|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Memaknai Kenaikan Tuhan Yesus ke surga bukan hanya dengan perayaan yang meriah, tetapi juga dengan menggaungkan peristiwa tersebut ke seluruh dunia.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kehadiran, Kemenangan dan Kepergian Yang Sunyi |
|
Kehadiran, Kemenangan dan Kepergian Yang Sunyi |
|
Kamis, 05 Mei 2016 | Tema: Umat Yang Kudus |
|
|
|
|
|
Kehadiran, Kemenangan dan Kepergian Yang Sunyi |
|
Lukas 2:1-20; 24:1-12; Kisah Rasul 1:6-14 |
|
|
|
|
|
|
Pada tahun ini ulang tahun Gereja tempat Sambey dan Benay berjemaat dirayakan dengan sangat sederhana. Roti tart yang menjulang tinggi diarak ke depan mimbar menjelang akhir ibadah. Para rohaniwan, majelis, dan pengurus seksi maju ke depan dengan sangat tertib langkah demi langkah. Sebuah pisau berkilau yang terhias cantik telah dipersiapkan untuk sesi potong kue. Ketika Gembala Jemaat memotong kue tipis terdengar suara yang tak lazim. “Krrreeeek…rrryeerkk….eerrrr…eek.” Dan tampak butiran-butiran putih nan lembut berguguran mengikuti irisan pisau. Sambey dan Benay yang sedari tadi membayangkan lezatnya kue itu mendadak kehilangan selera makan. Tampakya bahan kue itu bukan sesuatu yang layak makan. Andaikata dipaksa memakannya sedikit, maka setidaknya perut akan mual. Jika kebanyakan bisa membuat orang break dance [kejang-kejang], tak sadarkan diri, dan bisa-bisa dinyatakan lulus dengan gelar almarhum. “Kue itu dari styrofoam!” pikir mereka kompak.
“Mengapa tahun ini kok ngiritnya kebangetan, ya?” kata Benay prihatin. “Ya tentu ada prioritas kebutuhan Gereja yang lebih penting daripada sekedar perayaan!” jawab Sambey, “Mbok pikiranmu itu jangan makanan melulu, Ben!” Benay jadi cemberut menanggapi teguran sahabatnya itu. “Ben, ini baru ul...selengkapnya » |
Pada tahun ini ulang tahun Gereja tempat Sambey dan Benay berjemaat dirayakan dengan sangat sederhana. Roti tart yang menjulang tinggi diarak ke depan mimbar menjelang akhir ibadah. Para rohaniwan, majelis, dan pengurus seksi maju ke depan dengan sangat tertib langkah demi langkah. Sebuah pisau berkilau yang terhias cantik telah dipersiapkan untuk sesi potong kue. Ketika Gembala Jemaat memotong kue tipis terdengar suara yang tak lazim. “Krrreeeek…rrryeerkk….eerrrr…eek.” Dan tampak butiran-butiran putih nan lembut berguguran mengikuti irisan pisau. Sambey dan Benay yang sedari tadi membayangkan lezatnya kue itu mendadak kehilangan selera makan. Tampakya bahan kue itu bukan sesuatu yang layak makan. Andaikata dipaksa memakannya sedikit, maka setidaknya perut akan mual. Jika kebanyakan bisa membuat orang break dance [kejang-kejang], tak sadarkan diri, dan bisa-bisa dinyatakan lulus dengan gelar almarhum. “Kue itu dari styrofoam!” pikir mereka kompak.
“Mengapa tahun ini kok ngiritnya kebangetan, ya?” kata Benay prihatin. “Ya tentu ada prioritas kebutuhan Gereja yang lebih penting daripada sekedar perayaan!” jawab Sambey, “Mbok pikiranmu itu jangan makanan melulu, Ben!” Benay jadi cemberut menanggapi teguran sahabatnya itu. “Ben, ini baru ulang tahun Gereja yang sangat sederhana. Tahukah kamu bahwa ada peristiwa yang jauh lebih besar tetapi sunyi-sepi perayaannya?” tanya Sambey. “Natal yang pertama? Kelahiran Tuhan Yesus di Betlehem”, jawab Benay yakin, “Khan ada lagunya: malam sunyi-senyap….” Sambey membenarkan jawaban Benay. “Tapi ada peristiwa besar lainnya selain Natal”, kata Sambey. Benay geleng-geleng kepala karena tidak tahu. Sambey menjelaskan bahwa peristiwa besar tapi sunyi perayaannya itu adalah Paskah. Tidak ada suasana gegap gempita ketika Tuhan Yesus bangkit. Kain kafan yang lingsut adalah saksi bisu kemenangan Tuhan atas kuasa maut. Gempa bumi yang pun terjadi setelah kebangkitan-Nya [Matius 28:1-7]. Singkatnya, tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa Tuhan Yesus bangkit. Murid-murid pun tidak menyadarinya. “Tapi ada satu peristiwa besar lagi selain Paskah”, kata Benay. Sambey memandangi Benay dengan perasaan ingin tahu. “Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga”, jawab Benay. Senyum Sambey melebar sebagai pertanda bahwa ia sependapat dengan Benay. Kenaikan Tuhan meski disaksikan murid-murid tetapi toh peristiwa besar itu tetap dibiarkan diam hingga hari pentakosta.
Jemaat yang terkasih, tampaknya Tuhan sengaja membiarkan peristiwa-peristiwa besar dalam hidup-Nya itu terjadi dalam kesunyian tanpa perayaan yang berlebihan. Terlalu sedikit orang yang menyadari dan menyaksikan peristiwa-peristiwa itu. Mengapa? Karena Tuhan ingin murid-murid-Nya yang menggaungkan peristiwa itu ke seluruh dunia. Termasuk kita. Kita diutus oleh Tuhan untuk menjadi saksi-saksi-Nya bagi orang-orang lain.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|