|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kenapa susah mengampuni? |
|
Kenapa susah mengampuni? |
|
Minggu, 02 November 2014 | Tema: Forgiven to Forgive |
|
|
|
|
|
Kenapa susah mengampuni? |
|
Mikha 7:18-19 |
|
|
|
|
|
|
Mikha 7:18-19
Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.
Tidak ada orang yang berkata bahwa mengampuni itu mudah dilakukan. Banyak orang yang lebih rela menyimpan dendam dan hidup tidak tenang gara-gara tidak sanggup mengampuni. Padahal jelas itu merugikan dirinya sendiri. Mengapa bisa demikian? Karena pikiran kita selalu berkata: ”Orang salah harus dihukum. Orang itu telah berbuat jahat kepadaku maka dia pantas menanggung hukuman.” Sedikit banyak di dalam diri kita ada sifat adil, yang seringkali menentang dorongan untuk mengampuni.
Sifat yang ada di dalam diri kita sebenarnya adalah cerminan dari sifat Allah, karena kita diciptakan menurut gambar dan rupa All...selengkapnya » |
Mikha 7:18-19
Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.
Tidak ada orang yang berkata bahwa mengampuni itu mudah dilakukan. Banyak orang yang lebih rela menyimpan dendam dan hidup tidak tenang gara-gara tidak sanggup mengampuni. Padahal jelas itu merugikan dirinya sendiri. Mengapa bisa demikian? Karena pikiran kita selalu berkata: ”Orang salah harus dihukum. Orang itu telah berbuat jahat kepadaku maka dia pantas menanggung hukuman.” Sedikit banyak di dalam diri kita ada sifat adil, yang seringkali menentang dorongan untuk mengampuni.
Sifat yang ada di dalam diri kita sebenarnya adalah cerminan dari sifat Allah, karena kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Tuhan itu adil, tapi Dia juga suka mengampuni. Bilangan 14:18 berkata: ”TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, ....”
Tuhan itu panjang sabar dan suka mengampuni kesalahan serta dosa manusia. Namun bukan berarti Dia itu bisa dipermainkan. Dia adalah Allah yang adil. Dia pasti menjalankan keadilan-Nya dengan menghukum setiap pelanggaran dan dosa. Sifat adil dan belas kasih Allah ini tidak saling bertentangan. Jika Allah suka mengampuni dosa itu bukan berarti Allah tidak mempermasalahkan dosa kita. Allah benci terhadap dosa, tetapi Dia sayang kepada manusia, sekalipun sudah jatuh dalam dosa. Dia ingin menyelamatkan manusia agar tidak terkena kutuk akibat dosa.
Keadilan Allah mengharuskan kita untuk menghormati kekudusan-Nya. Kita harus menjaga hidup kita agar tidak melanggar perintah-Nya. Namun Dia bukan Tuhan yang kejam tak berbelas kasihan. Sekalipun kita telah berbuat dosa, jika kita datang kepada-Nya dengan hati yang tulus, bertobat dan memohon anugerah-Nya, Dia pasti akan memberikan pengampunan.
Kita harus mencontoh sifat Allah yang adil, yang tidak mau kompromi dengan dosa. Namun kita harus mencontoh juga sifat-Nya yang suka mengampuni. Amin. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|