|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kita semua memiliki senjata [yaitu : lidah] yang sangat tajam, bagaimana kita akan menggunakannya? Hendaknya kita menggunakannya untuk membangun semua orang terutama keluarga kita. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kekuatan Perkataan |
|
Kekuatan Perkataan |
|
Jumat, 25 Agustus 2017 |
|
|
|
|
|
Kekuatan Perkataan |
|
Amsal 18:21 |
|
|
|
|
|
|
Kita tidak boleh meremehkan pentingnya kekuatan perkataan. Yakobus mengatakan bahwa meskipun lidah manusia adalah bagian kecil dari bagian tubuh, tetapi lidah memiliki kekuatan untuk menimbulkan efek yang dahsyat [Yakobus 3:1-12]. Kitab Amsal mengingatkan kita bahwa ‘hidup dan mati dikuasai lidah’ [Amsal 18:21]. Bahasa yang kita pakai untuk berkomunikasi dengan sesama itu seperti sebilah pisau. Di tangan ahli bedah yang teliti dan mahir, sebilah pisau dapat digunakan untuk hal-hal yang baik. Tetapi di tangan orang ceroboh atau bodoh, pisau itu dapat menimbulkan kerusakan besar. Begitu juga dengan kata-kata.
Pertama, kuasa untuk melakukan kebaikan. Alkitab mengajarkan bahwa kata-kata yang baik dapat mengangkat, memelihara dan dapat menyembuhkan hati yang luka. Amsal 16:24 mengatakan, “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.” Kata-kata yang dipertimbangkan dengan baik dapat membantu untuk memulihkan kepercayaan diri, harapan, dan tujuan bagi suami atau isteri yang merasa kesal, kehilangan arah, dan bimbang. Contohnya, seorang suami dapat memulihkan semangat isterinya dengan berkata, “Sayang, aku menghargai kesabaranmu terhadapku akhir-akhir ini. Aku tahu bahwa aku terlalu larut dalam pekerjaanku....selengkapnya » |
Kita tidak boleh meremehkan pentingnya kekuatan perkataan. Yakobus mengatakan bahwa meskipun lidah manusia adalah bagian kecil dari bagian tubuh, tetapi lidah memiliki kekuatan untuk menimbulkan efek yang dahsyat [Yakobus 3:1-12]. Kitab Amsal mengingatkan kita bahwa ‘hidup dan mati dikuasai lidah’ [Amsal 18:21]. Bahasa yang kita pakai untuk berkomunikasi dengan sesama itu seperti sebilah pisau. Di tangan ahli bedah yang teliti dan mahir, sebilah pisau dapat digunakan untuk hal-hal yang baik. Tetapi di tangan orang ceroboh atau bodoh, pisau itu dapat menimbulkan kerusakan besar. Begitu juga dengan kata-kata.
Pertama, kuasa untuk melakukan kebaikan. Alkitab mengajarkan bahwa kata-kata yang baik dapat mengangkat, memelihara dan dapat menyembuhkan hati yang luka. Amsal 16:24 mengatakan, “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.” Kata-kata yang dipertimbangkan dengan baik dapat membantu untuk memulihkan kepercayaan diri, harapan, dan tujuan bagi suami atau isteri yang merasa kesal, kehilangan arah, dan bimbang. Contohnya, seorang suami dapat memulihkan semangat isterinya dengan berkata, “Sayang, aku menghargai kesabaranmu terhadapku akhir-akhir ini. Aku tahu bahwa aku terlalu larut dalam pekerjaanku. Aku telah menyepelekan dirimu. Kau tersakiti sementara aku terlalu sibuk dengan semuanya sekalipun semua itu juga untuk kita.”
Kedua, kuasa untuk menyakiti. Orang yang terbiasa mengobral perkataan kasar biasanya tidak menyadari bahwa apa yang dikatakan itu telah menyakiti orang lain. Dibentak-bentak atau dipanggil dengan sebutan seperti “bodoh” atau “idiot”, terutama oleh pasangan sendiri, dapat menimbulkan luka yang sangat dalam selama bertahun-tahun. Kita kerap kali tidak menganggap serius kuasa lidah untuk menyerang serta kemampuannya untuk menghancurkan. Beberapa kata yang kurang enak dapat membunuh semangat pasangan atau teman kita. Amsal 12:18 menyatakan bahwa ‘ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang’ [bnd. Yakobus 3:8; Mazmur 52:4].
Perlu bagi kita untuk menyadari bahwa kita semua memiliki “senjata” yang sangat tajam [yaitu : lidah], bagaimana kita akan menggunakannya? Hendaknya kita menggunakannya untuk membangun atau memotivasi orang-orang terdekat kita terutama dalam keluarga supaya lidah kita memberi berkat dan kehidupan yang penuh damai sejahtera. Namun demikian kita harus bersedia menerima tegoran dari lidah yang sifatnya membangun [bnd. 2 Korintus 7:8-10].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|