|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
“Jangan takut pada ketakutan, tapi ambilah hal positif dari ketakutan itu untuk membangun dirimu.”
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Ketakutan Yang Positif |
|
Ketakutan Yang Positif |
|
Rabu, 20 Agustus 2014 | Tema: No Fear |
|
|
|
|
|
Ketakutan Yang Positif |
|
Roma 8:15 |
|
|
|
|
|
|
Hobi yang paling saya gemari pada masa kecil adalah berenang. Karena masa kecil saya tidak tumbuh di daerah perkotaan, maka tempat menyalurkan hobi saya bukan di water blaster, Jatim Park ataupun di kolam renang hotel berbintang yang mewah. Bersama teman-teman, biasanya saya renang di sungai, telaga, bahkan di pantai. Walaupun sejak kecil saya seorang perenang, namun ada satu kejanggalan yang saya alami saat berenang, yaitu saya sangat takut dengan kedalaman sungai ataupun pantai yang tidak dapat ditembus oleh penglihatan. Biasanya kalau dalam, warna air akan berubah menjadi kebiru-biruan. Dalam ‘ketakutan yang buta’ (asumsi negatif), saya diperhadapkan dengan dua plihan. Saya akan pergi dan meninggalkan kedalaman air yang menakutkan atau saya akan menyelidiki kedalaman air tersebut dan menemukan bahwa dikedalaman air itu sebenarnya tidak ada apa-apa yang dapat membahayakan hidup saya. Biasanya saya memutuskan untuk memilih yang kedua, yaitu menyelidiki kedalaman air itu. Dah hasilnya setelah saya memastikan bahwa di kedalaman air itu tidak ada yang membahayakan diri saya, saya dapat berenang dengan bebas, leluasa dan tanpa dihantui rasa takut.
Jemaat yang terkasih, kadangkala ketakutan sering menghantui kita baik dalam pelayanan, pekerjaan, keluarga, masa depan, sek...selengkapnya » |
Hobi yang paling saya gemari pada masa kecil adalah berenang. Karena masa kecil saya tidak tumbuh di daerah perkotaan, maka tempat menyalurkan hobi saya bukan di water blaster, Jatim Park ataupun di kolam renang hotel berbintang yang mewah. Bersama teman-teman, biasanya saya renang di sungai, telaga, bahkan di pantai. Walaupun sejak kecil saya seorang perenang, namun ada satu kejanggalan yang saya alami saat berenang, yaitu saya sangat takut dengan kedalaman sungai ataupun pantai yang tidak dapat ditembus oleh penglihatan. Biasanya kalau dalam, warna air akan berubah menjadi kebiru-biruan. Dalam ‘ketakutan yang buta’ (asumsi negatif), saya diperhadapkan dengan dua plihan. Saya akan pergi dan meninggalkan kedalaman air yang menakutkan atau saya akan menyelidiki kedalaman air tersebut dan menemukan bahwa dikedalaman air itu sebenarnya tidak ada apa-apa yang dapat membahayakan hidup saya. Biasanya saya memutuskan untuk memilih yang kedua, yaitu menyelidiki kedalaman air itu. Dah hasilnya setelah saya memastikan bahwa di kedalaman air itu tidak ada yang membahayakan diri saya, saya dapat berenang dengan bebas, leluasa dan tanpa dihantui rasa takut.
Jemaat yang terkasih, kadangkala ketakutan sering menghantui kita baik dalam pelayanan, pekerjaan, keluarga, masa depan, sekolah, dan lain-lain. Namun tidak benar jika kita memandang ketakutan yang muncul dalam diri kita selalu berkecenderungan negatif sehingga kita segera berdoa supaya Tuhan menjauhkan kita dari rasa takut yang selalu menghantui kita. Ketakutan dapat dipandang secara positif jika kita dapat berpikir dengan bijak untuk mencari sumber ketakutan kita, sehingga kita dapat menentukan pilihan untuk mengatasi ketakutan itu. Misalnya, jika seorang anak sekolah takut tidak lulus ujian sekolah, maka pilihan tepat yang harus ia ambil adalah belajar dengan sungguh. Sebagai orang dewasa yang takut gagal dalam hidup, kita dapat menata hidup kita sejak saat kita sadar akan ketakutan itu. Contohnya, menjalani dan menyelesaikan studi dengan baik, mengatur menejemen keuangan dengan baik, bergaul dengan orang yang baik, mencari pasangan hidup yang baik, dll. Semua adalah pilihan yang harus kita tentukan.
Sejak awal kita diciptakan-Nya, kita didesain menjadi orang yang berhasil (serupa dengan Allah berarti sangat baik- sempurna). Bahkan ketika kita hidup di bawah bayang-bayang dosa keturunanpun, Tuhan tetap memberikan Roh-Nya yang membuat kita menjadi berani dan tidak hidup dalam ‘ketakutan yang buta’ (Roma 8:15). Oleh karena itu jangan takut dengan asumsi negatif kita, melainkan pilihlah jalan yang dapat memberanikan dan membangun diri kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|