
Kedewasaan Mental dan Kedewasaan Rohani |
|
Jumat, 13 Mei 2016 | Tema: Umat Yang Kudus |
|
|
|
|
|
Kedewasaan Mental dan Kedewasaan Rohani |
|
Efesus 4:11-16 |
|
|
|
|
|
|
Dalam realitas bisa dijumpai orang non kristen yang mempunyai kualitas mental yang baik yang ditandai antara lain: mempunyai gambar diri yang positif, bisa menerima dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempunyai daya tahan untuk menghadapi tantangan atau problem hidup, bisa hidup harmonis dalam keluarga dan masyarakat. Mereka dikenal sebagai orang baik yang menaati hukum dan nilai moral kemasyarakatan. Mereka bisa tidak “manja” dalam menghadapi buas dan ganasnya kehidupan ini.
Tidak jarang dijumpai orang kristen yang justru “manja” dalam menghadapi hidup ini. Hal ini disebabkan karena tidak mengenal kebenaran. Mereka berharap keadaan selalu sesuai dengan keinginannya, hidup lebih mudah dan nyaman. Tidak menyadari bahwa dunia ini telah terkutuk dan semakin fasik [Kejadian 3:17; 2 Timotius 3:1-5]. Pola pikir ini juga dipicu oleh pemahaman yang salah terhadap Kebenaran Injil. Yang terpateri dalam pikiran adalah bagian dan tanggung jawab Tuhan terhadap hidup mereka melalui kasih, kuasa dan kebaikan Tuhan. Seakan-akan memiliki hak istimewa untuk bisa mengarungi hidup ini lebih mudah dan nyaman. Jauh dari berb...selengkapnya » |
Dalam realitas bisa dijumpai orang non kristen yang mempunyai kualitas mental yang baik yang ditandai antara lain: mempunyai gambar diri yang positif, bisa menerima dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempunyai daya tahan untuk menghadapi tantangan atau problem hidup, bisa hidup harmonis dalam keluarga dan masyarakat. Mereka dikenal sebagai orang baik yang menaati hukum dan nilai moral kemasyarakatan. Mereka bisa tidak “manja” dalam menghadapi buas dan ganasnya kehidupan ini.
Tidak jarang dijumpai orang kristen yang justru “manja” dalam menghadapi hidup ini. Hal ini disebabkan karena tidak mengenal kebenaran. Mereka berharap keadaan selalu sesuai dengan keinginannya, hidup lebih mudah dan nyaman. Tidak menyadari bahwa dunia ini telah terkutuk dan semakin fasik [Kejadian 3:17; 2 Timotius 3:1-5]. Pola pikir ini juga dipicu oleh pemahaman yang salah terhadap Kebenaran Injil. Yang terpateri dalam pikiran adalah bagian dan tanggung jawab Tuhan terhadap hidup mereka melalui kasih, kuasa dan kebaikan Tuhan. Seakan-akan memiliki hak istimewa untuk bisa mengarungi hidup ini lebih mudah dan nyaman. Jauh dari berbagai problem. Pola pikir seperti ini akan membuat orang percaya tidak bertumbuh dewasa mental.
Tuhan memang kasih, berkuasa, dan baik, namun tidak untuk dimanfaatkan sesuai keinginan kita. Tuhan menebus kita lunas dengan harga yang mahal untuk keselamatan kita, yaitu dikembalikan kepada rancangan-Nya semula, menjadi serupa dengan diri-Nya [Kejadian 3:27]. Berarti kita harus berproses untuk menjadi sempurna seperti Bapa [Matius 5:48], kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya [Efesus 1:4], mengambil bagian dalam kodrat ilahi [2 Petrus 1:4], dan memiliki pribadi Kristus [Roma 8:29]. Inilah pada hakekatnya suatu kedewasaan rohani yang harus menjadi target utama orang percaya. Kedewasaan rohani adalah kemampuan untuk bisa mengerti dan melakukan kehendak Tuhan, sehingga dapat hidup berkenan di hadapan Bapa. Untuk bertumbuh dewasa rohani harus didahului oleh kedewasaan mental.
Orang yang dewasa rohani menyadari bahwa dirinya mempunyai bagian dan tanggung jawab dalam hidup ini. Mereka memandang problem hidup adalah bagian dari berkat Tuhan, bagian dari nutrisi jiwa yang memproses seseorang bertumbuh makin dewasa. Landasan sikap yang diperlukan adalah mengucap syukur dalam segala hal [Efesus 5:20]. Bapa sudah menyediakan fasilitas untuk pertumbuhan rohani, yaitu Roh Kudus, kebenaran Injil, dan penggarapan Bapa melalui problem hidup sehari-hari.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|