|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kesombongan adalah penghambat hidup yang berkemenangan dan yang bertumbuh dalam Tuhan |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kesombongan Penghambat Terbesar |
|
Kesombongan Penghambat Terbesar |
|
Senin, 03 Oktober 2016 | Tema: Bertumbuh Dalam Segala Hal Ke Arah Kristus |
|
|
|
|
|
Kesombongan Penghambat Terbesar |
|
Kejadian 3:1-24; 1 Petrus 5:5-6 |
|
|
|
|
|
|
Kisah yang diceritakan dalam kitab Kejadian 3:1-24 merupakan cerita klasik yang menguak bagaimana manusia jatuh dalam dosa. Dosa yang dialami manusia [Adam dan Hawa] itu bukanlah sekedar kegagalan moral melainkan bagaimana manusia itu telah jatuh di dalam dosa esensial yang paling dalam. Apa esensi dosa itu? Tak lain adalah “pemberontakan”. Wajarlah apabila seseorang perutnya lapar, anak-istrinya kelaparan, keluarganya jatuh dalam kemiskinan, kemudian untuk bangkit dari keterpurukan itu lantas berbuat nekat. Tetapi lain yang terjadi terhadap Adam dan Hawa di taman Eden. Manusia itu melimpah dengan berkat, diberi “kuasa” untuk mengatur dan mengembangkan seisi taman itu. Tetapi sebebas-bebasnya manusia diberi kuasa oleh Allah, tetap ada batasnya. Karena yang tak terbatas hanyalah Allah sendiri. “Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Tetapi karena bujuk rayu si ular [Iblis], maka Adam dan Hawa memakan buah larangan tersebut. Pada saat itu terbukalah mata mereka, mengetahui yang baik dan yang jahat. Persoalannya bukanlah sekedar tidak taat, tetapi apa di balik hati terdalam manusia itu sehingga memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang ja...selengkapnya » |
Kisah yang diceritakan dalam kitab Kejadian 3:1-24 merupakan cerita klasik yang menguak bagaimana manusia jatuh dalam dosa. Dosa yang dialami manusia [Adam dan Hawa] itu bukanlah sekedar kegagalan moral melainkan bagaimana manusia itu telah jatuh di dalam dosa esensial yang paling dalam. Apa esensi dosa itu? Tak lain adalah “pemberontakan”. Wajarlah apabila seseorang perutnya lapar, anak-istrinya kelaparan, keluarganya jatuh dalam kemiskinan, kemudian untuk bangkit dari keterpurukan itu lantas berbuat nekat. Tetapi lain yang terjadi terhadap Adam dan Hawa di taman Eden. Manusia itu melimpah dengan berkat, diberi “kuasa” untuk mengatur dan mengembangkan seisi taman itu. Tetapi sebebas-bebasnya manusia diberi kuasa oleh Allah, tetap ada batasnya. Karena yang tak terbatas hanyalah Allah sendiri. “Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Tetapi karena bujuk rayu si ular [Iblis], maka Adam dan Hawa memakan buah larangan tersebut. Pada saat itu terbukalah mata mereka, mengetahui yang baik dan yang jahat. Persoalannya bukanlah sekedar tidak taat, tetapi apa di balik hati terdalam manusia itu sehingga memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat? Motivasi atau keinginan terdalamnya adalah manusia ingin menjadi seperti Allah, tahu tentang segala yang baik dan yang jahat. Karena hasrat keinginannya untuk menjadi sama dengan Allah sangat kuat, sampai manusia itu lupa bahwa informasi itu datangnya dari musuh Allah, yaitu ular tua atau Iblis yang menyesatkan. Dari sinilah awal kehancuran dan kejatuhan manusia. Dosa kesombongan mau menyamai Allah. Syukur kepada Allah apabila Dia masih mengasihi manusia. Anugerah-Nya yang besar dinyatakan dengan mengutus Putera-Nya yang Tunggal menjadi penebus dosa manusia.
Saudara kekasih Tuhan, kesombongan manusia telah menghancurkan dirinya sendiri. Itulah penghambat hidup dalam kebenaran Tuhan. Kesombongan hanya mengarahkan kita kepada keserakahan dan egoisme yang tinggi. Dosa kesombongan adalah penghambat hidup yang berkemenangan dan bertumbuh di dalam Dia. Marilah kita merendahkan diri satu dengan yang lain karena Allah menentang orang yang congkak dan mengasihani orang yang rendah hati. Dan marilah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan karena Tuhan akan meninggikan kita pada waktunya [1 Petrus.5:5-6].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|